Home Blog Page 1941

Produsen Chip Micron Menginvestasikan USD. 3 Miliar untuk Ekspansi Pabrik Chip Otomotif

0

oleh Su Jinghao

Produsen chip AS Micron Technology pada Rabu (29 Agustus) mengumumkan rencana perusahaan akan memperluas pabriknya di Virginia dengan dana investasi sebesar USD. 3 miliar yang penanamannya dilakukan selama 12 tahun ke depan. Perusahaan tersebut telah menjadi fokus perhatian dalam perang dagang AS – Tiongkok.

CEO Micron Technology Inc. Sanjay Mehrotra memberitakan Reuters bahwa, rencana ekspansi perusahaan berkaitan dengan memenuhi permintaan chip otomotif yang terus melonjak akhir-akhir ini.

Chip-chip tersebut digunakan oleh kendaraan untuk menghindari tabrakan atau menghindari kendaraan menyimpang dari jalur peringatan serta sejumlah fungsi lainnya.

Perusahaan memperkirakan bahwa permintaan pasar atas chip otomotif pada tahun 2021 bisa berlipat ganda mencapai jumlah USD. 6 miliar.

“Menjadikan mobil masa depan sebagai pusat data di atas roda,” katanya kepada Reuters.

Proyek perluasan untuk memproduksi chip otomotif

Dana tersebut akan digunakan untuk membangun ‘Cleanroom’ seluas sekitar 100.000 kaki persegi di dalam area di Manassas, Virginia untuk memproduksi chip memori. Pabrik ini memiliki sekitar 1.500 orang karyawan.

Micron berharap dapat menciptakan 1.100 lowongan kerja permanen bagi para insinyur dan teknisi nanti setelah perluasan selesai.

Menurut perusahaan riset Gartner Inc., Micron Technology adalah perusahaan semikonduktor terbesar keempat di dunia. Perbedaannya dengan industri chip lainnya adalah dalam mengembangkan dan memproduksi sendiri chip yang dijual. Perusahaan ini tidak melakukan pekerjaan outsourcing sehingga benar-benar Made in USA.

Micron juga memproduksi chip di Taiwan, Jepang, tetapi di Tiongkok hanya melakukan perakitan dan pengujian.

Menjadi fokus perhatian dalam perang dagang

Dalam konflik perdagangan AS – Tiongkok, Micron telah menjadi fokus perhatian. Pada tahun 2015 perusahaan telah menolak tawaran akuisisi perusahaan Tiongkok (Tsinghua Unisplendour Co, Ltd) yang didukung oleh Partai Komunis Tiongkok karena Tiongkok berusaha untuk mendirikan industri chip di dalam negerinya. Demikian tulisan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer dalam laporan tentang niat Tiongkok komunis dalam pengembangan industri chip yang dikeluarkan pada bulan Maret tahun ini.

Micron kemudian mengajukan gugatan di Amerika Serikat menuduh perusahaan Tiongkok mencuri rahasia dagangnya. Perusahaan Tiongkok itu sebaliknya menggugat Micron di sebuah pengadilan Tiongkok, dengan tuduhan bahwa Micron melanggar hak patennya. Pengadilan Tiongkok menjatuhkan hukuman kepada Micron berupa larangan menjual 26 jenis produk.

Menurut sumber yang akrab dengan masalah ini bahwa, pejabat AS telah mengangkat kasus Micron dalam rapat negosiasi dagang dengan para pejabat perdagangan Tiongkok pada awal bulan ini.

Fox News juga melaporkan bahwa Micron sudah lama menjadi incaran Tiongkok komunis, ia diharapkan dapat membantu Tiongkok dalam mempercepat lajunya program ‘Made in China 2025’ .

Namun menurut Sanjay Mehrotra, rencana ekspansi pabrik di Virginia ini tidak ada hubungannya dengan diskusi tentang berbagai isu-isu perdagangan yang berkaitan dengan Tiongkok. Sebaliknya, kata dia, Virginia dipilih untuk mendapatkan ekspansi karena Micron telah 15 tahun menghasilkan chip bagi produsen mobil yang berada di sekitar sana, dan pabrikan ini membutuhkan produk yang berdaya tahan dan keandalan lebih tinggi.

“Di pabrik Manassas, kami memiliki budaya yang kuat untuk memenuhi tuntutan pelanggan kami” katanya. (Sin/asr)

Trump: “Bukan Waktu yang Tepat untuk Negosiasi Perdagangan dengan Tiongkok”

0

Setelah mencapai kesepakatan perdagangan dengan Meksiko, pemerintahan Trump sedang meletakkan negosiasi perdagangan dengan Tiongkok di urutan belakang untuk saat ini.

Pada 27 Agustus, Amerika Serikat telah menandatangani perjanjian perdagangan baru dengan Meksiko untuk menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, dan negosiasi dengan Kanada berikutnya, Presiden Donald Trump mengatakan dalam panggilan telepon dengan Presiden Meksiko Peña Nieto dari mejanya di Gedung Putih.

Sementara itu, terkait Tiongkok, “Ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara,” kata Trump.

“Dan seperti yang Anda ketahui, kita sedang bekerja, tidak terkait dengan ini (kesepakatan perdagangan AS-Meksiko), kita bekerja sangat banyak dengan negara lain. Tiongkok adalah salah satunya. Mereka ingin berbicara, dan itu bukan saat yang tepat untuk berbicara sekarang, sejujurnya, dengan Tiongkok. Itu terlalu berat sebelah selama bertahun-tahun, selama beberapa dekade, dan jadi ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara,” katanya, menurut sebuah transkrip Gedung Putih.

“Tetapi pada akhirnya, saya yakin bahwa kita akan dapat membuat kesepakatan dengan Tiongkok. Di masa sebelum itu terjadi, kita akan melakukan dengan sangat baik dengan Tiongkok.”

Sebelum kesepakatan Meksiko tercapai, Larry Kudlow, yang mengepalai Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, mengatakan Tiongkok telah semakin terisolasi di arena perdagangan, seiring Washington bergerak menuju kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa dan dengan Meksiko, menurut 3 Agustus Laporan Reuters.

“Kita datang bersama dengan Uni Eropa untuk membuat kesepakatan dengan mereka, jadi kita akan memiliki front persatuan melawan Tiongkok dan, saya pikir, sebagian besar tim perdagangan kita akan memberitahu Anda, kita bergerak mendekati Meksiko,” ungkapnya. “Tiongkok semakin terisolasi dengan ekonomi yang lemah.”

Kudlow telah memperingatkan Tiongkok untuk tidak meremehkan keputusan Trump ketika harus berdagang.

Dalam wawancara dengan CNBC pada 16 Agustus, Kudlow mengatakan ekonomi Tiongkok terlihat “mengerikan,” dan investasi di sana “sedang runtuh.”

Dia mengatakan bahwa data terbaru menunjukkan “penjualan ritel, investasi bisnis sedang mengalami keruntuhan” ​​dan “mungkin ada beberapa manipulasi” dalam mata uang.

“Investor pindah dari Tiongkok karena mereka tidak suka ekonominya,” tambahnya.

Menurut cendekiawan dan penulis He Qinglian, seorang ahli ekonomi Tiongkok yang sangat dihormati yang tinggal di Amerika Serikat, masalah inti untuk Washington adalah pencurian kekayaan intelektual AS dan menggunakan barang tiruan untuk mengambil pasar perusahaan-perusahaan AS, dan inisiatif “Made in China 2025.”

Tujuan-tujuan inisiatif tersebut agar Tiongkok dapat menjadi kekuatan manufaktur utama dalam persaingan langsung dengan Amerika Serikat dan telah dianggap sebagai ancaman bagi kepemimpinan teknologi AS oleh think tank Dewan Hubungan Luar Negeri.

He Qinglian mengatakan bahwa selama masalah pencurian kekayaan intelektual secara khusus tidak terselesaikan, akan sulit bagi perundingan perdagangan AS-Tiongkok untuk mencapai kemajuan substansial.

Sejak Trump terpilih, Amerika Serikat telah membentuk kemitraan perdagangan bebas dengan beberapa negara, termasuk bagian dari Uni Eropa, Meksiko, Korea Selatan, dan Kanada segera. Negosiasi yang melibatkan komunikasi langsung dengan negara-negara ini telah membentuk aliansi jenis baru, yang mewakili sebagian besar pasar global. (ran)

ErabaruNews

Spanyol Usir Imigran di Perbatasan Afrika Utara Karena Serang Polisi

0

EpochTimesId – Spanyol tidak akan mentoleransi upaya-upaya kekerasan untuk memasuki negara itu. Madrid mengatakan hal itu pada 29 Agustus 2018, sebagai tanggapan atas kritik terhadap pengusiran langsung sebanyak 116 imigran gelap, kembali ke Maroko. Seratusan imigran itu sebelumnya menyerbu pagar yang membatasi Maroko dengan wilayah Spanyol di Afrika Utara.

Pantai selatan negara itu (wilayah utama di Eropa) telah menjadi pintu gerbang utama ke Eropa bagi imigran gelap yang mencari kehidupan yang lebih baik, di Italia dan Yunani. Pilihan imigran gelap pada pantai spanyol, terutama sejak pemerintah baru Italia mulai menolak mengakui kapal penyelamat dan menolak kapal LSM itu untuk berlabuh.

