“Modernisasi” Ala PKT, Produk Baru Setelah Anti-AS Gagal
Yang Wei
Kantor berita Xinhua News pada 30 September lalu, telah mengutip pidato Dubes RRT (Republik Rakyat Tiongkok) untuk AS yakni Xie Feng: “Hubungan antara RRT-AS masih menghadapi kesulitan serius juga tantangan yang berat”. Pada hari yang sama, Xinhua News mengungkap artikel Xi Jinping yang berjudul “Mendorong Modernisasi ala Tiongkok Harus Mengatasi Sejumlah Hubungan Penting”.
Artikel menyebutkan, “modernisasi ala Tiongkok” harus mempertahankan “kemandirian dan independen”; mewujudkan “dapat sirkulasi di dalam negeri”. “Modernisasi ala Tiongkok” riilnya adalah “modernisasi ala PKT (Partai Komunis Tiongkok)”, adalah produk yang dihasilkan setelah gagalnya gerakan anti-AS.
Fakta Yang Terungkap Dalam Artikel Xi Jinping
30 September, Xinhua News memprediksi dalam jurnal partai Qiushi edisi 1 Oktober akan memuat artikel Xi Jinping “Mendorong Modernisasi ala Tiongkok Harus Mengatasi Sejumlah Hubungan Penting”, ini merupakan bagian dari pidato Xi Jinping dalam seminar kader pemimpin utama pada tingkat Komite Pusat PKT, anggota komite cadangan, dan tingkat provinsi yang baru dipromosikan pada 7 Februari lalu. Xinhua News telah lebih dulu mengungkap konten artikel tersebut. Artikel itu menyebutkan, “Modernisasi Tiongkok adalah suatu pekerjaan yang bersifat eksplorasi, dan juga masih banyak bidang yang tidak diketahui, yang membutuhkan eksplorasi berani dalam penerapannya, yang memerlukan rancangan kelas atas.”
Yang disebut dengan “modernisasi ala Tiongkok” atau “sirkulasi dalam negeri” yang “mandiri”, sangat berbeda jalan dengan “pembagian kerja industri global”, tapi muncul bersamaan dalam pidato pemimpin PKT. Artikel itu juga menekankan, harus “menyempurnakan sistem nasional yang baru”, “memenangkan pertarungan pada teknologi inti utama”.
Tiongkok menutup gerbang negara, karena sulit ikut ambil bagian dalam pembagian kerja dan kerjasama global, juga sulit turut serta dalam pembagian kerja industri global.
30 September, yang diberitakan oleh Xinhua News adalah berita lama Dubes RRT untuk AS Xie Feng per 27 September. Waktu itu Xie Feng menyatakan, “Kedua negara mempererat dialog kerjasama dan telah meraih perkembangan yang berarti”; tapi “hubungan RRT dengan AS masih menghadapi kesulitan serius dan tantangan yang berat, memperbaiki dan menstabilkan hubungan kedua negara membutuhkan tanggung jawab yang besar dan jalan yang masih panjang”.
Menlu AS Blinken, Utusan Khusus Presiden AS Untuk Iklim John Kerry, Menkeu Yellen, Mendag Raimondo telah berturut-turut berkunjung ke Tiongkok, AS juga mengundang Wang Yi berkunjung ke Amerika, tapi Beijing masih menyebut hubungan RRT-AS “menghadapi kesulitan serius dan tantangan yang berat”.
AS tidak mau melonggarkan sanksi teknologinya terhadap RRT, serta tidak mau menurunkan tarif masuk produk impor dari RRT, dan mempercepat penempatan ulang rantai pasokan, mengucilkan PKT dari masalah internasional, mungkin inilah yang dimaksud Beijing dengan “menghadapi kesulitan serius dan tantangan yang berat”.
Dengan latar belakang seperti ini, PKT dipaksa mengemukakan “modernisasi ala Tiongkok” yang “mandiri”. Pejabat RRT mengetahui bahwa ini adalah slogan yang terpaksa, dan dikhawatirkan tidak ada orang yang benar-benar bersedia kembali ke era “swadaya”.
“Modernisasi ala Tiongkok” atau “Modernisasi ala PKT”?
Artikel Xi Jinping menyebutkan, “modernisasi ala Tiongkok” harus “menciptakan efisiensi yang lebih tinggi daripada kapitalisme”; “harus mempertahankan dan menyempurnakan sistem ekonomi dasar sosialisme”.
