Yi Fan
Beberapa dasawarsa terakhir hubungan Israel dengan Tiongkok sangat dekat, Israel telah memberikan banyak ilmu teknologi canggih berbagai bidang kepada Beijing, termasuk industri militer.
Atas kejahatan tidak berperikemanusiaan dan genosida yang telah dilakukan oleh PKT terhadap warga Tiongkok, Israel pun tidak pernah mengkritik mereka. Akan tetapi pasca meletus perang Israel-Hamas, sikap Israel terhadap Tiongkok mengalami perubahan yang sangat besar.
Pada 23 Januari lalu, catatan HAM PKT disoroti dan ditinjau oleh Dewan HAM PBB, catatan HAM Beijing yang begitu buruk menuai kutukan negara Barat. Diantaranya, Inggris menyerukan pada PKT agar “menghentikan penganiayaan dan penahanan sewenang-wenang terhadap warga etnis Uighur dan Tibet, memperbolehkan kebebasan beragama atau kepercayaan ortodoks (murni) serta kebebasan menyampaikan budayanya, tanpa perlu khawatir diawasi, disiksa, dipaksa untuk bekerja atau mengalami kekerasan seksual.”
Sedangkan AS menyatakan, Beijing seharusnya “membebaskan individu yang telah ditahan semena-mena”, dan menghentikan “kebijakan asimilasi paksa” yang diberlakukan terhadap kaum minoritas.
Yang patut disoroti adalah, di luar kebiasaan, Israel juga mengkritik pemerintah Tiongkok dalam rapat tersebut. Seorang duta Israel untuk PBB mengatakan, “Israel menyampaikan keprihatinan terhadap situasi di Xinjiang serta kondisi HAM kaum Uighur.” Di saat yang sama ia meminta PKT mengambil tindakan memperbaiki kondisi HAM, dan “Menyelesaikan masalah diskriminasi masyarakat dan memberantas tindak kekerasan terhadap kaum wanita dan juga anak-anak.”
Dosen tetap atau tenur program studi Asia Timur di Tel Aviv University, Israel, bernama Zhang Ping berkomentar di forum X per 26 Januari lalu dengan mengatakan, selama ini kebijakan diplomatik Israel adalah “Kesulitan kami sendiri sudah sangat merepotkan, tidak ada waktu mengurus masalah orang lain”, sehingga Israel tidak pernah ikut mengkritik PKT. Namun kali ini dalam rapat PBB Israel mengkritik kebijakan Beijing terhadap Xinjiang, “Ini adalah untuk kali pertama dalam sejarah pemerintah Israel secara terbuka mengkritik pemerintah RRT pada rapat internasional”.
Dalam jangka waktu lama, hubungan Tiongkok dan Israel sangat dekat. Di bidang teknologi, khususnya di bidang industri militer yang sensitif, Israel telah memberikan banyak bantuan bagi Beijing.
Israel Pasok Teknologi Militer Canggih Bagi Tiongkok Selama Jangka Panjang
Sekarang Tiongkok adalah salah satu negara pengekspor dan produsen drone terbesar di dunia, tapi tahap pertama perkembangan drone Tiongkok, teknologinya didatangkan lewat pembelian dari Israel.
Pada 1994, Israel bahkan mengekspor drone (kendaraan tempur nirawak atau UCAV, red.) bunuh diri anti radiasi jenis IAI Harpy, drone anti radiasi tercanggih di dunia pada masa itu.
Setelah itu PKT melakukan pemetaan rekayasa terbalik dan menggunakan tipe duplikat itu pada militernya. Pada 2017 ketika drone tiruan tersebut mulai dipajang untuk dipasarkan, banyak media massa Tiongkok memberitakannya dengan memberi judul “Dari Menduplikat Sampai Mengekspor”.
Sebuah blogger militer di situs sohu.com Tiongkok yang berakun “Stasiun Intelijen Militer Paoba 707”, pada Oktober tahun lalu memuat artikel yang menyebut Israel sebagai “guru” drone PKT di bidang produksi drone. Rudal udara ke udara milik Tiongkok, teknologinya juga berasal dari Israel.