Kelompok hak asasi manusia mengeluh bahwa pengembalian (pengusiran) itu dilakukan terlalu cepat. Mereka tidak punya waktu untuk memberikan imigran gelap akses terhadap bantuan hukum dan penerjemah, dan untuk mengidentifikasi pengungsi. Sementara itu, lawan politik mengkritik pendekatan pemerintah sebagai ‘tidak konsisten’.

Perdana Menteri Sosialis Spanyol, Pedro Sanchez, yang mulai menjabat sejak Juni, menempatkan migrasi di jantung kebijakan pemerintahan barunya. Dia setuju untuk menerima lebih dari 600 imigran dari atas kapal amal, Aquarius, yang ditolak Italia.

Para imigran yang menyerbu pagar di Perbatasan Maroko-Spanyol pekan lalu, beberapa di antaranya melemparkan zat korosif yang membuat petugas polisi mengalami luka bakar. Para imigran itu, ditangkapi dan dikembalikan ke Maroko pada hari berikutnya.

“Spanyol dan Maroko kali ini ingin mengirim pesan yang jelas kepada organisasi-organisasi kriminal perdagangan orang dan penyelundup manusia,” Menteri Dalam Negeri Fernando Grande-Marlaska mengatakan kepada komisi parlemen.

“Kami tidak akan mengizinkan migrasi dengan kekerasan yang menyerang negara kami dan pasukan keamanan negara kami,” tambahnya.

Para imigran Afrika selama bertahun-tahun mencoba memasuki Eropa dengan memanjat pagar kawat berduri yang memisahkan dua wilayah Spanyol di benua Afrika, daerah otonom Ceuta dan Melilla dengan Maroko.

Rute ini menyumbang sekitar 13 persen dari total kedatangan imigran ilegal di Spanyol.

Pada 29 Agustus saja, penjaga pantai Spanyol mengatakan telah menyelamatkan 196 orang dari delapan kapal di Selat Gibraltar yang sempit, yang memisahkan Spanyol dari Maroko.

“Kebijakan imigrasi pemerintah didasarkan pada, ‘solidaritas, kemanusiaan dan keamanan’. Imigran gelap yang dikembalikan (ke Maroko) sudah dibantu,” kata Grande-Marlaska.

Polisi mengatakan pada 28 Agustus mereka telah menangkap 10 imigran gelap yang melintasi penghalang pada bulan Juli. Polisi menuduh mereka sebagai anggota organisasi kriminal, menyerang otoritas negara, dan menyebabkan kerusakan.

Dalam insiden itu, para imigran melemparkan botol-botol plastik berisi kotoran, serbuk kapur, dan bom molotov di depan polisi. Aksi itu dilakukan oleh imigran gelap, agar polisi tidak berhasil menghentikan upaya mereka untuk melompati pagar.

“Anda mulai dengan menerima para migran dari Aquarius dan disambut di seluruh Eropa,” kata Ione Belarra, seorang wakil dari partai anti-penghematan, Podemos.

“Kami telah melihat perubahan radikal dalam kebijakan migrasi Anda,” tambahnya. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Bendungan Jebol di Myanmar, 85 Desa Diterjang Banjir dan 63.000 Warga Mengungsi

Epochtimes.id- Sebanyak 85 desa di Myanmar dilanda banjir setelah sebuah bendungan jebol. Bendungan ini meluapkan air yang memutus jalan raya utama. Banjir memaksa lebih dari 63.000 orang meninggalkan rumah mereka.

Laporan ini disampaikan oleh sebuah surat kabar yang dikelola negara pada Kamis (30/08/2018).

Bencana ini menyoroti tentang kekhawatiran keamanan bendungan di Asia Tenggara. Ini setelah runtuhnya bendungan hidroelektrik bulan lalu di negara tetangga Laos yang menelantarkan ribuan orang dan menewaskan sedikitnya 27 orang.

Petugas pemadam kebakaran, tentara dan otoritas setempat melancarkan upaya penyelamatan pada Rabu lalu.

Wakil administrator Yedashe, Min Thu, mengatakan pada Kamis pagi air surut. Tetapi dua orang masih hilang dan dikhawatirkan telah hanyut.

“Orang-orang yang desa-desanya berada di dataran tinggi sedang mempersiapkan untuk kembali ke desa mereka,” katanya kepada Reuters.

Lalu lintas antara kota-kota utama Myanmar di Yangon, Mandalay dan ibu kota, Naypyitaw, terganggu. Ini setelah banjir merusak jembatan di jalan raya yang menghubungkan antar kota-kota.

Kini pekerjaan perbaikan bendungan sedang berlangsung. Seorang pejabat irigasi di Departemen Pertanian, Peternakan dan Irigasi, Kaung Myat Thein, mengatakan penyelidikan akan mencari penyebab jebolnya bendungan tersebut.

“Dinding penahan dari spillway tertanam ke fondasi sekitar 4-5 feet, menyebabkan banjir, tetapi bendungan utama masih utuh,” kata Kaung Myat Thein.

Beberapa hari sebelum kejadian, pihak berwenang telah memberikan semua rincian tentang bendungan tersebut. Meskipun ada kekhawatiran warga tentang kelebihan penampungan seperti dilaporkan media yang dikelola pemerintah.

Kaung Myat Thein mengatakan bendungan itu secara rutin diinspeksi dan keruntuhan spillway tidak dapat diprediksi.

“Kami tidak bisa tahu satu hari sebelumnya, satu jam sebelumnya,” katanya.

Ketika air banjir surut, para pemuka masyarakat berkumpul di Oo Yin Hmu, sebuah desa yang berpenduduk sekitar 1.000 orang hanya beberapa mil di hilir dari bendungan.

Seorang warga, Zaw Zaw mengatakan lahan sawah yang membentang dari tepi desa dilanda banjir. Kejadian ini menyebabkan warga menunggu bertahun-tahun sebelum mereka kembali dapat bercocok tanam.

Warga melarikan ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari banjir. Meski demikian banyak yang kehilangan rumah dan harta benda mereka. Diharapkan warga mendapatkan kompensasi.

“Rumah saya berada di bagian utara desa dan semua rumah di bagian utara tidak bertahan,” kata Pan Ei Phyu, 24, seorang warga desa yang melarikan diri bersama keluarganya, kerbau dan sapi.

“Semua lahan pertanian saya berubah menjadi lumpur sekarang. Saya tidak punya tanah atau apa pun lagi. Saya tidak tahu harus berbuat apa, ” ujarnya. (asr)

Sumber : Reuters via The Epochtimes

Pengacara Tiongkok yang Dianiaya Menerima Penghargaan ‘Shahbaz Bhatti Freedom Award’

0

CUPERTINO, Kalifornia — Sekelompok orang di depan Balai Kota Cupertino di Kalifornia disaksikan dan dirayakan ketika First Step Forum memberi penghargaan Shahbaz Bhatti Freedom Award kepada pengacara HAM Tiongkok yang terkenal, Gao Zhisheng.

David Kilgour, duta besar dan anggota dewan First Step, memberikan penghargaan kepada istri Gao, Geng He, pada 24 Agustus. Kilgour adalah mantan anggota parlemen Kanada dan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Kanada, Asia-Pasifik.

Gao dilaporkan “hilang” oleh otoritas Tiongkok pada 13 Agustus 2017, lebih dari setahun sebelum hari penghargaan tersebut.

First Step Forum adalah LSM internasional yang berbasis di Finlandia yang memantau pelanggaran agama dan hak asasi manusia di seluruh dunia. Gao memenangkan penghargaan karena dedikasinya terhadap kebebasan beragama dan hak asasi manusia di Tiongkok.

Penghargaan ini diberi nama tersebut setelah Clement Shahbaz Bhatti, menteri federal Pakistan yang pertama mengenai urusan minoritas, yang telah dibunuh pada 2 Maret 2011. Di antara pemenang sebelumnya dari penghargaan ini adalah Paus Francis dan Dr. Hany Hanna Mesir.

“Pengacara Gao secara internasional sangat dihormati,” Kilgour mengatakan pada acara tersebut. “Dia pertama kali ditargetkan oleh Partai dan negara di Tiongkok pada tahun 2005 karena membela berbagai komunitas tertindas di Tiongkok, termasuk orang Kristen, penambang batu bara, dan Falun Gong.”

Gao telah berulang kali ditahan, ditangkap, dipenjara, ditempatkan di bawah tahanan rumah, dan dilaporkan “hilang” oleh rezim komunis Tiongkok sejak 2006.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional dan media telah melaporkan bahwa Gao telah mengalami penyiksaan brutal di tangan para pejabat keamanan rezim Tiongkok.

Kilgour mengatakan ini termasuk “tiga tahun di sel isolasi tanpa cahaya di kamar.”

“Bisakah Anda bayangkan seperti apa tanpa cahaya?” Kilgour berkata. “Dia [Gao] menulis bahwa dia didukung oleh keyakinannya dan harapan-harapannya demi Tiongkok yang berbeda.”

Gao kehilangan sebagian besar giginya pada usia 53 tahun dan dilaporkan menderita kondisi medis lainnya sebagai akibat dari tahun-tahun pelecehan fisik dan psikologis.