Kalimat ini adalah turunan dari teori Marx, yang selalu menganggap sosialisme lebih unggul daripada kapitalisme, tetapi selama empat dasawarsa perkembangan Tiongkok justru telah melakukan teori yang sebaliknya.
Beijing mengibarkan panji sosialisme, tapi riilnya mengandalkan globalisasi kapitalisme, barulah PKT dapat mengukuhkan rezimnya di tengah pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Kini, pemimpin PKT mencuri konsepsi, “modernisasi ala PKT” dikatakan sebagai “modernisasi ala Tiongkok”, malah juga berkoar tentang yang disebut keunggulan sosialisme.
PKT akan terus mencengkeram BUMN, dan mempertahankan posisi monopolinya; walaupun tahu dengan jelas bahwa ekonomi dapat kehilangan vitalitasnya, di saat yang sama mau tidak mau harus mengizinkan ekonomi swasta, juga harus dikendalikan ketat.
Di Tiongkok, di balik perusahaan swasta yang berskala tertentu, mayoritas adalah milik para elite PKT, pemilik Evergrande Group yakni Xu Jiayin, adalah sarung tangan putih (Perusahaan mayoret) Zeng Qinghong dan kawan-kawan (rival Xi Jinping), yang menjadi korban dalam konflik internal putaran baru.
Elite PKT hendak mempertahankan kekuasaan dan hak istimewanya, tapi BUMN atau perusahaan swasta seperti Evergrande, justru tidak bisa “menciptakan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan kapitalisme”, bahkan kemungkinan sewaktu-waktu menghadapi masalah eksistensi. Pasar memang seharusnya timbul dan tumbuh secara spontan, tetapi PKT justru berusaha membentuk “pasar terpadu nasional”, yang riilnya berarti PKT hendak mengendalikan seluruh pasar.
Terlebih lagi “Makmur bersama” semakin tidak mungkin terwujud, para elite PKT tidak akan membiarkan rakyat berbagi kekayaan masyarakat yang mereka rebut, tapi akan terus membagi kekayaan yang diciptakan oleh para pengusaha swasta.
“Modernisasi ala Tiongkok” sebenarnya adalah “modernisasi ala PKT”, semuanya harus dikuasai di tangan PKT, rakyat tidak akan bisa memperoleh manfaatnya.
“Modernisasi” ala PKT Terutama Harus Melindungi Kekuasaan
Media massa partai berniat menyambut slogan pemimpin PKT, tapi juga sangat memahami “liku-liku” ekonomi yang terjadi. Editorial menyatakan, “modernisasi” kita adalah “yang paling sulit”; serta mengutip pidato Xi Jinping pada jamuan makan pada “1 Oktober”: “Jalan di bawah langkah kaki kita tidak akan selalu rata dan mulus”.
Militer PKT pertama-tama harus melindungi partai, melindungi rezim, dan melindungi kepentingan para elite PKT, kepentingan negara ditempatkan di belakang kepentingan partai. Artikel kembali menyebutkan, “Tetap teguh mematuhi komando pusat partai, Komisi Militer Pusat dan Ketua Xi”
Yang paling ditakutkan Beijing sekarang adalah digulingkannya rezim mereka, di balik slogan “modernisasi” ala PKT, sebenarnya adalah mempertahankan kekuasaan mereka. Pemimpin PKT harus lebih dulu mengamankan kekuasaannya, terlebih lagi tidak boleh mengakui gerakan anti-Amerika mereka telah gagal, atau terjadi kesalahan kebijakan.
PKT telah kehilangan inisiatif dalam hubungan RRT-AS, ingin segera “berdamai”, dan telah membuka garis batas bawah, serta berharap AS yang di atas angin tidak menggulingkan rezim mereka. PKT sedang kacau, dan internal kubu Xi sendiri banyak persoalan, faksi yang menentang Xi kembali ambil ancang-ancang, kaum birokrat PKT hanya diam dan menunggu, rakyat sangat merasakan lesunya ekonomi.
Pada 30 September, Kemenlu RRT yang mengumumkan dihentikannya sementara konferensi pers, merilis di situs web mereka artikel berjudul “Menjawab Pertanyaan Wartawan Terkait Laporan Terkait Tiongkok Yang Dilansir Kemenlu AS”.