Tahun 1982, setelah Israel menyerang dadakan pangkalan rudal milik Suriah yang terletak di Lembah Beqaa, Lebanon, rudal jenis Phyton-3 langsung tersohor di seluruh dunia. Tahun berikutnya Israel telah memasok rudal berikut seperangkat teknologi rudal Phyton-3 tersebut kepada Tiongkok.
Setelah mengimpor rudal Phyton-3, kemampuan pertahanan Tiongkok meningkat pesat. Kemudian rudal tersebut diproduksi sendiri oleh mereka dan diubah namanya menjadi Pili-8 (PL-8), inilah rudal udara ke udara berkemampuan canggih pertama yang dimiliki Beijing. Sebuah artikel di situs sina.cn menyebutkan rudal tersebut merupakan “bingkisan dari Israel”. Juga pesawat tempur multi fungsi berkemampuan tinggi yang disebut merupakan tonggak sejarah bagi PKT yakni jenis “Chengdu J-10” (Jian-10).
Di era 1980-an Israel mengadakan suatu proyek jet tempur tipe IAI Lavi. Berkat bantuan perusahaan AS, Israel telah mengembangkan pesawat tempur yang mirip dengan F-16 milik AS. Karena menjadi ancaman persaingan dengan pesawat tempur buatan AS sendiri, proyek tersebut pun dihentikan di tahun 1987. Satu hal yang mengejutkan para pejabat AS adalah, di era 1990-an, PKT memperoleh rahasia militer terkait jet tempur IAI Lavi tersebut dari tangan Israel, dan memproduksi J-10 yang sangat mirip dengan F-16 itu. Sejumlah pakar AS menjelaskan, pesawat J-10 buatan Tiongkok itu berbasis jet tempur IAI Lavi sebagai pondasi, dan juga memasukkan banyak inovasi teknologi dari proyek tersebut.
Tahun 2014, laporan yang dilansir oleh Komite Nasional Hubungan AS-Tiongkok (NCUSCR) di DPR AS menjelaskan, Israel merupakan negara pemasok teknologi militer kompleks bagi PKT. Pihak Tel Aviv bahkan telah memasok instalasi untuk menghadang sasaran dan mengendalikan tembakan, rudal jelajah, sistem radar, radar udara, alat optik dan peralatan telekomunikasi, drone dan alat simulator penerbangan, juga penglihatan termal khusus bagi kendaraan tank, bagi AL Tiongkok. Israel juga membantu Tiongkok mengembangkan rudal darat ke udara.
Kerjasama Tiongkok-Israel Meliputi Banyak Bidang
Dukungan Israel kepada Beijing, tidak hanya sebatas bidang industri militer saja, realitanya bidang kerjasama lain Israel dengan PKT masih sangat banyak. Israel merupakan salah satu negara besar yang mengembangkan dan memproduksi cip, serta memiliki hampir 200 perusahaan produsen cip, yang merupakan tempat bermarkasnya banyak perusahaan raksasa pengembang cip internasional. Sejak perang dagang AS-RRT pada 2018 lalu, ekspor cip Israel pada Tiongkok pun melonjak drastis. Menurut data di situs Kemendag Tiongkok, pada 2018 ekspor cip Israel ke Tiongkok telah meningkat 80%, dan mencapai 2,6 milyar dolar AS.
Walaupun Israel tidak secara resmi menandatangani kesepakatan ikut bergabung dalam proyek “One Belt One Road” (OBOR), tetapi proyek OBOR PKT yang dibangun di Israel justru yang paling banyak. Dua pelabuhan strategis terbesar Israel yakni Ashdod dan pelabuhan baru Haifa, keduanya dibangun dengan partisipasi BUMN Tiongkok.
Shanghai International Port Group mengantongi hak mengelola istimewa selama 25 tahun atas pelabuhan baru Haifa. Padahal Haifa merupakan pelabuhan tempat berlabuhnya Armada Keenam AS, dalam hal ini pihak AS telah berulang kali menyampaikan kekhawatirannya.
Teknologi pertanian sangat dikuasai oleh Israel, dan Israel telah membawa masuk teknologi pengairan dan juga kultivasi benihnya yang canggih ke Tiongkok, bahkan telah memasok teknologi irigasi tetes presisi, manajemen susu, pengaturan suhu rumah kaca, dan pemupukan presisi. Pada Mei 2016, perusahaan Netafim Israel telah berinvestasi pabrik di daerah Yinchuan, Tiongkok, yang sangat gersang, membawa masuk teknologi dan alat-alatnya, membuat hasil pertanian setempat mengalami panen besar.
Kerjasama kedua negara dalam bidang kehidupan rakyat juga semua orang bisa melihatnya, Israel memberikan teknologi desalinasi (menetralisir air laut, red.) ke Tiongkok yang kekurangan sumber air. Pabrik desalinasi yang terbesar berada di Tianjin, dibangun oleh perusahaan pengolahan air bersih Israel yakni AST, teknologi reverse osmosisnya yang tersohor bisa dimanfaatkan di bidang desalinasi air laut, pembangkit listrik, industri kimia batu bara, pengairan pertanian, dan lain-lain.
Di bidang kedokteran, Israel telah mengimpor banyak sekali bantuan di sektor medis dan kesehatan Tiongkok, termasuk alat medis, obat-obatan, teknologi medis, pembinaan kader dan lain-lain. Setelah wabah akibat virus PKT (COVID-19) merebak pada 2020, robot medis Israel, klinik pengobatan jarak jauh Sheba, dan teknologi kawasan pencegahan pandemi multifungsi milik Israel juga dibawa ke Tiongkok. Walaupun hanya memiliki luas 25.000 km persegi, dan berpenduduk hanya 9,73 juta jiwa, tapi kemampuan teknologi dan inovasi Israel dapat dikatakan menduduki posisi depan di dunia.
Walaupun mendapat tekanan dari AS, Israel tetap bekerjasama dengan pemerintah RRT, hal ini bahkan selalu dipuji-puji oleh semua media massa resmi PKT. Pada Mei tahun lalu, kantor berita Xinhua News menerbitkan artikel yang menyindir AS dan memuji Israel, dikatakan kerjasama inovasi Tiongkok-Israel adalah “tulus dan juga saling menguntungkan”; Tiongkok memiliki pasar yang luas, dan Israel memiliki teknologi yang maju, “Kedua negara adalah perpaduan yang sempurna”.
Awal Mula Sikap Bersahabat Yahudi Terhadap Tiongkok
Sikap bersahabat Israel terhadap Tiongkok memiliki latar belakang sejarah di baliknya, intinya, bangsa Yahudi sangat berterima kasih pada Tiongkok. Di masa PD-II, NAZI Jerman berupaya memusnahkan bangsa Yahudi, sehingga pengungsi Yahudi harus mengasingkan diri ke seluruh dunia.
Dari 1937 hingga 1940, sekitar dua puluh ribu orang Yahudi melarikan diri ke Tiongkok yang kala itu di bawah pemerintahan Partai Nasionalis, yaitu Republik Tiongkok. Waktu itu Shanghai adalah satu dari segelintir kota besar di dunia, yang bisa dimasuki tanpa harus ada visa, tidak perlu jaminan ekonomi, dan tidak perlu bukti keterangan kerja, oleh sebab itu Shanghai dijadikan sebagai tempat bernaung bagi para pengungsi Yahudi tersebut.
Di sana orang Yahudi disambut baik, dan dapat bertahan hidup. Selain Shanghai, banyak kota-kota lain di Tiongkok yang menampung pengungsi Yahudi, seperti kota Tianjin, Harbin, Qingdao, Weihai, Kunming, Chengdu, Dalian, Hong Kong, dan lain-lain.
Cukup banyak orang Yahudi yang berasal dari Austria yang juga dikuasai oleh Jerman, waktu itu Konsul Jenderal Republik Tiongkok untuk Wina (Vienna) yakni Dr. Ho Feng-Shan menentang perintah atasannya, memberikan lebih dari 3.000 visa bagi orang-orang Yahudi dari Austria, dan membolehkan mereka pergi ke Tiongkok.
Walaupun memasuki Shanghai tidak perlu visa, tapi orang Yahudi Austria harus memiliki visa untuk bisa keluar dari Wina, oleh sebab itu setiap memberikan satu visa itu berarti ada satu nyawa terselamatkan. PBB menganugerahkan Dr. Ho Feng-Shan sebagai “Schindler dari Tiongkok”.
Rasa terima kasih orang Yahudi terhadap rakyat Tiongkok, di kemudian hari membuat PKT yang mendapatkan keuntungannya. Segera setelah mengumumkan pendirian negaranya pada 1 Oktober 1949 silam, Israel pun mengakui kedaulatan PKT pada Januari 1950, mendahului banyak negara Barat lainnya.
Tahun 1992, Israel dan PKT menjalin hubungan diplomatik tingkat duta besar. Selama beberapa dekade sebelumnya tidak ada hubungan diplomatik, bukan karena Israel tidak mau, melainkan karena letak geografis Israel yang unik, juga PKT mempertimbangkan untung rugi dalam hubungannya dengan negara Arab dan sengaja menghindari hubungan tersebut. Sebelum kedua negara menjalin hubungan diplomatik, Israel telah memasok senjata canggihnya kepada Tiongkok.
Pada Maret 2017, RRT dan Israel mengumumkan “hubungan kemitraan inovasi menyeluruh”. Kini Tiongkok telah menjadi negara mitra dagang kedua terbesar bagi Israel, tahun 2022 nilai perdagangan Israel dan Tiongkok mencapai 25 milyar dolar AS (391 triliun rupiah, kurs per 13/02).
PKT Dukung Hamas, Membuat Israel Mengenali Sifat Aslinya
Hubungan erat PKT-Israel mengalami perubahan setelah meletusnya perang Israel-Hamas. Setelah itu di media massa Tiongkok bermunculan banyak “berita” yang berpihak pada Hamas, sentimen anti-Yahudi memuncak di berbagai media sosial yang dikendalikan oleh Beijing. Mantan pemimpin redaksi media massa partai Global Times yakni Hu Xijin, di media massa mengatakan bahwa Tiongkok adalah negara besar, apakah harus “mengambil hati Israel yang kecil”? Apakah Israel layak mendendam pada Tiongkok? Pinjamkan sebuah nyali kepada Israel pun mereka tidak akan berani macam-macam dengan Tiongkok!
Sejarawan yang menetap di Australia yang merupakan mantan lektor kepala Capital Normal University di Beijing bernama Li Yuanhua berpendapat, tetap menjalin hubungan atau mencampakkan Israel, PKT selalu memikirkan kepentingannya sendiri. Dulu PKT bersahabat dengan Israel, karena Israel memiliki teknologi yang dibutuhkan oleh PKT.
Dan, musuh terbesar PKT saat ini adalah dunia bebas yang dipimpin oleh AS. Pasca meletusnya konflik Israel-Hamas, PKT kembali mempertimbangkan untung ruginya. Dia tahu, AS pasti akan mendukung Israel. Jadi bagi PKT, dia berharap semakin besar konflik ini akan semakin baik, dan semakin lama akan semakin baik bagi PKT, karena dalam hal ini menyangkut stamina AS.
Jika seluruh dunia-bebas menyoroti masalah ini, maka tidak ada lagi negara yang menyulitkan PKT. Setelah perang Israel-Hamas meletus, PKT tampaknya bersifat netral, namun diam-diam mendukung Hamas, hal ini telah melukai hati warga Israel, juga membuat mereka mengenali watak asli PKT.
Pernyataan media massa PKT dikendalikan oleh pemerintahnya, apapun suara yang tidak ingin didengar oleh PKT akan disensor. Padahal warga Israel salah menafsirkan pernyataan media massa PKT yang mewakili aspirasi warga arus utama di Tiongkok. Terhadap hal ini Li Yuanhua menyatakan, semuanya disebabkan Israel kurang memahami PKT, “Hanya dengan adanya pemahaman yang jelas terhadap sifat asli PKT, baru akan mengerti bahwa PKT tidak sama dengan Tiongkok, dan terlebih lagi tidak bisa mewakili rakyat Tiongkok”.