Geng memberikan pidato penerimaan untuk suaminya. Dia mengatakan bahwa Gao banyak berdoa, tetapi 99 persen dari doanya adalah untuk orang-orang yang dianiaya di Tiongkok, dan untuk perubahan yang terjadi di Tiongkok.

Pada tahun 2001, Gao diakui oleh Departemen Kehakiman Tiongkok sebagai salah satu dari 10 pengacara terbaik di negara tersebut karena pekerjaannya membela korban malpraktik medis dan para pemilik tanah yang dirampas.

Namun, pada tahun 2005, setelah Gao mengirim surat terbuka kepada pemimpin Beijing yang mengekspos penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi yang ditimbulkan oleh rezim terhadap praktisi latihan spiritual Falun Gong, Gao dan keluarganya berada di bawah pengawasan polisi 24 jam.

Pada bulan November 2005, setelah Gao mengirimkan surat terbuka kedua tentang kasus-kasus hukum Falun Gong, operasi firma hukum Gao ditangguhkan. Gao ditangkap pada September 2006 dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara pada 22 September 2006.

Setelah dibebaskan dari penjara, Gao melanjutkan karyanya tentang kebebasan beragama dan hak asasi manusia Tiongkok. Dia menerbitkan buku-buku “Unwavering Convictions” (Keyakinan Teguh) dan “2016 Human Rights Report for China,” (Laporan HAM Tahun 2016 untuk Tiongkok) dan rancangan konstitusi untuk masa depan Tiongkok.

Pada Januari 2009, istri Gao dengan dua anaknya melarikan diri dari Tiongkok dengan bantuan kelompok agama bawah tanah. Karena mereka meninggalkan Tiongkok, mereka mengalami kesulitan menghubungi Gao dan keluarga mereka sendiri di Tiongkok.

Keluarganya belum berhubungan dengan Gao sejak 13 Agustus 2017, dan keberadaannya tidak diketahui.

“Mengapa hari ini Gao hilang selama lebih dari satu tahun? Mengapa dia menghilang? Mengapa tidak ada anggota keluarganya di Tiongkok yang mampu atau mau menjawab telepon ketika Geng He menelepon mereka dari Amerika? ”Kilgour bertanya dalam pidatonya. “Mengapa dokumen-dokumen identitas untuk semua keluarga Gao di Xinjiang diambil?”

“Gao adalah Mahatma Gandhi dan Nelson Mandela dari Tiongkok,” Kilgour mengatakan dalam sebuah wawancara setelah acara penghargaan.

Gao telah dinominasikan dua kali untuk Hadiah Nobel Perdamaian.

Asisten Ro Khanna (D-Calif.), Geo Saba, memberikan pengakuan dari kantor Khanna pada acara tersebut. (ran)

Perusahaan-perusahaan Jepang Keluar dari Tiongkok Akibat Perang Dagang Tiongkok-AS

0

Empat perusahaan-Asahi Kasei Jepang, Komatsu, Iris Ohyama, dan Mitsubishi Electric-sedang memindahkan produksinya keluar dari Tiongkok, sebagai tanggapan terhadap perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, menurut dua artikel baru-baru ini oleh media Jepang, Nikkei.

Asahi Kasei, sebuah perusahaan kimia, telah memindahkan produksi bahan plastik yang dikirim ke Amerika Serikat dari Tiongkok, ke pabrik di Jepang. Keputusan untuk membawa rumah produksi tersebut dibuat setelah plastik, yang digunakan dalam suku cadang mobil, adalah salah satu produk akan dikenakan tarif oleh pemerintahanTrump.

Komatsu, produsen peralatan konstruksi, pertambangan, dan militer, mengatakan bahwa produksi bagian-bagian tertentu untuk ekskavator hidraulik saat ini akan direlokasi ke fasilitas di Amerika Serikat, Jepang, dan Meksiko.

Iris Ohyama, pembuat plastik konsumen, berencana untuk memindahkan produksi pembersih udara, kipas listrik, dan peralatan lainnya menuju pasar AS ke pabrik baru di Korea Selatan, yang dijadwalkan akan selesai tahun depan. Perpindahan produksi adalah tindakan pencegahan, karena produk-produk itu belum dipukul dengan tarif AS, kata perusahaan tersebut.

Mitsubishi Electric, yang membuat peralatan listrik, mengatakan mesin pelepasan listrik dan mesin laser pemroses-nya yang berada di AS berada di dalam daftar tarif Amerika Serikat. Akibatnya, produk-produk ini, yang awalnya diproduksi di Dalian, kota pelabuhan di Provinsi Liaoning Tiongkok utara, akan diproduksi di Nagoya, Jepang, sebagai gantinya. Situs Dalian akan terus membuat produk yang diperuntukkan bagi pasar Tiongkok.

Pada 23 Agustus, Amerika Serikat dan Tiongkok saling menampar satu sama lain dengan tarif 25 persen senilai $16 miliar untuk barang-barang impor, sehingga tarif menjadi senilai total gabungan $100 miliar produk sejak Juli.

Sebuah Tren

Tiongkok dan Amerika Serikat adalah dua mitra dagang terbesar Jepang. Perusahaan Jepang mengekspor produk senilai 300 miliar dolar ke Tiongkok dan Amerika Serikat pada 2017, menurut artikel 24 Agustus oleh surat kabar Japan Times, mengutip Dewan Perdagangan Luar Negeri Jepang.

Dalam laporan bulanan tentang ekonomi Jepang yang dikeluarkan 29 Agustus, pemerintah tersebut telah menurunkan penilaian ekspor untuk menunda pemulihan, mengutip kekhawatiran tentang dampak perang perdagangan Tiongkok-AS terhadap ekonomi Jepang, menurut Reuters. Ini pertama kalinya dalam tiga tahun penilaian ekspor mengalami kemunduran.

Ada risiko bahwa ekspor Jepang akan menderita jika gesekan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus berlanjut, kata seorang pejabat pemerintah Jepang kepada wartawan.

Beberapa perusahaan Jepang telah beralih ke Vietnam untuk bisnis, sebagai gantinya. Menurut surat kabar bisnis Vietnam Investment Review (VIR), survei terbaru dari 4.630 perusahaan Jepang yang dilakukan oleh External Organisasi Jepang Dagang (JETRO), sebuah organisasi pemerintah, menunjukkan bahwa 70 persen dari perusahaan-perusahaan Jepang memiliki kepentingan dalam memperluas bisnis mereka di Vietnam, dibandingkan dengan 48 persen untuk Tiongkok.

Juga menurut VIR, 72 perusahaan Jepang mengunjungi pemerintahan Quang Ninh, mencari peluang investasi dan bisnis minggu lalu. Quang Ninh adalah provinsi pantai di Vietnam timur laut.

“Perusahaan-perusahaan Jepang ingin memperluas pasar-pasar investasi mereka keluar dari Tiongkok untuk menghindari risiko yang disebabkan oleh meningkatnya biaya-biaya produksi dari negara tersebut dan oleh perang perdagangan AS-Tiongkok, yang membuat sulit bagi perusahaan Jepang untuk mengekspor produk-produk mereka ke AS dari Tiongkok,” kata Nguyen Duc Tiep, perwakilan dari Badan Promosi Investasi Quang Ninh, sebuah lembaga pemerintah, dalam sebuah wawancara dengan VIR. (ran)

Flu Babi Afrika Terdeteksi di Korea Selatan, PBB Peringatkan Penyebaran dari Tiongkok ke Negara Lain

0

Korea Selatan mengatakan beberapa produk daging babi yang dibawa ke negara tersebut oleh orang-orang yang kembali dari Tiongkok telah dites positif terkena Flu Babi Afrika atau African swine fever (ASF).

Hong Nam-ki, kepala Kantor Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korea Selatan, membenarkan deteksi tersebut pada pertemuan antar lembaga, menurut laporan 27 Agustus oleh media Korea Selatan, Yonhap News Agency. Pertemuan diadakan untuk membahas langkah-langkah pencegahan setelah konfirmasi tersebut.

Menurut Hong, ASF ditemukan dalam pangsit dan makanan lain yang mengandung babi yang dibawa pulang dari Tiongkok oleh beberapa warga Korea Selatan pada 3 Agustus. Mereka telah mengunjungi Shenyang, ibu kota Provinsi Liaoning Tiongkok timur laut.

“Diperlukan beberapa hari lagi untuk mengkonfirmasi jenis yang pasti dari virus tersebut, tetapi akan segera disampaikan,” kata Hong, menambahkan, “Kami harus lebih memperkuat karantina pencegahan di perbatasan.”

Deteksi virus di Korea Selatan diikuti oleh pengumuman online oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dari PBB keesokan harinya.

FAO memperingatkan bahwa ASF, yang telah mendorong pemerintah Tiongkok untuk memusnahkan lebih dari 24.000 babi di empat provinsi, dapat menyebar ke negara-negara Asia lainnya setiap saat.

Shenyang adalah kota pertama di Tiongkok yang melaporkan wabah ASF. Sejak itu, penyakit ini telah terdeteksi di beberapa kota, termasuk Zhengzhou, ibu kota Provinsi Henan di Tiongkok tengah, dan Lianyungang, sebuah kota di Provinsi Jiangsu. Sementara ASF sangat menular dan hampir selalu fatal bagi babi dan babi hutan, namun tidak berbahaya bagi manusia.