Pada 28 September lalu, Kemenlu AS merilis laporan yang mengungkap bahwa PKT sedang gencar menggelontorkan milyaran dolar AS untuk menyebarkan berita palsu di seluruh dunia, dan menilai bahwa tindakan PKT “memanipulasi informasi global” itu tak hanya masalah diplomatis publik saja, melainkan juga tantangan terhadap keutuhan ruang informasi global. Kemenlu RRT pun terpaksa merespon, namun bukannya membela dirinya sendiri; melainkan seperti biasa, balas menggigit, dengan menyebutkan pemerintah AS “adalah penyebar informasi palsu yang paling besar”.
Yang dimaksud Beijing semestinya adalah Presiden Biden yang secara terbuka menyebut ekonomi Tiongkok sedang mengalami masalah, dan Xi Jinping sekarang saking sibuknya, sampai tidak berdaya menyerang Taiwan. Media massa RRT pun menyangkal ekonomi Tiongkok menyusut, dan lagi-lagi menyatakan ekonomi mereka “mengarah baik dalam jangka panjang”, hanya saja “maju secara berliku-liku”. Pemimpin PKT tak berani mengakui tidak mampu mengatur ekonomi dan negara, hanya bisa mengelabui dengan slogan “modernisasi ala Tiongkok”, tapi para pejabat PKT sendiri juga sulit menumbuhkan kepercayaan diri mereka.
“Modernisasi” Ala PKT Sulit Meyakinkan Para Pejabat PKT
Xi Jinping tidak menghadiri KTT G20, dan absen dari Sidang Majelis Umum PBB, secara sadar melepaskan peluang mempromosikan “komunitas manusia senasib” pada ajang internasional, bahkan tempat untuk meneriakkan slogan pun sudah tidak ada lagi. Artikel Xi Jinping yang dimuat jurnal Qiushi kembali menjelaskan yang disebut dengan “modernisasi ala Tiongkok” atau “sirkulasi dalam negeri” yang “mandiri”, menjelaskan bahwa pemimpin PKT sekarang sudah tidak ada waktu lagi mempedulikan tentang “pemerintahan global”.
Namun artikel seperti ini akan membuat internal PKT merasakan keputusasaan: maka, Xinhua News pun bersikukuh “inisiatif membangun komunitas manusia senasib juga merupakan misi Partai Komunis Tiongkok yang bercita-cita global, merupakan wawasan global yang dibangun Partai Komunis Tiongkok, menanamkan perasaan global, sebagai manifestasi negara besar yang bertanggung jawab”.
Xinhua News dan surat kabar People’s Daily secara bersamaan menebalkan muka, meraih kembali slogan “persatuan dunia” ala partai komunis, sebagai upaya memotivasi para pejabat mereka.
Pada 27 September, Biro Politik Komite Pusat PKT bersama-sama mempelajari aturan dan reformasi WTO. Xi Jinping menyatakan, “Berpartisipasi dalam reformasi WTO dan penyesuaian aturan ekonomi dan perdagangan internasional”; “mempercepat pembangunan negara perdagangan yang kuat”; “meningkatkan lebih lanjut status pembagian kerja internasional”.
Pernyataan ini lagi-lagi saling kontradiktif dengan “modernisasi ala Tiongkok” atau “sirkulasi dalam negeri” yang “mandiri”. Pernyataan pemimpin PKT terkesan serba salah, pejabat PKT yang mendengarnya mungkin akan semakin sulit meraih kepercayaan diri. Gerakan anti-Amerika PKT telah gagal total, sebaliknya justru terjebak dalam dilema diplomatik, “modernisasi” ala PKT juga sangat semu. Xi Jinping teramat sangat mengkhawatirkan keselamatan pribadinya, dan di dalam internal PKT semuanya sibuk dengan urusan masing-masing, apakah rezim PKT masih dapat dipertahankan? (sud/whs)
Bos China Evergrande Ditangkap , Bangkrutnya Evergrande Hanya Permulaan Mimpi Buruk
Pinnacle View
Presiden Direktur Evergrande Group Xu Jiayin (Hui Ka Yan) belum lama ini resmi ditahan oleh kepolisian RRT (Republik Rakyat Tiongkok), berita itu menimbulkan gejolak sangat besar di kalangan media massa dunia, berbagai komentar bermunculan, ada yang mengatakan usia Evergrande tak lama lagi, ada yang mengatakan krisis hutang properti telah mencapai titik kritis, ada pula yang mengatakan jika Evergrande ambruk akan memicu efek berantai berupa keruntuhan ekonomi Tiongkok. Mungkin tahun 2023 ditakdirkan sebagai tahun maha perubahan, lalu apakah Evergrande Group yang merupakan bos di bidang real estate ini benar-benar akan runtuh? Jika Evergrande Group ambruk, apakah pengaruhnya terhadap masyarakat Tiongkok?