Juan Lubroth, kepala dokter hewan FAO, memperingatkan produk-produk babi, daripada babi hidup, yang telah menyebabkan penyebaran ASF di Tiongkok.

Sejauh ini, pihak berwenang Tiongkok belum mengidentifikasi apa yang menyebabkan wabah di tempat pertama. Namun, ada bukti yang menunjukkan bahwa wabah tersebut disebabkan oleh daging babi impor, dengan bukti terbaru adalah pengumuman 29 Agustus oleh Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok.

Dalam pengumuman tersebut, seorang pejabat kementerian yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa ada kemungkinan tentang wabah baru di Tiongkok. Pejabat tersebut menjelaskan bahwa karena ASF telah lazim di negara-negara yang merupakan tetangga Tiongkok, risiko wabah sangat tinggi. Pejabat tidak mengidentifikasi nama-nama negaranya.

Lebih khusus, ada bukti bahwa babi Rusia adalah pelakunya. Jurnal ilmiah Science melaporkan bahwa virus yang ditemukan di Tiongkok terkait erat dengan jenis virus yang beredar di Rusia.

Rusia pertama kali melaporkan wabah ASF pada 2007. Sejak itu, lebih dari 2 juta babi telah dimusnahkan.

Di Taiwan, pihak berwenang setempat telah mengambil langkah-langkah pencegahan. Di Taiwan selatan, pemerintah daerah Pingtung, yang memiliki sejumlah besar peternakan babi, yang menghasilkan sekitar 1,24 juta babi secara keseluruhan, menunjukkan bahwa warga setempat telah mengambil tindakan ekstra, menurut surat kabar Taiwan the Liberty Times. Misalnya, penduduk setempat yang pergi ke daerah terinfeksi ASF di Tiongkok harus secara sukarela memaksakan mengisolasi diri setelah mereka kembali ke Taiwan, sebelum mereka pergi bekerja di peternakan babi.

Kedutaan Besar AS telah memposting pengumuman FAO di halaman Weibo, platform media sosial yang mirip dengan Twitter, dan banyak pengguna internet Tiongkok telah meninggalkan komentar.

Seorang netizen dengan moniker “Duoduo Guanzhao P” menulis, “Saya mendengar bahwa karena perang dagang dengan Amerika Serikat, Tiongkok tidak mengimpor daging babi dari AS lagi. Sebaliknya, kita mengimpor dari Rusia.”

Pengguna internet Tiongkok cenderung meninggalkan komentar di laman Weibo Kedutaan Besar AS karena komentar cenderung tidak disensor atau dihapus oleh otoritas Tiongkok. (ran)

Anak Muda Norwegia CS Tidak Sebahagia Perkiraan

EpochTimesId – Negara-negara Nordik, bangsa Norwegia dan sekitarnya, dalam beberapa tahun terakhir dikenal paling bahagia. Norwegia CS dikenal sebagai bangsa paling bahagia dalam survei tentang tingkat kebahagiaan yang digelar oleh lembaga penelitian internasional.

Akan tetapi, sebuah penelitian baru menemukan pandangan hidup yang sedikit berbeda. Tampaknya ada semacam “kesenjangan kebahagiaan.” Dimana kaum muda khususnya, semakin tidak bahagia.

Penelitian itu bertajuk, “In the Shadow of Happiness,” (dalam bayangan kebahagiaan) digelar oleh ‘the Nordic Council of Ministers and the Happiness Research Institute’ (Dewan Menteri Nordik dan Institut Riset Kebahagiaan) yang berbasis di Kopenhagen. Mereka menemukan bahwa kesejahteraan subjektif tidak terdistribusi secara merata di negara-negara Nordik yang egaliter.

Tingkat kebahagiaan secara umum memang masih tinggi, baik di Finlandia, Norwegia, Denmark, dan Islandia. Mereka menduduki puncak Laporan Kebahagiaan Dunia tahun 2018. Swedia berada di posisi ke-9, dengan 12,3 persen orang di kawasan Nordik berada dalam Kategori ‘berjuang’ atau ‘menderita’.

Pada skala nol sampai 10, kelompok-kelompok ini memiliki skor yang dilaporkan sendiri dari nol hingga empat (menderita/suffering) atau lima hingga enam (berjuang/struggling). Tujuh atau lebih didefinisikan sebagai ‘berkembang (thriving)’.

Dalam studi ini, orang Denmark adalah yang paling bahagia, dengan 91,9 persen berkembang. Orang Swedia paling tidak bahagia, tetapi masih pada pertumbuhan yang mengesankan yaitu 85,1 persen. Sebagai perbandingan, orang Inggris saja, memiliki kondisi 74,9 persen, dan Rusia hanya 38,4 persen.

Sebuah pengamatan yang penulis buat adalah, bahwa negara-negara Nordik menentang pola distribusi yang umum di seluruh kelompok usia di seluruh dunia. Biasanya, orang lebih bahagia di masa muda mereka, kemudian kebahagiaan itu akan semakin menurun. Mereka akan bahagia kembali pada usia tua. Jika digambarkan akan berbentuk U.

Akan tetapi untuk bangsa dari negara-negara Nordik, bentuk nya kini hampir menjadi U-terbalik. Orang yang paling muda dan yang paling tua menjadi orang yang paling ‘tidak-bahagia’.

Kesehatan Mental Buruk
Salah satu alasannya adalah bahwa dua faktor utama ketidakbahagiaan di negara-negara Nordik adalah kesehatan umum dan kesehatan mental. Sementara kesehatan umum, karena alasan alami, akan menurun tajam di antara kesehatan mental tertua dan buruk di kalangan kaum muda. Ini sudah menjadi masalah besar.

Studi ini menemukan bahwa, terutama kalangan wanita muda, ‘tidak-bahagia’. Di Swedia, hampir 20 persen wanita berusia 18-23 (berjuang/struggling) atau (menderita/suffering).

Ulf Andreasson, salah satu editor laporan itu, mengatakan kepada Televisi Swedia bahwa negara-negara Nordik mungkin, pada kenyataannya, tidak sebahagia seperti yang ditunjukkan oleh studi internasional sebelumnya.

“Ada beberapa kekhawatiran bahwa angka-angka mungkin lebih tinggi, bahwa kita adalah wilayah yang bahagia bahwa itu akan menjadi stigma sosial untuk memberi tahu orang-orang bahwa Anda tidak bahagia,” kata Andreasson.

Bunuh diri di antara anak-anak muda adalah masalah besar di negara-negara Nordik, terutama di Finlandia. Fakta itu bertanggung jawab untuk sepertiga dari seluruh angka kematian di antara anak-anak berusia 15-24 tahun, menurut statistik lain dari Dewan Menteri Nordik yang dikutip dalam laporan.

Temuan lain adalah bahwa orang yang sangat religius cenderung lebih bahagia daripada orang yang tidak beragama. Semua negara Nordik, terutama Swedia, adalah salah satu yang paling sekuler dan rasional, serta paling tidak tradisional di dunia, menurut World Values ​​Survey.

“Di antara konsekuensi negatif dari ketidakbahagiaan adalah hilangnya kepercayaan,” laporan Dewan Menteri Nordik mengatakan.

Masyarakat Nordik melaporkan tingkat kepercayaan sosial yang lebih tinggi daripada bagian dunia lainnya. Yang, pada gilirannya, memiliki efek sosial-ekonomi yang positif.

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketidaksetaraan dalam kesejahteraan subjektif memiliki dampak yang lebih besar pada kepercayaan daripada kesetaraan pendapatan, menurut laporan itu. (ARON LAMM/EPOCH TIMES/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Kuil Shaolin Angkat Bendera Nasional Memberi Sinyal Kontrol Beijing

0

Kuil Shaolin, mungkin biara Buddha Tiongkok yang paling terkenal di dunia dan dilegendakan sebagai tempat kelahiran kung fu, telah diumumkan dalam upacara pengibaran bendera bahwa sekarang menjadi milik Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Acara pada 27 Agustus menandai pertama kalinya dalam sejarah 1.500 tahun kuil tersebut secara resmi dinyatakan sebagai sebuah sikap politik. Kuil ini terletak di atas salah satu puncak Gunung Song, gunung keramat, di Kabupaten Dengfeng, Provinsi Henan. Ia memiliki asal-usul waktu yang lebih awal tahun 495 dan telah dinobatkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.

Selama bertahun-tahun, kuil tersebut telah berubah arah dari tujuan awal Buddha-nya, sekarang dengan usaha komersial untuk memanfaatkan ketenaran kung fu dan Kepala Biara Shi Yongxin menjabat sebagai perwakilan untuk legislatif stempel karet Tiongkok. Hari ini, Kuil Shaolin adalah kerajaan bisnis besar, dengan perusahaan film dan televisi, akademi lukisan, rumah penerbitan, dan rombongan pertunjukan.