Evergrande Bangkrut, Datangnya Keruntuhan Sektor Properti
Pengusaha swasta Tiongkok yang kini berdiam di Amerika yakni Meng Jun menyatakan kepada “Pinnacle View”, ditangkapnya Xu Jiayin dari Evergrande Group menandakan bahwa Evergrande telah sepenuhnya ambruk, sekaligus peringatan bahwa sektor properti di era ini telah sepenuhnya berakhir. Yang merupakan produk turunan Evergrande tidak hanya properti saja, juga meliputi sistem keuangan yang telah terkait erat, jangan remehkan hanya kehancuran satu perusahaan Evergrande saja, karena tidak hanya Evergrande, berikutnya akan banyak perusahaan properti serupa Evergrande, meliputi Sunac, Country Garden, Sino-Ocean Group, serta China Resources, mereka satu persatu juga akan hancur. Berita yang baru didapatkan, seorang nara sumber di Beijing mengatakan, perusahaan properti di Beijing yang khusus membangun vila dan halaman yakni Taihe Beijing Courtyard juga sedang ambruk, hanya saja media massa dalam negeri belum boleh memberitakannya saat ini, karena seluruh sektor properti menyangkut terlalu banyak industri lainnya.
Meng Jun mengatakan, properti bukanlah sektor yang berkembang secara sehat dan normal di Tiongkok, dulu karena merupakan porsi penting pada PDB, karena menggerakkan lima sampai enam puluh sektor lainnya mulai dari besi baja, semen, kayu, transportasi, elektronik, dan lain sebagainya, semuanya digerakkan oleh properti. Tetapi PKT (Partai Komunis Tiongkok) tidak mengelola dan mengembangkan sektor ini secara sehat, dan menjadikan sektor ini hanya sebagai bisnis utama para elit PKT untuk meraup keuntungan. Maka, inilah akibatnya, kita melihat masalah pada Evergrande, hal ini akan mengakibatkan runtuhnya seluruh sektor properti, maka kehancuran sistem keuangan yang bersifat nasional yang disebabkan oleh runtuhnya properti, sampai kemudian ikut menyeret kehancuran ekonomi seluruh negara, semua ini ada kaitannya.
Pemimpin redaksi The Epoch Times yakni Guo Jun menyatakan kepada Pinnacle View, pertumbuhan ekonomi Tiongkok dalam belasan tahun terakhir terutama mengandalkan tiga industri, yaitu properti, internet, dan ekspor-impor. Internet telah dibersihkan sangat parah, ekspor-impor telah mengalami anjlok drastis tahun ini, jadi properti merupakan satu-satunya pilar penopang terakhir. Peristiwa Xu Jiayin dari Evergrande memiliki dua makna, yang pertama properti sudah tidak mampu bertahan, kondisi di kemudian hari akan semakin buruk lagi. Yang kedua, nilai aset RMB kemungkinan akan merosot drastis, kondisi ini seperti yang dialami oleh Jepang di era 1990-an, pada dasarnya menandakan berakhirnya suatu periode di Tiongkok, yakni periode dimana pertumbuhan Tiongkok yang pesat itu sudah tidak akan terjadi lagi. Inilah tahap jebakan pendapatan kalangan menengah, ditambah lagi ketidak-stabilan politik serta banyaknya modal yang hengkang ke luar negeri, pada dasarnya perekonomian RRT telah memasuki kondisi yang diistilahkan secara awam dunia internasional sebagai latinisasi, di kemudian hari dikhawatirkan tidak hanya masalah stagnasi saja, sangat mungkin juga akan mengalami situasi keruntuhan.