Pukul 7 pagi, dua belas biksu berbaris membawa satu bendera merah di bahu mereka, memasuki gerbang gunung kuil untuk tepuk tangan lebih dari 100 penonton, termasuk pejabat-pejabat PKT setempat, biksu-biksu pemimpin, dan murid-murid asing mereka.

wihara shaolin cina tiongkok
Biksu Tiongkok menghadiri upacara di Kuil Shaolin untuk merayakan Tahun Baru Imlek di Kabupaten Dengfeng, Provinsi Henan, Tiongkok, pada 28 Januari 2017. (STR / AFP / Getty Images)

Dalam beberapa tahun terakhir, Partai Komunis ateis telah memperketat cengkeraman ideologisnya di atas keyakinan-keyakinan beragama. Pada bulan Maret, rezim telah memulai kampanye untuk memaksa semua tempat keagamaan untuk memasukkan bendera nasional, konstitusi, “nilai-nilai inti sosialis,” dan budaya tradisional Tiongkok. Rejim Tiongkok menyebut kampanye ini “Empat Kunci Masuk.”

Dengan harapan bahwa sesuai dengan kampanye tersebut akan meredakan ketegangan, banyak masjid Islam telah menaikkan bendera nasional sejak Mei.

Untuk memajukan kampanye ini, Departemen Pekerjaan Fron Persatuan PKT, sebuah badan yang didedikasikan untuk mempengaruhi kelompok di dalam dan di luar Tiongkok untuk mendukung agenda partai, telah menyelenggarakan konferensi urusan agama pada bulan Juli.

Partai memutuskan bahwa semua tempat keagamaan harus menaikkan bendera nasional di acara-acara penting, seperti festival keagamaan dan festival tradisional Tiongkok, dan juga pada Hari Nasional, hari libur umum yang memperingati hari dimana PKT telah mengambil alih Tiongkok.

Kuil Shaolin adalah biara Buddha pertama yang menaikkan bendera nasional dalam upacara yang sangat penting, dan Kepala Biara Shi Yongxin menyerukan agar biara-biara lain mengikuti. Shi menjabat sebagai wakil presiden Asosiasi Buddhis Tiongkok yang dikelola negara, sebuah organisasi tempat rezim Tiongkok memantau kegiatan semua praktisi Buddhis di negara tersebut.

Berita upacara bendera tersebut memicu netizen Tiongkok mengkritik kuil karena mencampurkan agama dengan politik.

Laozhou, pengguna Weibo, platform media sosial yang mirip dengan Twitter, menulis: “Jangan percaya pada Buddha, tetapi Marxisme. Jangan membaca kitab suci Buddha tetapi berdoa kepada partai. Sekelompok orang yang berpenampilan palsu.”

Pengguna Weibo lainnya, dikutip oleh South China Morning Post, menulis: “Sang Buddha dan Marx telah berjabat tangan. … Agama Buddha dimaksudkan untuk mengkultivasikan pikiran, tubuh dan jiwa — apa hubungannya dengan politik? Bukankah para biarawan di biara telah meninggalkan kehidupan duniawi? Saya merasa tidak nyaman dan hanya berpikir bahwa menaikkan bendera nasional di kuil sama sekali tidak tepat.”

Dr. Chan Sze Chi, seorang dosen senior di Hong Kong Baptist University mengatakan kepada Radio Free Asia dalam wawancara 28 Agustus bahwa agama Buddha memiliki banyak pengikut di Tiongkok, sehingga rezim pertama kali memaksa Kuil Shaolin untuk mengadopsi sikap seperti itu sebagai sebuah peringatan untuk kuil-kuil yang lain.

“Untuk menemukan contoh dari biara-biara Budha, Kuil Shaolin adalah yang terbaik karena sangat terkenal dan memiliki biksu kung fu sebagai lambangnya. Kuil Shaolin yang paling ambisius berlutut [mengangkat bendera nasional], sehingga yang lain akan mengikuti,” kata Chan. (ran)

ErabaruNews

Sejumlah Negara Menyesal Putuskan Hubungan Diplomatik Dengan Taiwan

0

EpochTimesId – Tiongkok komunis terus menggunakan strategi ‘menabur uang’ untuk menggaet negara-negara yang telah memiliki hubungan diplomatik dengan ROC (Republic of China/Taiwan). Tetapi, setelah negara-negara tersebut memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan dan membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok komunis, Tiongkok komunis tidak lagi menghormati janjinya.

Hal ini pula yang menyebabkan presiden Malawi menyesali keputusannya untuk memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan. Dia mengakui putus hubungan dengan ROC karena ingin membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok, dan itu adalah kebijakan yang sangat keliru.

Tsai Shih-Ying, seorang legislator dari Partai Progresif Demokratik Taiwan mengatakan, El Salvador pada 21 Agustus 2018 memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan. Mereka membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok komunis, karena tertarik oleh ‘taburan uang’ mereka.

El Salvador pernah ingin meminta dana bantuan sebesar hampir 2 miliar renminbi dari Taiwan. Permintaan yang tidak disanggupi oleh Taiwan. Karena itu El Salvador kemudian beralih ke Beijing.

Ketika Presiden El Salvador mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Taiwan, dia juga mengatakan bahwa dengan membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok komunis, El Salvador diharapkan dapat menerima manfaat yang sangat besar. Dia ingin memperoleh kesempatan yang lebih luas, yang akan diberikan oleh negara tersebut.

Menurut sejumlah media on-line Taiwan, seperti ETTV, dan TVBS, beberapa negara yang telah memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan di masa lalu, kebanyakan beralih membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Itu karena mereka tertarik dengan ‘taburan uang’ dari negara komunis tersebut.

Malawi, salah satu negara yang memutus hubungan dengan Taiwan pada tahun 2008, juga tertarik dengan iming-iming investasi 6 miliar dolar dari Tiongkok. Namun masa depan Malawi tidak seindah yang dilukiskan oleh komunis dalam janjinya setelah hubungan diplomatik dibuka.

Di masa lalu, Taiwan membangun gedung rumah sakit untuk Malawi, mendirikan ‘Pelangi Rawat Jalan’ yang dikhususkan untuk menangani penyakit AIDS yang sudah tersebar luas di negara tersebut. Di samping kontrol dan pengobatan yang efektif, rumah sakit juga menangani kasus pasien dengan metode pelacakan lengkap.

Namun, pemutusan hubungan diplomatik memaksa tim dokter dari Taiwan angkat kaki, dan tim dokter dari Tiongkok komunis yang mengambil alih. Selain kurangnya kapasitas perawatan kesehatan dan kualitas dokter dari Tiongkok, bahkan kemampuan berbahasa Inggris mereka pun sangat kurang.

Pada tahun kedua setelah hengkangnya dokter Taiwan, 8 juta orang Malawi meninggal dunia karena penyakit AIDS yang kembali merajalela.

Pada saat yang sama, arus modal yang mengalir masuk dari Tiongkok secara deras ke Malawi hampir menelan habis seluruh kesempatan usaha para pedagang lokal. Penduduk Malawi sendiri hanya dapat bekerja di bawah perusahaan-perusahaan Tiongkok daratan, sementara majikan asal Tiongkok itu memang sudah terbiasa dengan membayar gaji rendah.

Celakanya, pemerintah Malawi tidak berdaya untuk mencegahnya. Meskipun gaji bulanan telah ditetapkan oleh negara sebesar 20 dolar AS, namun majikan asal Tiongkok seringkali hanya memberikan 13 dolar.

Upah rendah, pemerasan, konflik budaya menyebabkan demonstrasi anti-Tiongkok komunis pada tahun 2011 pecah di Malawi. Hingga tahun 2016, PDB per kapita Malawi terus berada di level lebih rendah daripada sebelum negara itu memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan pada tahun 2008.

Laporan mengatakan, pada saat Presiden Malawi, Peter Mutharika mengaku menyesal atas keputusannya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok komunis. Dia juga mengatakan, “Entah bagaimana cara untuk menjelaskan kepada rakyat.”

Legislator Wang Ding-yu pernah mengungkapkan bahwa Tiongkok komunis telah merebut negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan, seperti Kongo, Gambia, Mozambik dan negara-negara Afrika lainnya. Mereka juga dijanjikan akan diberikan banyak uang.

Namun, uang yang dijanjikan tidak pernah masuk. Negara-negara itu justru kemasukan sejumlah besar perusahaan-perusahaan asal Tiongkok, termasuk BUMN. Mereka juga umumnya membawa tenaga kerja Tiongkok, yang kemudian menjadikan orang-orang lokal menjadi budak mereka. Negara pun terpaksa menanggung beban utang.

Negara Afrika, Republik Sao Tome dan Principe, yang 2 tahun lalu memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan, hingga kini belum menerima dana bantuan yang dijanjikan sebesar 140 juta. Mereka dijanjikan oleh pemerintah komunis, bahwa bantuan akan diberikan setelah membuka hubungan diplomatik dengannya. Proyek rencana perluasan bandara pun jadi terkatung-katung.

Kosta Rika yang memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan pada tahun 2007 juga menerima janji Tiongkok komunis akan mendapat dana bantuan sebesar 400 juta dolar AS untuk membangun jalan raya.

Namun 10 tahun telah berlalu, proyek tersebut belum ada kejelasan. Bahkan, tiang-tiang penyangganya pun belum terlihat. Itu membuat Kosta Rika terasa Ironis, dengan upacara penyambutan besar-besaran yang pernah dilakukan pada waktu itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan, Li Xianzhang pada 28 Agustus 2018 saat menerima wawancara Radio Free Asia. Dia mengatakan bahwa, Tiongkok terus merusak hubungan diplomatik Taiwan dengan negara lain. Namun, setelah banyak negara menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok komunis, komitmen awal Tiongkok komunis itu tidak diwujudkan.