Editor senior sekaligus penulis utama The Epoch Times, Shi Shan kepada “Pinnacle View” mengatakan, Tiongkok memiliki satu lagi masalah yang sangat besar, yaitu hutang perusahaan dalam dolar AS. Contohnya saat ini Evergrande memiliki hutang asing sebesar 36.7 milyar dolar AS (Rp 573 triliun) yang mungkin tidak sanggup dibayarnya, sehingga Evergrande mengajukan perlindungan pailit di AS, karena khawatir pemegang hutang asing akan menggugatnya di pengadilan AS, setelah digugat seluruh asetnya di luar negeri akan dibekukan, atau akan dibekukan sahamnya. Jika saham tersebut dibekukan, maka Evergrande akan bermasalah sangat besar, jadi Evergrande telah lebih dulu mengantisipasinya. Tapi sekarang Evergrande dipastikan bangkrut, bagi PKT yang harus melindungi BUMN, maka aset harus ditarik ke dalam kantongnya sendiri, kredit perbankan lebih dulu menyimpannya, Beijing melindungi yang di dalam negeri, hutang di luar negeri pasti menjadi prioritas terakhir, bahkan mungkin tidak akan dibayar, saya berhutang 100 saya bayar 2, apakah Anda mau? Tidak mau! Kalau begitu Anda tidak akan mendapatkan sepeser pun! Cara ini mungkin akan dipakai untuk menekan para kreditor di luar negeri. Tetapi hal semacam ini ada efek sampingnya, karena di kemudian hari jika semua perusahaan termasuk pemerintah daerah Tiongkok, pemerintah pusat, hendak menerbitkan surat hutang dalam mata uang AS lagi, akan sangat sulit untuk diuangkan di pasar internasional.
Xi Menakuti yang Lain, Xu Jiayin Perlihatkan Keaslian Sayur Kucai
Kepada “Pinnacle View” Meng Jun menyatakan, bangkrutnya Evergrande karena Xi Jinping sudah tidak ada cara lain, harus menggorok ayam untuk menakuti kera, karena yang hendak dilakukan Xi adalah, memberi waktu bagi Xu Jiayin untuk menyelamatkan diri, kalau Xu Jiayin bisa menyerahkan properti saja sudah tidak masalah. Tapi apa yang dilakukan Xu Jiayin beberapa tahun terakhir ini? Sejak 2020 hingga kini, ia hanya berusaha mengalihkan aset miliknya sendiri, termasuk berniat melarikan diri ke luar negeri untuk bersembunyi, tapi ternyata telah dikendalikan, dan sekarang telah ditangkap.
Beberapa waktu lalu Xu Jiayin mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan, lalu menyusul Sunac, dan tak hanya Sunac, menyusul lagi perusahaan properti lain banyak yang mengalihkan asetnya ke luar negeri, mereka akan mengajukan perlindungan kebangkrutan di luar negeri, setelah dilindungi, maka uang tersebut tidak bisa lagi diambil oleh Beijing. Tujuan utama PKT adalah menyerap semua aset perusahaan itu ke dalam pundi-pundinya sendiri, inilah tujuan Beijing yang sebenarnya. Seperti Evergrande yang memiliki hutang 2,4 triliun RMB, tapi aset yang dimilikinya hampir 1,8 triliun, jadi setelah bangkrut bukankah 1,8 triliun ini harus mulai ditarik? Termasuk Haigang Renshou yang baru saja didirikan pada 28 Juni lalu langsung mengambil alih aset asuransi dari Evergrande Group, ini adalah fragmentasi secara bertahap, sama seperti yang dialami Anbang Insurance, termasuk Tomorrow Holding yang dimiliki Xiao Jianhua juga diselesaikan dengan cara yang sama, begitulah cara PKT mengatasinya.
Guo Jun menyatakan, Evergrande sendiri telah memiliki hutang 2,4 triliun Yuan RMB, hutangnya bahkan mengalahkan level suatu negara, mayoritas sebenarnya ada kaitannya dengan lembaga keuangan, termasuk hutang perusahaan, obligasi keuangan, juga kredit perbankan. Dua minggu lalu RRT telah menurunkan bunga tabungan deposito, turun 0,25%, likuiditas yang dikucurkan sekitar 500 miliar Yuan RMB, jumlah ini bahkan masih kurang dari seperempat hutang buruk Evergrande. Jadi bisa dibayangkan betapa besar tekanan ini.