Oleh karena itu, warisan fasilitas medis dan langkah-langkah Taiwan dalam membantu kehidupan nasional yang sedang berjalan di negara itu tidak berkelanjutan. Itu juga menyebabkan kerugian besar bagi penduduk setempat.

Laporan itu mengatakan bahwa setelah tim medis Tiongkok mengambil alih pengolaan rumah sakit di Malawi, mereka hanya melayani penyakit yang berkaitan dengan ginekologi, pediatri dengan fasilitas anestesi, radiologi dengan pasokan tenaga ahli yang tidak lengkap. Rumah sakit misalnya, tidak lagi melayani pengobatan penyakit AIDS.

“Seperti halnya yang terjadi di Tiongkok ada yang menjual darah, karena jarumnya dipakai berulang, sehingga seluruh penduduk satu dusun mengidap AIDS. Pasien-pasien itu kemudian dikumpulkan di satu tempat oleh pihak rumah sakit yang dikelola tenaga medis dari Tiongkok, membiarkan mereka tinggal di sana.”

Huang Kuibo, wakil dekan Sekolah Urusan Internasional di Universitas Ilmu Politik Taiwan mengatakan bahwa kasus Malawi ini menunjukkan bahwa Taiwan bukan tanpa memiliki keunggulan strategis dalam pertempuran diplomatik lintas selat.

Keunggulan Taiwan dalam proyek bantuan luar negeri diberikan berdasarkan kebutuhan negara yang dibantu. Taiwan memiliki kelebihan dalam standar medis, teknologi pertanian, bantuan pendidikan, dan bantuan yang dapat meningkatkan kehidupan dasar masyarakat lokal.

Saat ini, sekutu diplomatik ROC hanya tersisa 17 negara. Setelah Tsai Ing-wen menjabat sebagai presiden sejak bulan Mei 2016, Tiongkok komunis menambah tekanan terhadap ruang gerak Taiwan di forum internasional, dan merebut negara sekutu mereka. Hanya dalam 2 tahun lebih, Taiwan telah kehilangan 5 negara yang telah menjalin hubungan diplomatik sebelumnya.

Diplomasi ‘menabur uang’ Tiongkok komunis dan merebut negara sekutu Taiwan juga mendapat perhatian dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Senator Amerika Serikat Marco Rubio, Cory Gardner dan beberapa politisi lainnya dalam pernyataannya menyebutkan bahwa AS mengusulkan amandemen undang-undang bagi El Salvador. Itu untuk membatasi pendanaan AS kepada negara itu.

“Amerika Serikat akan menggunakan berbagai metode untuk mendukung status Taiwan di arena internasional.”

Ketua Kehormatan Komite Urusan Luar Negeri DPR-AS, Heana Ros-Lehtinen mengatakan bahwa, Tiongkok komunis berupaya untuk mengisolir Taiwan melalui tekanan diplomatik luar negeri mereka, dengan tingkat risiko yang telah naik pesat. AS tidak akan membiarkan Beijing untuk terus menindas negara sekutu.

Amerika menghimbau negara demokrasi untuk bersatu dan mencegah agar tindakan Tiongkok komunis tersebut tidak menyebar terus. (Wen Pu/ET/Sinatra/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Bom Meledak di Filipina, 2 Orang Tewas dan 37 Terluka

Epochtimes.id- Seorang pembom yang menewaskan dua orang dan melukai 37 orang di sebuah festival kota di Filipina selatan.

Seorang komandan militer Filipina dilansir AP, Rabu (29/08/2018) mengatakan pembom ini menjajakan buah-buahan kepada orang-orang dengan harapan menghindari kecurigaan ketika ia meninggalkan tas yang juga berisi bom.

Warga yang curiga semoat mengingatkan kepada polisi ketika pria itu buru-buru meninggalkan tas di bawah sepeda motor yang diparkir dekat pasar malam. Kejadian ini disampaikan Brigjen. Jenderal Cirilito Sobejana kepada The Associated Press melalui sambungan telepon.

Pasukan mengejar pria itu ketika penduduk desa menunjuk kepadanya tetapi ia melarikan diri dengan sepeda motor. Ketika itu terjadi kekacauan yang disebabkan oleh ledakan pada malam 28 Agustus di kota Isulan di provinsi Sultan Kudarat.

“Pria itu menjajakan rambutan dan buah-buahan lain sebagai pengalih perhatian, untuk membuatnya tampak bahwa isi tasnya tidak berbahaya,” kata Sobejana.

“Bom itu dibuat dari pompa air, yang menghancurkan dan melemparkan pecahan baja dan bagian-bagian sepeda motor ke arah kerumunan pasar malam,” katanya.

Jumlah korban tewas meningkat menjadi dua orang. Aparat Filipina mengatakan setidaknya satu dari mereka yang terluka dalam pemboman dalam kondisi serius.

Menjelang akhir hari perayaan ulang tahun pendiri Isulan resmi dibatalkan. Pihak berwenang berencana menggelar pertemuan pada 29 Agustus untuk membahas memperkuat keamanan kota.

Pelaku pembom tersebut berhasil lolos. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Pihak berwenang mencurigai kelompok bersenjata, Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro, yang beraliasi dengan ISIS.

Pasukan Filipina di selatan bergolak telah waspada dalam beberapa pekan terakhir berdasarkan intelijen militer bahwa miltan Islamic State berencana melakukan pemboman di area publik setelah dipukul mundur militer Filiphina.

Pemboman kendaraan pada 31 Juli di provinsi Basilan selatan menewaskan 11 orang, termasuk tersangka teroris asing yang mengendarai kendaraan itu. ISIS mengaku bertanggung jawab dan mengidentifikasi penyerang adalah warga negara Maroko. (asr)

Akademisi Australia Diselidiki Terlibat Penelitian Pengambilan Organ Paksa di Tiongkok

0

Seorang akademisi Australia dengan sejarah membuat komentar-komentar yang memfitnah tentang kelompok spiritual Falun Gong sedang diselidiki oleh universitasnya atas tuduhan kesalahan akademik.

Campbell Fraser, seorang dosen senior di departemen bisnis internasional dan studi Asia Universitas Griffith, yang telah melakukan penelitian tentang penyalahgunaan transplantasi organ dalam beberapa tahun terakhir, sering disebut di media pemerintah Tiongkok untuk memperkuat pernyataan Beijing bahwa pengambilan organ dari para tahanan hati nurani tidak tidak ada.

Menurut laporan baru-baru ini oleh The Australian, seorang anggota Himpunan Falun Dafa Australia secara resmi mengeluh tentang pernyataan-pernyataan akademis Fraser selama kesaksian yang diberikan pada sidang Parlemen Australia tentang masalah perdagangan organ dan wisata transplantasi organ pada bulan Juni.

Sekarang, dia sedang diselidiki oleh universitas untuk ketiga kalinya, menurut The Australian. Surat kabar tersebut melaporkan bahwa universitas sedang melihat insiden 2016 di mana Fraser mewawancarai 11 praktisi Falun Gong di Sydney untuk proyek akademik, tetapi menolak kesaksian mereka sebagai tidak kredibel.

Selain itu, selama segmen yang disiarkan bulan Februari 2017 oleh CCTV, media televisi corong Partai Komunis, Fraser berusaha untuk mendiskreditkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli dalam Koalisi Internasional untuk Mengakhir Pelanggaran Transplantasi di Tiongkok (International Coalition to End Transplant Abuse in China). “Jelas, mereka menggunakan apa yang disebut pengambilan organ untuk mendapatkan tujuan politik tertentu,” katanya.

Fraser, yang mengatakan dia masih terus meragukan bahwa pengambilan organ paksa dilakukan dalam skala besar di Tiongkok, saat ini telah dilarang oleh universitas untuk bepergian ke luar negeri atau berbicara dengan media, menurut The Australian. Dia mengatakan kepada The Australian bahwa penyelidikan saat ini terhadap pelanggaran adalah yang ketiga kalinya, dan bahwa dia telah dibebaskan dua kali sejak yang pertama.

Ketika dihubungi oleh The Australian, Fraser mengatakan bahwa Tiongkok telah mengundangnya untuk berbicara di konferensi internasional tentang perdagangan organ dan bahwa rezim membayar untuk perjalanan dan akomodasinya. Namun, dia menyangkal bahwa dia berada “di bawah kendali langsung Tiongkok” terutama karena alasan keuangan.

Sementara itu, universitas telah memberi tahu The Australian bahwa mereka tidak berkomentar secara terbuka tentang investigasi yang sedang berlangsung, tetapi menambahkan bahwa: “Kami mendukung hak akademisi kami untuk berbicara secara terbuka tentang bidang keahlian mereka. Falun Gong berada di luar bidang keahlian akademik Dr. Fraser… universitas tidak akan mendukung komentar apa pun dari akademisi yang tidak terbukti atau berpotensi mencemarkan nama baik organisasi atau individu lain.”