Setiap perusahaan properti di Tiongkok memiliki latar belakang kekuasaan, jika tidak maka tidak akan bisa beroperasi, bahkan di kota tingkat tiga dan empat sekalipun, perusahaan propertinya juga memiliki latar belakang kekuasaan para pejabat atau elit daerah setempat. Seperti kasus Evergrande sebagai perusahaan properti besar berskala nasional ini, tentu saja berlatar belakang kekuasaan di tingkat tertinggi pusat. Sepintar-pintarnya Xu Jiayin masih saja ia tidak memahami partai komunis. Xu Jiayin diberi waktu hanya dua tahun untuk bisa merampungkan rumah jaminan, tapi bagaimana mungkin ia bisa menyelesaikannya? Kecuali ia melawan arus tren perekonomian Tiongkok, yang mana tidak mungkin bisa dilakukannya. Akhirnya Xu Jiayin terpaksa mendekam di penjara, semua masalah sudah dianggap selesai. Sejak dua tahun lalu ia tidak diizinkan ke luar negeri, lalu sekarang ditangkap, maka semua kesalahan dituduhkan kepada sang kambing hitam Xu Jiayin.
Shi Shan menyatakan, di dalam sistem otokratis selalu ada ilusi seperti ini, ketika Anda sangat dekat dengan pusat kekuasaan, Anda mengira Anda adalah kekuasaan, padahal sebenarnya Anda bukan siapa-siapa, dan sebenarnya Anda hanya seperti sayur kucai yang tumbuh dekat dengan pusat kekuasaan, tapi Anda bukan pohon yang besar itu, Anda hanyalah sayur kucai yang kecil.
Shi Shan menambahkan, begitulah masalah RRT, perkembangan properti selama dua tiga dasawarsa terakhir, harga properti selalu naik, jadi mereka bisa membandingkan dengan Hong Kong bahkan Taiwan. Contohnya kita berkembang tiga dasawarsa, Anda melihat orang lain empat sampai lima dasawarsa, harga rumah tidak turun malah naik, dan tidak ada masalah, selama terus berinvestasi, investasi dalam jumlah besar, pasti akan meraup untung. Karena semua konglomerat di Hong Kong, sepuluh besar konglomerat Hong Kong sembilan di antaranya adalah pengusaha properti, yang justru memperbesar investasinya pada masa sulit, jadi semua orang merasa hal ini pasti tidak masalah, hal ini telah menjadi takhayul ekonomi di Tiongkok, menjadi semacam keyakinan. Hal yang diyakini oleh kalangan etnis Tionghoa adalah, tanah dan properti tidak akan anjlok harganya. Tapi sekarang kenyataannya adalah anjlok, karena gelembung itu telah begitu besar sehingga akan jatuh.
Masalahnya adalah jika kita tempatkan pada sejarah seratus atau dua ratus tahun, mungkin properti akan terus berkembang, tapi anjlok di tengah-tengah itu, membuat Anda sama sekali tak mampu menanggung, perusahaan properti tidak sanggup menanggungnya, rakyat biasa juga tak sanggup menanggungnya,
Anda harus mempertimbangkan masalah ini. Bukankah dikatakan, setitik debu pada suatu era ibarat sebuah gunung di kepala seseorang. Kondisi sekarang mirip dengan ungkapan ini, begitulah properti itu anjlok membuat Anda tidak bisa menahannya, walaupun keseluruhan meningkat, tapi Anda pribadi bangkrut, perusahaan bangkrut, akan menimbulkan dampak yang sangat serius bagi perekonomian, semua itu bisa sangat serius. (sud/whs)
*) Hui Ka Yan adalah seorang pengusaha miliarder Tiongkok. Dia adalah ketua dewan dan sekretaris Partai Komunis di Evergrande Group, sebuah pengembang real estat Tiongkok. Hui adalah pemegang saham terbesar di Evergrande Group, memegang hampir 60 persen saham pada Desember 2021.
Kelahiran: 9 Oktober 1958, Taikang County, Zhoukou, Tiongkok Kekayaan bersih: 3,2 miliar USD (2023) Forbes (50 triliun rupiah, per 03/10) Organisasi didirikan: Grup Real Estate Evergrande, Evergrande New Energy Auto
5.600 Buyers dari 100 Negara Dicatat Siap Hadiri Trade Expo Indonesia 2023
ETIndonesia- Kementerian Perdagangan telah mencatat lebih dari 5.600 buyers (calon pembeli) internasional dari 100 negara yang akan hadir pada Trade Expo Indonesia (TEI) ke-38 tahun 2023. Angka itu masih akan bertambah.
TEI ke-38 akan dibuka kurang dari satu minggu lagi, yaitu pada Rabu, 18 Oktober 2023. Pameran fisik TEI ke-38 akan digelar pada 18—22 Oktober 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten.
“Kami mencatat, saat ini calon pembeli internasional yang akan hadir di TEI ke-38 telah mencapai lebih dari 5.600 orang. Perluasan pasar ekspor ke negara-negara nontradisional merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan ekspor nonmigas di tengah tantangan perlambatan ekonomi global,” ungkap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi dalam siaran persnya.
TEI merupakan pameran dagang terbesar di Indonesia dan diselenggarakan Kemendag. TEI diselenggarakan untuk mempromosikan produk-produk ekspor Indonesia yang bernilai tambah, mendorong penetrasi ekspor ke negara nontradisional, dan meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia.
Hingga saat ini, registrasi calon pembeli internasional terbanyak pada TEI ke-38 berasal dari India (11,76 persen), Malaysia (7,13 persen), Tiongkok (2,20 persen), Australia (1,90 persen), dan Brasil (1,56 persen).
“Pada TEI tahun ini, kami melihat adanya peningkatan partisipasi calon pembeli dari negara-negara di kawasan Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Latin. Para calon pembeli tersebut berasal dari negara-negara di antaranya Nigeria, Ghana, Bangladesh, Pakistan, Peru, dan Chili,” ungkap Didi.
Selain pameran fisik, TEI ke-38 juga akan dilaksanakan secara daring dengan konsep situs web interaktif berbasis e-catalogue pada 18 Oktober—18 Desember 2023. Pameran daring dapat diakses melalui laman resminya. Dengan konsep ini, Didi optimistis transaksi antara calon pembeli dan peserta pameran akan terjadi melampaui batas wilayah. Penyelenggaraan TEI tahun 2022 mencatatkan transaksi sebesar USD 15,83 miliar. (asr)
Israel Mengirim Tank Infanteri untuk Melakukan Operasi Darat Pertama di Jalur Gaza
oleh Xia Yu
Militer Israel mengatakan bahwa pada Jumat (13 Oktober), bahwa pihaknya telah mengirim tank dan infantri untuk melakukan serangan ke Jalur Gaza, ini terjadi seminggu setelah militan Hamas melancarkan serangan mematikan ke Israel selatan, dan untuk pertama kalinya Israel mengumumkan peralihan dari perang udara ke operasi darat.
Sejumlah besar warga Gaza meninggalkan rumah mereka untuk menghindari serangan Israel pada Jumat setelah Israel memerintahkan lebih dari satu juta orang warga untuk meninggalkan bagian utara Jalur Gaza dalam waktu 24 jam. Meskipun Hamas meminta mereka untuk tidak pergi.
Juru bicara militer Israel Mayjen Daniel Hagari mengatakan bahwa pasukan yang didukung tank melancarkan serangan yang menargetkan awak roket Palestina, dan mencari informasi lokasi yang digunakan Hamas untuk melakukan penyanderaan.
Ribuan warga terlihat sedang melewati jalan-jalan menuju Jalur Gaza bagian utara, namun sulit untuk mengetahui jumlah pastinya. Militer Israel mengatakan bahwa sejumlah besar warga Gaza mulai mengungsi untuk menyelamatkan diri.
“Kami meminta masyarakat di Gaza utara dan Kota Gaza untuk tinggal di rumah dan tetap berada di tempat mereka berada”, kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas Eyad Al-Bozom pada konferensi pers.
Amerika Serikat menyerukan kepada Israel agar melindungi warga sipil dan juga tidak ragu-ragu untuk secara terbuka mendukung sekutunya. Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, evakuasi berskala besar seperti itu merupakan “tugas yang tidak ringan”, namun Washington tidak akan ragu-ragu dalam mengambil keputusan untuk meminta warga sipil untuk mengungsi.
“Kami memahami apa yang mereka (Israel) coba lakukan dan mengapa mereka melakukannya, yakni mencoba mengisolasi antara warga sipil dengan Hamas, karena yang merupakan target sebenarnya adalah Hamas”, kata John Kirby di MSNBC.
“Kami ingin memastikan bahwa mereka yang ingin meninggalkan Gaza memiliki kemampuan untuk melakukannya. Jadi kami secara aktif bekerja sama dengan Israel dan Mesir untuk mencoba menemukan jalan keluar yang aman dari Gaza selatan. Kami juga ingin mempertahankan kemampuan untuk menerima bantuan kemanusiaan”, kata Kirby.
Perintah evakuasi Israel berlaku di bagian utara Jalur Gaza, termasuk Kota Gaza, pemukiman terbesar di wilayah kantong tersebut. PBB mengatakan telah diberitahu bahwa Israel menginginkan seluruh penduduk di wilayah tersebut, yakni sekitar setengah dari 2,3 juta warga Gaza untuk pindah melalui lahan basah Wadi Gaza, yang terbagi menjadi 2 wilayah.
Militer Israel mengatakan : “Warga sipil di Kota Gaza, demi keselamatan diri Anda dan keluarga, harap mengungsi ke selatan dan menjaga jarak dari teroris Hamas yang dapat menggunakan kalian sebagai tameng manusia”.
Israel membalas dengan serangan udara paling intensif sejak militan Hamas menerobos tembok pemisah Gaza pada Sabtu dan melakukan penyerangan yang menewaskan lebih dari 1.300 warga Israel.
“Kami sedang berjuang untuk tanah air kami dan masa depan kami”, kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.
“Ini akan menjadi jalan yang cukup panjang, tapi saya berjanji bahwa kemenangan pada akhirnya akan menjadi milik kami”, kata Yoav Gallant.
Selain itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga menyatakan bahwa Israel saat ini sedang melakukan serangan drone terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon.
“Laporan awal – bahwa drone IDF saat ini menyerang sasaran lokasi milik organisasi teroris Hizbullah Lebanon”, kata IDF dalam sebuah pernyataan Jumat malam. (sin)
Israel Bentuk Pemerintahan Masa Perang, Bersumpah Menghancurkan Hamas
Li Mei dan Rong Yu – NTD
Sejak organisasi militan Palestina Hamas melancarkan serangan ke Israel pada Sabtu lalu, lebih dari 2.600 orang di kedua pihak terbunuh. Pada Kamis (12 Oktober), tentara Israel melanjutkan serangan balik kekerasannya terhadap Hamas, pada saat yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pembentukan pemerintahan koalisi sementara dan berjanji untuk melenyapkan Hamas.
Kementerian Pertahanan Israel merilis video pada Kamis 12 Oktober yang menunjukkan pasukan Israel menyerang dan membom beberapa posisi militan Hamas di Gaza, termasuk rumah Mohammed Abu Shamra, yang dikatakan sebagai mata-mata angkatan laut Hamas.
Israel mengatakan pengepungan Gaza, yang akan memutus pasokan air dan listrik, tidak akan berakhir sampai para sandera dibebaskan. Pada saat yang sama, tentara Israel mengerahkan formasi tank dan kendaraan lapis baja di dekat Gaza sebagai persiapan melancarkan serangan darat.
Pada Rabu (11 oktober), Perdana Menteri Israel Netanyahu bersumpah untuk melenyapkan Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkata : “Kami berjuang dengan seluruh kekuatan kami di semua lini. Kami akan melanjutkan serangan kami sampai semua anggota Hamas tersingkir.”
Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan pemimpin oposisi Benny Gantz bersama-sama mengumumkan pembentukan pemerintahan koalisi sementara masa perang untuk melenyapkan Hamas.
Galante mengatakan, selama 47 tahun mengabdi pada negara, dia belum pernah melihat pembunuhan yang begitu mengerikan.
Menteri Pertahanan Israel Yov Galante mengatakan: “Anak-anak dicekik dan dibunuh, orang-orang dibakar sampai mati. Tindakan biadab seperti itu belum pernah dialami oleh orang Yahudi sejak tahun 1945.”
Pemimpin oposisi Benny Gantz mengatakan Israel akan menjadi negara paling kuat di kawasan, dengan tentara dan penduduk paling kuat di dunia.
Pemimpin oposisi Israel Gantz: “Kami melihat pesawat demi pesawat yang penuh dengan anak muda yang pulang ke rumah untuk membela tanah air mereka.”
Pada Kamis, Presiden Israel Isaac Herzog meminta semua negara untuk mengambil sikap terhadap pembantaian yang sedang berlangsung.
“Saya telah mengunjungi keluarga-keluarga warga Israel yang diculik dan dibajak, dan itu sangat tragis dan menyakitkan. Israel akan melakukan segala cara untuk membawa mereka pulang dengan selamat sesegera mungkin. Masyarakat internasional harus segera diserukan untuk tidak berdiam diri dan mengambil segala tindakan untuk membawa mereka pulang secepatnya,” katanya. (Hui)