Sebagai contoh, dalam artikel bulan Agustus 2017 di China Daily, surat kabar berbahasa Inggris yang dikelola negara, Fraser disebut sebagai seorang ahli yang percaya bahwa penelitian sebelumnya tentang pengambilan organ telah diputarbalikkan dan bahwa para praktisi Falun Gong telah menciptakan klaim-klain tersebut. “Kita tidak bisa membiarkan kultus-kultus menghalangi jalan kita,” katanya, mengulang kata-kata kunci propaganda rezim Tiongkok.

Ini adalah penghinaan untuk berbagai studi independen yang dilakukan oleh para ahli hak asasi manusia dan profesional medis yang menemukan banyak bukti bahwa para tahanan hati nurani terus-menerus menjadi stok organ untuk dipanen. Sebuah laporan Juli oleh Pusat Penelitian Panen Organ Tiongkok (China Organ Harvest Research Center), misalnya, menyebut sebagai bukti faktanya bahwa jumlah transplantasi terus-menerus melebihi jumlah sumbangan-sumbangan organ legal, organ-organ tetap tersedia “sesuai permintaan” untuk wisatawan medis asing, dan masih ada kekurangan tidak adanya pengawasan atas sistem transplantasi tersebut.

Falun Gong juga disebut Falun Dafa adalah latihan meditasi berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, belas kasih, dan toleransi [sejati-baik-sabar]. Ia dilarang oleh rezim Tiongkok pada Juli 1999 setelah pemimpin Partai Komunis Jiang Zemin meyakini popularitas kelompok meditasi tersebut akan mengancam otoritas partai, dimana menurut perkiraan negara praktisinya telah mencapai 100 juta. Dengan bekal kekhawatirannya Jiang meluncurkan kampanye nasional untuk membasmi latihan tersebut.

Ribuan praktisi Falun Gong di Tiongkok telah ditangkap dan ditahan, dengan konfirmasi 4.251 kematian sebagai akibat dari penganiayaan, menurut Minghui.org, sebuah situs web berbasis di AS yang didedikasikan untuk mendokumentasikan penganiayaan Falun Gong di Tiongkok. Jumlah sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih besar dikarenakan kesulitan memperoleh informasi sensitif dari Tiongkok.

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti independen telah melakukan penelitian yang menunjukkan adanya pengambilan organ secara luas, pemindahan paksa organ dari para pendonor yang tidak rela bersedia, dari para praktisi Falun Gong dan tahanan hati nurani lainnya di Tiongkok. (ran)

https://www.youtube.com/watch?v=0x2fRjqhmTA&t=27s

ErabaruNews

Barat Merencanakan Pendekatan Baru yang Lebih Besar di Pasifik untuk Menghadapi Pengaruh Tiongkok

0

SYDNEY — Amerika Serikat, Australia, Prancis, dan Inggris akan membuka kedutaan baru di Pasifik, meningkatkan tingkat pengadaan staf personel, dan lebih sering terlibat dengan pemimpin-pemimpin negara kepulauan Pasifik dalam upaya untuk melawan meningkatnya pengaruh Tiongkok di kawasan tersebut, orang-orang yang mengetahui situasinya telah mengatakan pada Reuters.

Bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Pasifik yang penduduknya jarang penting karena masing-masing negara pulau kecil tersebut memiliki suara di forum internasional seperti PBB. Mereka juga mengendalikan banyak lautan yang kaya sumber daya.

Tiongkok telah menghabiskan $1,3 miliar untuk pinjaman-pinjaman lunak dan hadiah sejak tahun 2011 untuk menjadi donor terbesar kedua di Pasifik setelah Australia, memicu kekhawatiran di Barat bahwa beberapa negara kecil tersebut bisa menjadi terlalu terbebani dan berutang pada Beijing.

Sebagai tanggapan, Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat mengatakan mereka akan meningkatkan bantuan ekonomi dan memperluas kehadiran diplomatik mereka ke negara-negara di kawasan tersebut, pejabat-pejabat pemerintah dan diplomat mengatakan kepada Reuters.

“Kami cemas dengan praktik-praktik Tiongkok yang mengarah pada utang yang tidak berkelanjutan,” menurut sumber pemerintah AS yang mengetahui rencana Washington untuk wilayah tersebut, yang berbicara dengan syarat tanpa menyebut nama.

Pejabat AS itu mengatakan Washington perlu memiliki perwakilan yang memadai di negara-negara Pasifik untuk membiarkan pemerintah mereka tahu pilihan-pilihan apa yang terbuka bagi mereka, dan konsekuensi dari mengambil tawaran-tawaran dari tempat lain.

Perwakilan untuk pemerintah Australia, Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat di Canberra tidak segera menanggapi permintaan untuk komentar.

Washington bertujuan untuk meningkatkan jumlah staf diplomatik di Palau, Negara Federasi Mikronesia, dan kemungkinan Fiji dalam dua tahun ke depan, kata sumber pemerintah AS.

Pemerintah Australia diperkirakan memberi nama komisioner pertamanya di Tuvalu dalam beberapa minggu, bergegas untuk mengisi jabatan yang Canberra telah tetapkan yang dibentuk hanya beberapa bulan lalu, sumber pemerintah yang tidak mau disebut namanya mengatakan kepada Reuters karena tidak berwenang untuk berbicara dengan media.

Inggris akan membuka komisi-komisi tinggi baru di Vanuatu, Tonga, dan Samoa pada akhir Mei 2019, sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron berusaha mengatur pertemuan para pemimpin Pasifik awal tahun depan, sumber-sumber diplomatik dan pemerintah mengatakan pada Reuters.

Awal bulan ini, Perdana Menteri Tonga ‘Akilisi Pohiva mencari dukungan dari pemerintah-pemerintah lain di kawasan tersebut untuk membuat sebuah permintaan yang telah dikoordinasikan agar Tiongkok memaafkan utang-utang yang sedang meningkat jumlahnya. Pemimpin Pasifik tersebut kemudian secara mendadak berbalik arah mendukung setelah Beijing mengeluh tentang rencana tersebut.

Palau dan Tuvalu sama-sama mengakui Taiwan. Meskipun Taiwan adalah sebuah pulau yang memiliki pemerintahan sendiri, Beijing mengklaim itu adalah provinsi pemberontak yang suatu hari akan dipersatukan kembali dengan daratan. Tiongkok telah menekan banyak sekutu diplomatik Taiwan untuk memutuskan hubungan dengan pulau itu dalam upaya untuk mendorong prinsip “satu Tiongkok”.

Tiongkok tidak hanya menawarkan dana untuk membangun pengaruh. Pada akhir tahun 2018, Fiji berharap menerima kapal hidrografi Tiongkok yang dapat memetakan dasar laut, Viliame Naupoto, kepala angkatan bersenjata Fiji, mengatakan pada Reuters. Ini akan menjadi hadiah militer pertama bagi negara Pasifik tersebut dari Tiongkok, dan para diplomat Barat melihat itu sebagai upaya Beijing untuk menjilat Fiji, salah satu ekonomi yang lebih besar di kawasan tersebut. (ran)

Rangkaian Perdagangan Bebas ASEAN 2025, Indonesia Minta Minuman Alkohol Tidak Dibuka Akses Pasar

0

Epochtimes.id- Para  Menteri  ASEAN  Free  Trade  Area  (AFTA)  Council  kembali melangsungkan pertemuan rutin tahunan yang ke-32 dalam rangkaian acara pertemuan Menteri Ekonomi  ASEAN  (ASEAN  Ministers’  Meeting/AEM)  ke-50  pada  Rabu  (29/8/2018)  di  Shangri-La Hotel, Singapura.

Pertemuan ini membahas isu-isu pendalaman integrasi ekonomi ASEAN di bidang perdagangan barang.

Dalam   masa   Keketuaan   Singapura   di   ASEAN   pada   tahun   ini,   ASEAN   berhasil   menyepakati mekanisme  penerbitan  Surat  Keterangan  Asal  (SKA)  secara  mandiri  oleh  eksportir  bersertifikasi, baik  produsen-eksportir  maupun  “trader-exporter”.

Pada  kesempatan  ini,  mekanisme  tersebut disahkan   oleh   para   Menteri   AFTA   Council   dengan   menandatangani   Perjanjian   Amandemen Pemberlakuan  Sertifikasi  Mandiri  di  ASEAN  (ASEAN  Wide  Self  Certification/AWSC).

Diharapkan sertifikasi   mandiri   ini  dapat   dinikmati   oleh   para   pelaku   usaha   dalam   melakukan   eksportasi produknya pada tahun 2019.

“Pemberlakuan  Sertifikasi  Mandiri  ini  akan  mendorong  lahirnya  eksportir-eksportir  baru  yang bersertifikasi di ASEAN termasuk di Indonesia karena produk ekspornya dapat menikmati tarif 0% di negara anggota ASEAN lainnya,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam rilis Kemendag.

“Dengan lahirnya eksportir baru, permintaan akan produk akan meningkat dan dengan demikian produsen akan juga tumbuh. Hal ini berarti industri nasional akan tumbuh  merespon  permintaan  yang  terus  meningkat,  dan  pada  gilirannya  ekspor  Indonesia meningkat   dengan   demikian   diharapkan   volume   ekspor   Indonesia   dapat   meningkat   secara signifikan,” ujarnya.

Apabila  Sertifikasi  Mandiri  diterapkan  di  ASEAN,  maka  terdapat  tiga  alternatif  pembuktian  Surat Keterangan Asal  yang dapat digunakan untuk mendapatkan tarif preferensi  (0%) di  ASEAN, yaitu SKA Form D yang dicetak, disahkan dan dikirim melalui jasa pengiriman yang memakan waktu; SKA Form D dikirim secara elektronik melalui website ASEAN Single Window; atau invoice perusahaan untuk   Sertifikasi   Mandiri.

Eksportir   Indonesia   dapat   memilih   salah   satu   dari   tiga   fasilitasi perdagangan tersebut untuk memperlancar ekspornya ke ASEAN.

Selain  Sertifikasi  Mandiri,  fasilitasi  perdagangan  lain  yang  juga  dan  terus  dikembangkan  oleh ASEAN adalah ASEAN  Single Window (ASW), ASEAN  Trade Repository (ATR) dan ASEAN  Solutions for  Investments,  Services  and  Trade  (ASSIST)  untuk  memperlancar  arus  perdagangan  barang  di ASEAN  dalam  rangka  mendorong  perluasan  integrasi  ekonomi  ASEAN  2025.

Selain  itu,  para Menteri  AFTA  Council  juga  mengesahkan  Pedoman  Mengurangi  Hambatan  Nontarif  (Guidelines Non Tariff Measures) di negara anggota ASEAN.

Sementara  itu,  Direktur  Jenderal  Perundingan  Perdagangan  Internasional  (PPI)  menyampaikan bahwa ke depan fasilitasi perdagangan ASEAN akan terus berkembang, selain Sertifikasi Mandiri, ASEAN  juga  mulai  mengoperasikan  e-SKA  Form  D  (e-Form  D)  yang  dikirim  melalui  ASEAN  Single Window (ASW).

“Mandat Menteri AFTA Council untuk mengurangi biaya transaksi perdagangan di ASEAN  sebesar  10%  tahun  2020  dipastikan  dapat  dipenuhi  apabila  mekanisme  penerbitan  SKA dapat  dilakukan  secara mandiri oleh produsen maupun  trader  dan dapat  disampaikan ke  negara tujuan ekspor dengan menggunakan elektronik SKA (e-SKA) melalui ASW,” tegasnya.

Dalam    intervensinya,   Mendag   mendorong   negara   anggota   ASEAN   lainnya   untuk   segera membangun  National  Single  Window  (NSW)  agar  10  negara  anggota  ASEAN  terhubung  secara efektif  dengan  ASW  sehingga  penyampaian  dokumen  e-SKA  dan  dokumen  ekspor  lainnya  dapat disampaikan    secara    elektronik    melalui    ASW.

Dengan    implementasi    penuh,    ASW    akan menyelesaikan   permasalahan   bukti   fisik   dokumen   preferensi,   memperlancar   implementasi operasional  Sertifikasi  Mandiri  dan  lebih  lanjut  dapat  dikembangkan  ke  negara  mitra  ASEAN lainnya, misalnya dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Minuman Beralkohol Tetap dalam General Exception List

Pada  pertemuan  AFTA  Council  ke-32,  Mendag  juga  berhasil  meyakinkan  para  negara  anggota ASEAN mengenai posisi Indonesia yang tetap mempertahankan minuman alkohol sebagai produk yang tidak dibuka akses pasarnya dan tetap menempatkannya dalam  General Exception List (GEL List) di ASEAN.

Hal ini terus dibicarakan dan didesak oleh negara anggota ASEAN kepada Indonesia dan Malaysia dalam  perundingan  ATIGA  sejak  2007.

“Namun,  hingga  saat  ini  pengurangan  hambatan  nontarif untuk  minuman  beralkohol  tidak  dapat  diimplementasikan  karena  memiliki  dampak  sosial  serta berpengaruh   terhadap   kesehatan   masyarakat   Indonesia,” kata Mendag.

“Indonesia   meminta   ASEAN   untuk mempertimbangkan  penyelesaian  atas  isu  ini  tidak  secara  ekonomi  seperti  yang  diatur  dalam ATIGA, melainkan secara politis, mengingat hal ini sudah berlarut-larut,” pungkas Mendag.

Tiongkok Rangkul Negara Afrika dengan Tabur Uang dan Tarif Nol

0

EpochTimesId – Wakil Menteri Perdagangan Tiongkok, Qian Keming mengatakan bahwa Tiongkok memberikan fasilitas dengan nol tarif untuk masuk pasar Tiongkok. Kemudahan itu diberikan bagi 97 persen komoditas yang diekspor oleh 33 ‘negara Afrika termiskin’, Selasa (28/8/2018) lalu.

Selain itu, Pameran Internasional Komoditas Impor Tiongkok (China International Import Expo) akan diadakan pada akhir tahun ini. Pameran itu juga akan menyediakan banyak gerai gratis kepada negara-negara miskin Afrika.

Rezim Tiongkok sejauh ini telah menjalin hubungan diplomatik dengan 53 negara Afrika. Itu adalah sekitar 30 persen dari total hubungan diplomatik Luar Negeri Tiongkok. Menurut situs web Kementerian Luar Negeri, Tiongkok sekarang memiliki 178 negara sekutu diplomatik. Hanya satu negara Afrika yang belum memiliki hubungan diplomatik dengan Tiongkok.

Tiongkok komunis menekankan bahwa membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara Afrika adalah keputusan politik, bukan karena tawar-menawar. Akan tetapi, dalam mempertahankan hubungan diplomatik dengan mereka, hubungan ekonomi dan perdagangan dibangun melalui ‘aksi penaburan uang’ yang memang merupakan bagian penting.

Pada hari Selasa, Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC) diselenggarakan di Beijing. Qian Keming dalam forum tersebut kembali membicarakan tentang etika Tiongkok dalam mengembangkan perdagangan dan ekonomi dengan ‘saudara-saudara Afrika’.

Keming mengatakan bahwa pihak Tiongkok telah mengambil banyak langkah untuk memperluas impor komoditas dari Afrika. Negara yang dikuasai partai komunis secara otoriter itu juga akan mengatur beberapa kelompok promosi perdagangan untuk pergi ke Afrika, untuk membeli produk-produk mereka.

Selain itu, beberapa pameran komprehensif dan promosi khusus akan diadakan di Tiongkok daratan untuk membantu negara-negara Afrika mengekspor komoditasnya ke Tiongkok. Mereka akan memperkuat kerjasama pabean antara Tiongkok dengan negara Afrika. Itu akan membantu negara-negara Afrika meningkatkan efisiensi tugas-tugas kepabeanan, dan mempercepat kelangsungan ekspor.

Qian Keming melanjutkan, pasar Tiongkok akan tetap terbuka bagi negara Afrika, termasuk Shanghai China International Impor Expo yang akan diadakan pada bulan November 2018 mendatang. Tiongkok telah menyediakan cukup banyak gerai gratis kepada negara-negara Afrika yang tergolong paling miskin. Sehingga produk-produk mereka bisa masuk ke pasar Tiongkok.

Diplomatik ‘menabur uang’ Tiongkok komunis terus menjadi topik ramai pembahasan di media. Bulan Mei lalu, Menlu Tiongkok Wang Yu berharap seluruh negara Afrika yang tersisa dapat menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Pernyataan itu mengundang ejekan dari warga-net daratan. Netizen mengatakan, untuk hal yang kurang penting ini, berapa banyak uang yang harus dihabiskan.

Sebagai contoh, Dominika, negara kepulauan Karibia yang telah 77 tahun menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan, tiba-tiba mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik. Negara itu meninggalkan Taiwan untuk berpaling kepada Tiongkok komunis.

Reuters mengutip seorang pejabat kementerian luar negeri Taiwan yang tidak menghendaki namanya diekspos. Pejabat itu menyebutkan bahwa menurut perkiraan awal, Tiongkok komunis telah menjanjikan investasi, bantuan keuangan dan pinjaman berbunga rendah sebesar 3,09 miliar dolar AS kepada Dominika.

Pinjaman itu termasuk 400 juta dolar untuk membangun jalan raya baru, dan 1,6 miliar dolar untuk pembangunan infrastruktur. Ada pula pinjaman senilai 300 juta dolar untuk membangun pembangkit listrik gas alam baru.

Seorang netizen daratan mengungkapkan, “Kebetulan saya mengenal seorang pejabat Tiongkok komunis yang diutus ke Kamerun. Ia sendiri pun melampiaskan kemarahannya setelah tahu banyak tentang bantuan-bantuan yang diberikan oleh Tiongkok komunis kepada negara Afrika. Dia mengatakan bahwa di Afrika saja sekolah gratis dari tingkat sekolah dasar sampai universitas sudah diterapkan di sana, akomodasi universitas adalah satu kamar.”

“Siswa setahun hanya diwajibkan untuk membayar biaya admistrasi yang setara dengan 150 renminbi. Padahal anak-anak rakyat Tiongkok sendiri banyak yang tidak bisa bersekolah, gedung sekolah di daerah pedesaan jauh tertinggal dari Afrika, tapi kita justru menghambur-hamburkan sebagian besar dolar untuk membantu Afrika”. (ET/Sinatra/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA