Peradaban Prasejarah yang Hilang: Misteri Stonehenge
Stonehenge, salah satu situs arkeologi kuno paling misterius di dunia. Karena batu-batu besar ini tetap berdiri tegak, hingga sekarang meski sudah ribuan tahun berlalu, mengapa dibangun ? Apa makna di baliknya dan bagaimana caranya dibangun? Mari bersama kita telusuri dan temukan jawaban yang hilang dalam perjalanan sejarahnya yang panjang. . .
Epidemi di Tiongkok Serius, Banyak Siswa di Nanjing Meninggal Dunia karena Influenza
Epidemi di Tiongkok terus menyebar, dan kematian akibat epidemi tersebut sering terjadi di berbagai tempat. Orang-orang di Nanjing, Provinsi Jiangsu mengungkapkan kepada NTDTV bahwa baru-baru ini banyak siswa di sekolah lokal meninggal dunia karena influenza. Pejabat Partai Komunis Tiongkok juga melaporkan bahwa epidemi COVID-19 mungkin akan kembali terjadi di Tiongkok pada Januari ini
Meng Xinqi/Yi Ru/Xiong/Zhong Yuan – NTD
Pada 14 Januari, Komisi Kesehatan Nasional Partai Komunis Tiongkok menggelar konferensi pers memperingatkan bahwa selama liburan musim dingin dan periode Tahun Baru saat ini terjadi pergerakan dan pertemuan massa dalam skala besar. Oleh karena itu, penyebaran patogen pernapasan seperti virus COVID-19 dan influenza semakin cepat.
“Sungguh menyedihkan. Saya juga masuk angin. Tenggorokan saya sakit dan seluruh tubuh saya sakit. Seharusnya kena flu. Bagaimanapun, ini bukan jenis ketidaknyamanan yang meledak-ledak. Bagaimanapun, ada cukup banyak orang yang kena,” kata Wang, seorang warga di Nanjing.
Baru-baru ini, Komisi Kesehatan Kota Beijing juga melaporkan bahwa penyakit menular pernafasan akut di Beijing berada pada tingkat epidemi yang tinggi dan patogen utamanya adalah virus influenza. Kasus Influenza masih akan berada dalam periode epidemi dalam beberapa minggu ke depan. Sedangkan jumlah infeksi COVID-19 juga dapat meningkat.
“Pilek pasti menular. Ya, pilek sangat menular, dan flu menular setiap tahun. Bagaimanapun, saya sendiri juga tertular. Saya belum pernah tertular sebelumnya, dan saya tertular tahun ini,” jelas Wang.

Karena otoritas PKT terbiasa menyembunyikan epidemi ini, sulit bagi dunia luar untuk mengetahui kebenaran tentang epidemi yang sedang melanda. Namun, banyak masyarakat daratan Tiongkok mengungkapkan kepada NTDTV bahwa epidemi yang terjadi selalu serius.
Li dari Nanjing berkata: “Memang benar frekuensi pilek mungkin lebih tinggi tahun ini. Kadang-kadang, seorang anak akan masuk angin. Mungkin ada beberapa penyakit menular di kelas. Bagaimanapun, meskipun pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan, akan ada berbagai influenza A, influenza B, atau mikoplasma lainnya yang tidak diketahui, ada penjelasan yang berbeda, tetapi mungkin saja virus atau bakteri yang berbeda, dan kami tidak bisa mengetahuinya.”
Wang juga mengatakan bahwa banyak anak kerabatnya yang tertular.
“Memang benar ada lebih banyak anak. Tahun ini, lebih banyak anak yang tertular. Di masa lalu, tampaknya tidak terlalu seserius ini. Ada beberapa anak di kerabat yang tertular, dan mereka tidak pergi ke sekolah. Sekolah tidak libur, tapi yang tertular lebih banyak. Nah, kalau banyak yang tertular, pilih saja. Kalau kondisi memungkinkan, kalau di rumah ada orang lanjut usia, pilih saja tidak sekolah dan tinggal di rumah sendiri,” ujar Wang.
Penduduk Nanjing lainnya, Liu, mengungkapkan bahwa puluhan orang di kantor tempat dia bekerja mengalami batuk-batuk. Epidemi merebak baru-baru ini. Teman sekelas putrinya meninggal dunia setelah jatuh sakit hanya dalam beberapa hari. Tanpa penyelamatan, dia juga meninggal dunia di sekolah.
“Karena dia adalah teman sekelas putri saya. Dia bersekolah. Dia tidak lagi di sini. Dia meninggal dunia. Dia berumur 13 tahun,” katanya.
Liu menambahkan, “Mereka yang meninggal dunia semuanya adalah anak-anak, dan mereka meninggal dunia dengan sangat cepat, mereka tidak terselamatkan di Rumah Sakit Anak Nanjing, dan tiga di antaranya meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit, hanya dalam waktu beberapa hari, sangat cepat.
Liu mengatakan bahwa dia sendiri terinfeksi dan kondisinya sangat serius. Dia bahkan memikirkan kata-kata terakhirnya kepada keluarganya. Dia merasa lebih buruk daripada tertular dari COVID-19.
“Ya, saya mengalami demam, nyeri badan, dan segala macam gejala. Diare, sakit kepala, sakit perut,” ujarnya.
Liu yang juga seorang karyawan sebuah perusahaan milik negara di Daratan Tiongkok, juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang dia kenal meninggal dunia secara mendadak.
Liu bercerita “Orang-orang di sekitarnya telah meninggal dalam dua hari terakhir… tiga orang yang ia kenal telah meninggal. Dan, ada seorang gadis yang sangat baik kepadanya, Setahun lebih muda dari dirinya, gadis itu tiba-tiba menderita pendarahan otak. Ada seorang lagi menderita penyakit jantung, dia biasanya terlihat baik-baik saja. Tahukah Anda alasannya? Karena epidemi inilah mereka melakukan vaksinasi secara paksa. Saat ini, orang-orang di Tiongkok tidak sehat.”
Liu mengungkapkan perasaan tidak puas dengan praktik pemerintah yang memaksa masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi.
“Ini adalah negara otoriter. Jika Anda tidak mendapatkan vaksinasi, maka tidak akan membiarkan Anda pergi ke sekolah. Jika Anda tidak mendapatkan vaksinasi, tidak akan membiarkan Anda bekerja. tidak akan membiarkan Anda menghasilkan uang. Artinya masyarakat tidak mau menerima vaksinasi secara sukarela. Empat puluh hingga lima puluh persen orang terpaksa mendapatkan vaksinasi,” tuturnya.
Ketika jumlah infeksi dan kematian terus meningkat di seluruh Tiongkok, baru-baru ini menyebar berita secara online bahwa beberapa tempat telah kembali menggunakan “kendaraan kremasi keliling.” (Hui)
Jumlah Setelah Ditambah dengan Angka Ulang Tahun Anda? Jika Sama dengan 369, Anda Ditakdirkan…
Nikola Tesla, salah seorang penemu besar sepanjang masa juga mengatakan, jika saja kamu tahu dari misteri angka tiga, enam, dan sembilan, maka kamu akan tahu kunci dari semesta. Lalu, apa misteri dari 3, 6, dan 9 ini?
Tiga Misteri Tiongkok 2024
Wang He
2024, Tiongkok dan dunia akan memasuki tahun dengan ketidakpastian tinggi, dengan risiko dan krisis sebagai kata kuncinya. Penulis berpendapat bahwa semua lapisan masyarakat di daratan Tiongkok harus memperhatikan tiga misteri besar di Tiongkok berikut ini dan seyogyanya membuat rencana yang matang untuk menghadapinya.
Pertama, apakah wabah berskala besar akan terjadi lagi di Tiongkok?
Meskipun, keadaan darurat pandemi COVID-19 telah berakhir di lingkup internasional (diumumkan oleh WHO pada 5 Mei 2023). Namun, situasi epidemi di Tiongkok sangat berbeda dengan di negara lain.
Dimulai sekitar Oktober 2022 lalu (dalam rangka Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20), epidemi ini merebak di Tiongkok, dengan tingkat infeksi mencapai 80% hingga 90%, jauh lebih tinggi daripada rata-rata dunia, dan tiga kali lipat dari Amerika Serikat; terlebih lagi, jumlah korban tewas sangat besar, krematorium sibuk selama 24 jam sehari, dan hingga saat ini PKT tidak mengumumkan jumlah kematian. Anehnya, hingga Januari 2023, epidemi tersebut sepertinya telah mereda secara tiba-tiba. Lantas pada 16 Februari 2023, Komite Tetap Biro Politik Komite Sentral PKT buru-buru mengklaim bahwa mereka telah “mencapai kemenangan besar yang menentukan dalam pencegahan dan pengendalian epidemi”.
Namun sesungguhnya, epidemi ini belum pernah hengkang dari Tiongkok, virus tersebut hanya bertiarap untuk sementara waktu. Mulai Agustus 2023, rumah sakit anak-anak di seluruh Tiongkok kembali mengalami lonjakan jumlah pasien; gelombang “yang sangat dahsyat” mulai muncul pada awal Oktober, dan fenomena rumah sakit yang penuh sesak selama pandemi telah muncul lagi di banyak tempat. Pada 22 November 2023, WHO mengajukan permintaan resmi ke Tiongkok untuk memberikan detail kondisi mengenai penyakit pernapasan pada anak-anak dan peningkatan kasus pneumonia cluster pada anak-anak yang dilaporkan.
Program Pengawasan Penyakit Baru (ProMED), sebuah organisasi yang memantau wabah penyakit global, telah dua kali mengeluarkan peringatan, dan dengan jelas menyatakan bahwa wabah di Tiongkok adalah “penyakit pernapasan yang tidak teridentifikasi”, yang berbeda dari “pneumonia mikoplasma”, sebutan resmi dari pemerintah RRT. Pakar virus asing juga terus mengingatkan: PKT kembali menyembunyikan realita. Sebuah sumber internal yang dekat dengan para petinggi Partai Komunis Tiongkok menyatakan bahwa untuk menutupi epidemi ini, pemimpin PKT secara eksplisit memerintahkan agar media tidak diperbolehkan menyebut penyakit itu sebagai “virus corona baru”. Oleh karena itu, pengujian patogen yang dilakukan pada pasien di banyak rumah sakit RRT tidak menggolongkannya sebagai “virus corona baru” sama sekali.
Pada awal epidemi (tahun 2020), masih ada mendiang dr. Li Wenliang, Fang Bin dan lainnya yang “melaporkan” dan mengungkap kebenaran, dan pekerja medis Tiongkok juga memberikan sejumlah besar data dalam makalah penelitian ilmiah yang diterbitkan di jurnal internasional; namun, selama tiga tahun ini, PKT telah memperketat lebih lanjut blokade informasinya, dan semakin maha sulit bagi pihak luar untuk memperoleh informasi. Bagaimana epidemi ini akan berkembang di Tiongkok pada tahun 2024 ini? Bagaimanakah situasi sebenarnya? Ini adalah misteri terbesar. Dari sudut pandang tertentu, situasi masyarakat Tiongkok lebih berbahaya dibandingkan tahun 2020 lalu.
Kedua, akankah pemimpin PKT mengalami sesuatu yang tidak terduga?
Ada dua kemungkinan terjadinya sesuatu yang tak terduga pada pemimpin Partai Komunis Tiongkok. Salah satunya adalah kudeta mendadak, dan pemecatan sang pemimpin partai. Pada Kongres Nasional ke-20 Oktober 2022, Xi “menghabisi faksi Liga Pemuda Komunis” dan mengusir mantan pimpinan PKT Hu Jintao (2002-2012) sebagai pemimpin faksi Liga Pemuda Komunis, dari dalam gedung kongres, maka sejak saat itu faksi Kroni Xi mendominasi Biro Politik Komite Sentral dan tampaknya telah mencapai puncak kekuasaan.
Akan tetapi, pada tahun berikutnya, situasi politik RRT menjadi sangat kacau, mulai dari perekonomian Tiongkok yang berantakan hingga tim Dewan Negara baru PM Li Qiang yang tidak berdaya, hingga pembersihan tingkat tinggi Angkatan Roket serta pemecatan Menteri Pertahanan Li Shangfu, Menteri Luar Negeri Qin Gang yang karirnya melejit hingga “dihilangkan” dan dipecat, dan lain lain, ini menunjukkan bahwa telah terjadi pertarungan besar di dalam internal faksi Kroni Xi, rasa curiga yang berlebihan dari Xi Jinping membuat semua orang merasa ketar-ketir, dan kekuatan anti-Xi diam-diam telah bekerja sama serta menunggu peluang, semakin lama drama kudeta ini tertunda, maka kemungkinan akan semakin bergejolak.
Kedua, ketua partai sakit parah atau meninggal mendadak. Beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatan Xi Jinping berulang kali menarik perhatian dunia luar. Misalnya, pada Mei 2022 lalu, media Inggris mengabarkan bahwa Xi Jinping menderita aneurisma otak dan sebagai akibat dari pendarahan otak harus dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan darurat, namun, ia bersikeras tidak mau menjalani operasi dan hanya bersedia menerima pengobatan tradisional Tiongkok; contoh lainnya adalah pada Agustus 2023, Xi Jinping menghadiri KTT BRICS, ketika turun dari pesawat, ia nampak “terhuyung-huyung aneh”, dan wajahnya kuyu, serta tiba-tiba membatalkan pidato malam harinya. Sebagai negara otoriter, kondisi fisik pemimpin puncak adalah rahasia tertinggi negara, dan sulit bagi dunia luar untuk mengetahui secara pasti. Namun, dilihat dari pertarungan terbuka dan terselubung antara PM Li Qiang dan Cai Qi (Sekretaris Komite Partai mewakili Beijing dan anggota Politbiro Partai Komunis Tiongkok yang belakangan ini karirnya menanjak, Red.), kemungkinan besar pertarungan “penerus/suksesor” telah dimulai secara diam-diam di dalam faksi Kroni Xi.
Dari sisi lain, di bawah trend “Langit memusnahkan PKT”, Xi Jinping bertekad untuk melindungi partai dan hingga saat ini masih melanjutkan pelanggaran berat HAM yakni penganiayaan terhadap Falun Gong, yang mempraktikkan Sejati – Baik – Sabar, apabila pada 2024 ini tindakannya semakin berlawanan dengan hukum Tuhan, padahal ada peribahasa Tiongkok yang berbunyi “perhitungan manusia tidak se-sempurna perhitungan Tuhan” dan “Jika manusia tidak mengurus, Tuhanlah yang akan mengurus”, betapapun canggihnya iptek ilmu kedokteran modern, juga tidak dapat mencegah manusia jatuh sakit dan meninggal akibat ulahnya sendiri.
Mantan pimpinan PKT Jiang Zemin (1989-2002) dan mantan PM Li Keqiang keduanya meninggal satu demi satu, apakah tidak ada yang berikutnya? Peramal Inggris Parker berkata: “(2024) Xi Jinping sakit parah dan dirahasiakan, tetapi hal itu menyebabkan “revolusi kedua”, kemudian partai komunis terpecah, timbul kekacauan, dan Xi Jinping lengser! Tapi ia tidak mati.”
Ketiga, akankah PKT merebut Taiwan?
Pada 15 November 2023 lalu, dalam kesempatan KTT APEC, Tiongkok dan Amerika Serikat mengadakan pertemuan Xi dan Biden. Menurut pejabat senior di pemerintahan Biden, Xi Jinping menyatakan: “Saya mendengar laporan dari media AS bahwa Tiongkok berencana mengambil tindakan militer (untuk menyatukan Taiwan) pada tahun 2027 atau 2035”, “tidak ada rencana seperti itu. Juga tidak pernah ada orang yang mengatakan seperti ini kepada saya.” Namun, Kantor Berita Xinhua melaporkan bahwa Xi Jinping juga menekankan: “Tiongkok pada akhirnya akan bersatu kembali dan pasti akan bersatu kembali.”
Dalam pesan Tahun Baru 2024 yang disampaikan pada Malam Tahun Baru, Xi Jinping menegaskan bahwa persatuan adalah sebuah kepastian sejarah. Ini ada banyak penafsiran. Namun, baik Reuters maupun Associated Press percaya bahwa kata-kata Xi mengenai Taiwan lebih keras dibandingkan tahun lalu, dan Voice of America percaya bahwa “waktunya juga cukup sensitif.” Karena Taiwan akan mengadakan pemilihan presiden dan legislatif lagi pada 13 Januari, dan hasil pemilihan tersebut mungkin memiliki dampak yang menentukan terhadap hubungan Taiwan-Daratan Tiongkok. Perhatian dan keterlibatan (cawe-cawei) Partai Komunis Tiongkok dalam pemilu ini belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, jika hasil pemilu merupakan sesuatu yang tidak ingin dilihat oleh PKT, maka, apakah PKT lantas akan menggunakan kekuatan militer?
Dari perspektif pengambilan keputusan yang rasional, penggunaan kekuatan militer oleh Partai Komunis Tiongkok terhadap Taiwan adalah sama dengan bunuh diri: (1) Dalam hal kekuatan militer RRT tidak yakin bisa menang; (2) Kendali Xi Jinping terhadap militer tidak bersifat mutlak (karena misalnya, Kongres Rakyat Nasional baru-baru ini memecat 9 Jenderal); (3) Militer AS kemungkinan besar akan membantu Taiwan; (4) Sanksi internasional yang lebih berat daripada Rusia akan menjadikan “Rencana Lima Tahun ke-14” PKT, Visi 2035, dan Tujuan Seratus Tahun 2049 menjadi berantakan.
Namun, dari sudut pandang pengambilan keputusan yang tidak rasional, kemungkinan merebut Taiwan pada tahun ini tidak bisa dikesampingkan. Selain itu, dalam sejarah PKT, banyak keputusan penting diputuskan secara tidak rasional, seperti Ketika Mao Zedong mengobarkan Revolusi Kebudayaan, pembantaian “4 Juni” yang dilakukan Deng Xiaoping, dan penganiayaan Jiang Zemin terhadap Falun Gong, bukannya tidak mungkin, Xi Jinping juga akan melakukan kesalahan yang sama.
Kesimpulan
Ada ungkapan Tiongkok yang berbunyi: “Segala sesuatu akan berhasil jika direncanakan terlebih dahulu, dan akan hancur jika tidak direncanakan terlebih dahulu”. Tren “Langit (akan) memusnahkan PKT” dan rahasia Langit “Virus (Covid 19) datang untuk menarget PKT” telah terungkap. Jika PKT tetap masih ingin merebut Taiwan (terlepas dari berhasil atau tidaknya), maka hal itu dipastikan adalah bunuh diri. Tahun 2024 mungkin akan menyambut suatu era yang hebat. (Lin/Whs)
Selain Kagum Juga Iri Sekaligus Membenci, Perasaan Kompleks Beijing terhadap Taiwan
Wang You’qun
75 tahun silam, di daratan Tiongkok, PKT (Partai Komunis Tiongkok) dengan menghalalkan segala cara berhasil menggulingkan Pemerintahan Nasionalis Republik Tiongkok (ROC = Republic of China), sehingga pemerintahan ROC terpaksa mundur dan menetap di Taiwan (dengan ibu kota Taipei). Hari ini 75 tahun kemudian, Taiwan telah menjadi objek yang dikagumi, dicemburui, dan dibenci oleh RRT (Republik Rakyat Tiongkok, dalam bahasa Inggris: the People’s Republic of China = RRT yang sejak tahun itu ber-ibukota di Beijing. Red ).
Dengan berbagai alasan Beijing selalu berusaha mengancam Taipei, seakan harus melenyapkan pemerintah Republik Tiongkok sebagai pelampiasan barulah terpuaskan. Mengapa? Lewat sejarah seabad PKT, menurut penulis terutama dikarenakan lima penyebab sebagai berikut:
Pertama, Republik Tiongkok adalah pemerintahan Tiongkok yang sah secara hukum. Selama belum menyingkirkan Republik Tiongkok di Taiwan, maka legalitas PKT terancam.
Pemerintahan Republik Tiongkok di Taiwan awal mulanya telah didirikan pada 1 Januari 1912 di Nanking (Nanjing, red.). Di masa PD-II, Republik Tiongkok merupakan salah satu anggota penting dalam aliansi negara sekutu anti-fasisme dunia, dan merupakan pilar kekuatan utama bangsa Tionghoa saat melawan militer Jepang yang menginvasi Tiongkok. Setelah PD-II usai, Republik Tiongkok adalah salah satu negara yang menandatangani “Deklarasi PBB”, dan salah satu negara pendiri PBB, sekaligus salah satu negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Hingga kini, yang tertulis pada naskah asli “Piagam PBB” pasal 23 adalah: “Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): Republik Tiongkok, Prancis, Uni Republik Sosialis Soviet, Kerajaan Inggris dan Irlandia Utara, serta Amerika Serikat, merupakan anggota-anggota tetap Dewan Keamanan.”
Republik Tiongkok dipaksa mundur dari PBB pada 1971 karena ada alasan khusus. Antara 1966 hingga 1976 pemimpin PKT Mao Zedong mengobarkan Revolusi Kebudayaan, dan bahkan PKT sendiri menyebutnya sebagai “malapetaka 10 tahun”. Padahal pada 1971 PKT sendiri tengah berada dalam “malapetaka 10 tahun”, bagaimana RRT sampai bisa menggantikan posisi Republik Tiongkok di PBB?
Jawabannya sederhana, sama halnya dengan ketika PKT dengan menghalalkan segala cara menggulingkan pemerintahan Republik Tiongkok pada 1949. Misalnya, saat terjadi wabah kelaparan yang menewaskan puluhan juta orang (1958-1962), PKT masih terus memberikan dana dan materi kepada Albania. Dan Albania inilah salah satu negara kecil yang “mengusung” RRT ke PBB. Ini adalah hasil dari “menyuap” Albania dengan uang yang telah mengorbankan jutaan nyawa rakyat Tiongkok.
Sejak 1913 hingga 1979, selama 66 tahun, mayoritas negara dunia bebas yang dipimpin oleh AS mengakui pemerintahan Republik Tiongkok (ROC) sebagai pemerintahan negara Tiongkok yang sah. Stempel kenegaraan Republik Tiongkok yang melambangkan pemerintahan resmi Tiongkok hingga kini masih eksis dan diwariskan ke Taiwan.
Sejak terbentuknya PKT, asal usulnya sudah buruk. Ia adalah partai eksternal afiliasi Partai Komunis Soviet (Bolshevik) yang didirikan oleh komunis Soviet (Bolshevik) pada 1921, dan merupakan kekuatan asing yang bermusuhan dengan Tiongkok kala itu. Leluhur PKT bukan orang Tiongkok, melainkan Karl Marx (Jerman ) dan Lenin (Rusia) yang merupakan orang asing.
Tujuan didirikannya PKT adalah untuk menggulingkan pemerintah Tiongkok yang sah yaitu Republik Tiongkok. Antara 1921 hingga 1949, inilah hal terpenting yang dilakukan oleh PKT selama 28 tahun.
Kedua, Republik Tiongkok (ROC) di Taiwan telah sukses bertransformasi politik, menjadi mercusuar demokrasi kebebasan bagi etnis Tionghoa di seluruh dunia. Demokrasi kebebasan di Taiwan menjadi pembanding sangat mencolok dengan kediktatoran otokratis PKT.
Republik Tiongkok di Taiwan, di masa akhir kekuasaan Presiden Chiang Ching-kuo, demi mengikuti arus modernisasi, ia mencabut larangan partai politik, larangan pers, serta mencabut status darurat militer di Taiwan, dan bertransformasi dari politik otoritarianisme menjadi politik demokrasi.
Pada 23 Maret 1996, untuk pertama kalinya dalam sejarah Republik Tiongkok telah menerapkan pemilu langsung memilih presiden dan wakil presiden. Sejak saat itu, setiap empat tahun sekali Republik Tiongkok melangsungkan pilpres secara langsung telah menjadi ketetapan. Presiden dan wakil presiden Republik Tiongkok mendapat wewenang yang sah dari rakyat. Kini, pemilu di Taiwan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu pemilu presiden, pemilu legislatif (kongres), dan pemilu pejabat publik daerah. Jabatan anggota legislatif dan presiden adalah selama empat tahun dalam satu masa jabatan. Terhitung sejak 2012, pemilu presiden dan legislatif dilaksanakan di hari yang sama, yang disebut juga “pemilu 2 in 1”.
Perubahan sistem pemilu pejabat publik daerah dirampungkan pada 2014, yang disebut juga “pemilu 9 in 1”, yang meliputi pemilu kepala daerah/kota, anggota legislatif daerah/kota, kades/camat/walikota, perwakilan warga desa/kecamatan/kota, lurah/kepala lingkungan, wali kotamadya, anggota legislatif kotamadya, kepala daerah kawasan penduduk asli di bawah kotamadya, perwakilan warga kawasan penduduk asli di bawah kotamadya, yang dilangsungkan setiap empat tahun sekali, pada masa pemerintahan terpilih telah berjalan separo (bulan November tahun kedua).
Pemilu presiden Taiwan tahun 2000, adalah untuk pertama kalinya pergantian partai politik secara damai dalam sejarah Republik Tiongkok. Kekuasaan politik diserahkan dari partai berkuasa Kuo Min Tang (partai nasionalis) secara damai dan tertib berdasarkan undang-undang kepada Partai Progresif Demokrat. Setelah itu, silih berganti berkuasanya partai politik pun menjadi hal yang wajar di Taiwan. Seiring dengan bertransformasinya politik otoritarianisme Taiwan menjadi politik demokrasi, kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan untuk bebas dari rasa takut, dan kebebasan meraih keinginan penduduk Taiwan pun menjadi semakin terjamin.
PKT selalu memberhalakan “kekuasaan dihasilkan dari laras senapan”. Sejak digulingkannya pemerintahan Republik Tiongkok tahun 1949, PKT selalu menggunakan “laras senapan” untuk mempertahankan kekuasaan absolut satu partai. Selama berkuasa 75 tahun, PKT tidak pernah sekali pun mengadakan pemilu yang adil dan bebas secara benar, serta selalu mengadakan “pemilu palsu” yang dikendalikan oleh mereka. Oleh sebab itu, pemimpin PKT tidak pernah mendapatkan wewenang yang sah dari rakyat Tiongkok. 75 tahun PKT berkuasa, satu partai diktator, seluruh negeri penuh bencana, kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan untuk bebas dari rasa takut, dan kebebasan meraih keinginan milyaran rakyat Tiongkok telah dikuras habis.
Ketiga, Republik Tiongkok di Taiwan telah menjadi body ekonomi makmur. Perekonomian Taiwan yang terus meningkat menjadi pembanding mencolok dengan ekonomi RRT yang terancam krisis
Sistem kapitalisme yang diterapkan Taiwan, telah membangun ekonomi pasar yang bebas. Melalui pertumbuhan beberapa dasawarsa, perekonomian Republik Tiongkok di Taiwan telah lepas landas secara kualitatif. IMF telah menempatkan Taiwan sebagai negara ekonomi makmur. Bank dunia juga memposisikan Taiwan sebagai body ekonomi dengan pendapatan tinggi.
6 Januari lalu, Kementerian Perdagangan Republik Tiongkok menerbitkan rilis pers yang menunjukkan, PDB Republik Tiongkok dari 17,6 trilyun yuan (dolar NT) pada 2016 (sekitar 0,58 trilyun dolar AS) telah tumbuh menjadi lebih dari 23 trilyun yuan (sekitar 0,75 trilyun dolar AS) pada 2023, atau naik sekitar 30%. Berarti rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 7 tahun terakhir adalah 3,4% dan angka ini lebih tinggi daripada angka rata-rata negara makmur seluruh dunia.
Di tahun 2020 dimana pandemi paling parah, Taiwan merupakan satu-satunya negara ekonomi makmur yang masih mempertahankan pertumbuhan ekonomi positif di tengah situasi melemah, dan menempati urutan pertama negara ekonomi makmur di Asia. Di saat yang sama, Taiwan yang mengandalkan ekspor sebagai kekuatan utama perekonomiannya, beberapa tahun terakhir ini nilai ekspornya tumbuh pesat, tahun 2022 menciptakan rekor tertinggi sepanjang sejarah, setara 70% dibandingkan pertumbuhan tahun 2016. Walaupun ekspor tahun 2023 terdampak kelesuan global, tapi Taiwan masih menduduki posisi ketiga, juga memecahkan rekor sejarah mencapai 430 milyar dolar AS selama tiga tahun berturut-turut. Pengusaha Taiwan dan investor asing terus menjaga kepercayaan terhadap lingkungan investasi Taiwan.
“Tiga rencana besar investasi Taiwan” telah menembus 2,17 trilyun (sekitar 0,07 trilyun dolar AS), dan berhasil menciptakan 148.000 lapangan kerja, tahun 2016 investasi asing meningkat berlipat ganda, dan menembus nilai 2,3 trilyun (sekitar 0,08 trilyun dolar AS). Selain itu indeks saham TWII juga merefleksikan keyakinan investor global terhadap Taiwan, selama tujuh tahun terakhir, saham Taiwan tidak hanya mengalami kenaikan tertinggi di antara saham Asia lainnya, juga naik berlipat ganda dari 8000-an poin pada 2016 tumbuh menjadi hampir 18.000-an poin.
Juni 2022, stasiun televisi DW Jerman menulis artikel, Taiwan berjarak sembilan ribu kilometer dari Jerman, luas wilayahnya juga hanya setara dengan negara bagian Baden-Württemberg di Jerman, namun, makna penting pulau kecil Taiwan ini ternyata jauh di atas bayangan mayoritas warga Jerman. Artikel berjudul “Kehilangan Taiwan, Perekonomian Dunia Akan Hancur” itu menuliskan: “Hal ini terutama adalah berkat jasa perusahaan Taiwan, yakni Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).
TSMC adalah perusahaan produsen cip terbesar di dunia, yang memproduksi sekitar 90% super cip canggih global. Tahun 2022, nilai pasar TSMC mencapai 541 milyar dolar AS, dan menduduki posisi pertama dalam industri tersebut di seluruh dunia. Cip buatan Taiwan telah menjadi bahan baku strategis yang dibutuhkan setiap negara di seluruh dunia.
PKT berkuasa selama 75 tahun, selama jangka panjang menerapkan ekonomi berencana. Setelah Revolusi Kebudayaan 10 tahun itu berakhir, akibatnya perekonomian Tiongkok telah berada di ambang kehancuran. 1978 PKT dipaksa melakukan reformasi keterbukaan, dan menyatakan akan membangun ekonomi pasar sosialisme. Tapi hingga kini, perekonomian RRT tetap bukan berupa ekonomi pasar yang pembagian sumber dayanya dapat ditentukan oleh pasar, melainkan ekonomi kekuasaan yang pembagian sumber dayanya ditentukan oleh penguasa.
Penguasa PKT berpegang teguh pada “partai memimpin segalanya”. Dengan kata lain, tangan kekuasaan partai dapat menjangkau seluruh bidang yang paling menguntungkan; dimana ada “sewa”, kesanalah “mencari sewa”; walhasil, transaksi kekuasaan, uang, dan seks merajalela di segala bidang. Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan absolut pasti korup (Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely, Red.). Hukum baku ini bisa ditemukan bukti yang paling kuat di tubuh PKT.
2023, perekonomian RRT mengalami situasi “empat bursa mati serempak” yang melanda bursa saham, bursa finansial, bursa properti, dan bursa obligasi yang sangat jarang terjadi dalam sejarah ekonomi manusia, perekonomian anjlok secara curam. Di akhir 2022, sebanyak 31 provinsi semuanya mengalami defisit, Provinsi Guangdong sudah berhenti mempublikasikan data keuangannya sejak 2021 lalu, dalam laporan di akhir 2022 angka defisit keuangan telah mencapai puluhan milyar, kondisi keuangan Shanghai adalah yang paling baik, tapi itu pun masih mengalami defisit hingga 1,8 milyar yuan. Jadi keuangan pemerintah daerah mengalami defisit, ini adalah hal yang tidak pernah terjadi selama 75 tahun PKT berkuasa. Ledakan keuangan pasti akan mengakibatkan hancurnya keuangan.
Hingga hari ini, di Tiongkok terjadi “biro keamanan publik mengawasi bursa efek, dan biro keamanan nasional menekan ekonomi”. Tidak melakukan pekerjaan sesuai hukum ekonomi, tapi langsung dikendalikan oleh mesin kediktatoran, bisakah ekonomi RRT membaik?
Keempat, Republik Tiongkok di Taiwan dapat menjaga landasan kebudayaan tradisional.
1966, ketika Mao Zedong melakukan Revolusi Kebudayaan dan menghancurkan kebudayaan tradisional Tiongkok itu, Republik Tiongkok yang dipimpin Chiang Kai-shek justru mengadakan gerakan membangkitkan kebudayaan tradisional Tiongkok dalam skala besar.
Tujuan dari gerakan ini adalah menjadikan etika dan moralitas sebagai landasan memperbaiki kondisi masyarakat. Representasi perilaku yang paling konkrit adalah delapan moralitas yaitu kesetiaan, bakti, kebajikan, cinta kasih, reputasi, kebenaran, keserasian, kedamaian; yang paling penting adalah pondasi filosofi dari kata “Kebajikan (仁)”. Masyarakat kuno mengatakan: “Kesopanan, kebenaran, integritas, harga diri, adalah empat dimensi negara; bila empat dimensi ini tidak ditegakkan, maka negara akan hancur.” Suatu ajaran universal yang selalu dituliskan oleh Chiang Kai-shek bagi setiap sekolah selalu adalah “kesopanan, kebenaran, integritas, dan harga diri”.
Ia berkata, “Kesopanan, kebenaran, integritas, dan harga diri, adalah prinsip yang tidak pernah berubah sejak dulu hingga sekarang, akan tetapi seiring dengan berubahnya ruang dan waktu, akan berubah pula makna barunya; jika kita aplikasikan dalam memperlakukan orang, bertindak, berinteraksi, berperilaku, bisa dijelaskan singkat sebagai berikut: kesopanan adalah sikap tahu aturan. Kebenaran adalah tindakan yang bermartabat. Integritas adalah mampu membedakan antara kebenaran dan kebaikan. Harga diri adalah kesadaran yang riil.”
Kelima, Republik Tiongkok di Taiwan yang mendapat banyak dukungan sangat mencolok dibandingkan dengan PKT yang banyak kepungan
Tahun 2020 pandemi merebak di Wuhan, dan menyebar ke seluruh Tiongkok bahkan ke seluruh dunia, PKT telah memaksakan penerapan “UU Kemanan Nasional versi Hong Kong”, 27 tahun lebih awal dan mengakhiri “satu negara dua sistem” di Hong Kong. Setelah mengambil alih Hong Kong yang kapitalis, PKT segera menjadikan pengambil-alihan Taiwan sebagai sasaran strategis berikutnya.
Tahun 2020, saat bencana sedang melanda, dan rakyat seluruh negeri sedang membutuhkan perawatan kesehatan, PKT justru mengadakan puluhan kali latihan militer di Laut Bohai, Laut Kuning, Laut Timur, dan Laut Tiongkok Selatan, untuk memberikan “tekanan ekstrem” terhadap Taiwan. Karena tekanan militer PKT terus meningkat, hingga 1 Mei 2021, majalah Inggris The Economist mendeskripsikan Taiwan sebagai “tempat yang paling berbahaya di muka bumi”.
Pada 18 September 2022, saat kantor berita CBS mewawancarai Presiden Biden, pembawa acara bertanya, “Apakah AS akan membantu pertahanan Taiwan?” Biden menjawab, “Ya, jika faktanya (Taiwan) mengalami serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Pembawa acara bertanya lagi, “Jika RRT menyerang Taiwan, ini berbeda dengan invasi yang dialami Ukraina oleh Rusia, apakah tentara AS, pria dan wanita AS, akan melindungi Taiwan?” Biden kembali menjawab, “Ya.” Ini adalah keempat kalinya Biden secara terbuka menyatakan sikap akan membantu pertahanan Taiwan.
“Bila Taiwan bermasalah, maka Jepang juga bermasalah”; “Bila Taiwan bermasalah, maka Filipina juga bermasalah”. Prinsip ini telah menjadi kesepahaman pemimpin dua negara yakni Jepang dan Filipina yang bertetangga dengan Taiwan.
Beberapa tahun terakhir, kelompok negara G7, Uni Eropa, Parlemen Eropa, dan NATO juga telah berulang kali menyampaikan pernyataan atau meloloskan resolusi terkait stabilitas dan perdamaian di Selat Taiwan. Sejak perang dagang AS-RRT meletus pada 2018, seluruh dunia semakin banyak pemerintahan dari berbagai negara yang semakin memahami karakter asli PKT yang “palsu, jahat, dan suka bertarung” itu.
Kini, hubungan AS-RRT telah memburuk hingga mencapai titik terendah setelah terjalinnya hubungan diplomatik selama lebih dari 40 tahun. Dunia bebas yang dipimpin AS sedang mengepung PKT dari segi ekonomi, politik, militer, teknologi, perdagangan, finansial, diplomatik, HAM, Taiwan, Hong Kong, Xinjiang, dan juga ideologi.
Kesimpulan
Seiring dengan semakin dalamnya krisis diplomatik dan urusan dalam negeri PKT, tidak tertutup kemungkinan PKT akan mengambil risiko melakukan invasi militer di kawasan Selat Taiwan.
Namun, untuk melakukannya sangat sulit bagi PKT. Angkatan Roket (AR) merupakan pasukan utama bagi PKT untuk menggempur Taiwan. Namun, 2023, meledak kasus besar di tubuh AR yang melibatkan Kemenhan, Divisi Pengembangan Perlengkapan Komisi Militer, Departemen Staf Gabungan Komisi Militer, Pasukan Pendukung Strategis, AU, dan industri militer. Pemimpin PKT XI Jinping mau tidak mau harus menyingkirkan para perwira yang telah dipromosikannya.
Taiwan adalah lokasi strategis bagi dunia bebas yang dipimpin AS untuk mengantisipasi ekspansi PKT. Jika PKT menempuh risiko besar menyatukan Taiwan secara militer, mungkin akan mempercepat hancurnya mereka sendiri. (sud/whs)
Kembalinya 17 Ekor Panda dan Hilangnya Pamor “Faksi Pemeluk Panda”
Zhou Xiaohui
Ketika Rapat Kerja Urusan Luar Negeri Pusat Tiongkok yang memuji-muji diri sendiri, baru saja berakhir, sebanyak 17 ekor panda dari berbagai negara asing telah dikembalikan ke Tiongkok, sebelumnya tidak pernah sebanyak itu jumlah yang dikembalikan. Adakah korelasi antara kedua kejadian tersebut?
Menurut pemberitaan dari China Central Television (CCTV), pada 2023 lalu sebanyak 17 ekor panda telah dikembalikan ke Tiongkok dari: Jepang, Amerika, Prancis, Belanda, Malaysia, Inggris, Jerman dan lain-lain. Di samping itu ada pula berita yang menyebutkan, Kebun Binatang Finlandia Ähtärin Eläinpuisto juga telah berencana akan mempercepat 8 tahun untuk mengembalikan dua ekor panda yang disewanya sejak 2018. Biasanya panda yang dikembalikan dari luar negeri karena dua kondisi, yang pertama adalah panda di bawah umur yang baru lahir sampai sekitar 4 tahun; yang kedua adalah panda yang telah usai masa sewanya.
Panda adalah hewan langka unik yang hanya dimiliki oleh Tiongkok. Memang tidak diragukan lagi, panda yang gemoy tidak hanya menaklukkan hati rakyat Tiongkok, juga disukai oleh masyarakat luas negara lain. Sejak masa pemerintahan Republik Tiongkok (ROC, yang sejak 1949 hijarah ke Pulau Taiwan, red.), panda telah menjadi duta persahabatan Tiongkok dengan negara lain. Pada 1941 di masa Perang Tiongkok-Jepang II (1937-1945), istri Presiden Chiang Kai-shek yakni Ibu Negara Soong Mei-ling sebagai ungkapan rasa terima kasihnya atas bantuan AS kepada Tiongkok, memberikan hadiah berupa sepasang panda.
Setelah PKT merebut kekuasaan, “diplomasi panda” ala Soong Mei-ling ini pun ditiru. Seperti di tahun 1972, saat Presiden AS Richard Nixon berkunjung ke Tiongkok, untuk menunjukkan sikap bersahabat dengan AS, Mao Zedong mengumumkan akan menghadiahkan sepasang panda kepada Amerika Serikat.
Namun, sejak 1994, apabila ada kebun binatang atau lembaga nasional suatu negara yang membutuhkan panda dari Tiongkok, maka harus menandatangani kontrak sewa berdurasi 10 tahun. Dalam kontrak ditetapkan, bahwa pihak RRT akan memberikan sepasang panda yang sehat dan memiliki kemampuan reproduksi yang hak miliknya adalah Tiongkok, biaya sewanya adalah 1 juta dolar AS per tahun, jadi 10 tahun adalah 10 juta dolar AS (155 miliar rupiah, kurs per 04/01). Dan anak panda yang lahir selama masa sewa juga merupakan hak milik Tiongkok, pada dasarnya di usia 2 tahun anak panda yang lahir harus dikirim kembali ke Tiongkok, dan pihak penyewa harus membayar 600.000 dolar AS (9,32 miliar rupiah) kepada Tiongkok. Jika selama masa kontrak, panda mati dikarenakan penyebab yang tidak wajar, maka penyewa harus membayar ganti rugi sebesar 500.000 dolar AS (7,76 miliar rupiah) kepada Tiongkok. Dalam sewa menyewa panda ini PKT pasti untung dan tidak mungkin rugi.
Walau demikian, kebun binatang di banyak negara tetap saja rela merogoh koceknya dalam-dalam membayar pemerintah Tiongkok demi mendatangkan panda ke negaranya, agar warganya dapat melihat lucunya panda dari dekat. Menurut informasi, hingga sekarang, Tiongkok telah menjalin kerjasama riset perlindungan panda dengan 20 lembaga dari 18 negara antara lain Amerika Serikat, Jepang, Rusia, dan lain-lain, dan jumlah panda yang berada di luar negeri mencapai 56 ekor.
Tak diragukan, bagi Beijing menyewakan atau memberikan panda adalah tindakan sekali dayung dua pulau terlewati. Selain bisa meraih keuntungan devisa dari biaya sewa panda, juga dapat menjalin hubungan persahabatan “diplomasi panda” dengan negara penyewa. Inilah yang disebut oleh PKT sebagai diplomasi soft power.
Selain itu, para pejabat, akademisi, taipan bisnis dan lain-lain dari kalangan akademis AS yang dalam kebijakan terhadap Tiongkok dengan tegas yakin bahwa kebangkitan Tiongkok akan menjadi kekuatan yang menstabilkan Asia Timur dan dunia, mereka disebut kelompok “faksi pemeluk panda”, dengan tokoh representatifnya yakni mantan Menlu AS Henry Kissinger yang belum lama ini meninggal dunia. Dalam kurun waktu cukup panjang mereka telah cukup berpengaruh dalam kebijakan AS terhadap Tiongkok.
Mereka beranggapan, reformasi ekonomi yang diprakarsai oleh Deng Xiaoping di awal 1980-an abad lalu telah membuka gerbang negara Tiongkok, reformasi ini pada akhirnya akan membuat Beijing mengemban kewajiban terhadap hukum dan undang-undang, HAM, dan transparansi politik yang lebih tinggi, cepat atau lambat negara Tiongkok akan memasuki sistem politik yang lebih bebas dan terbuka. “Pertumbuhan ekonomi akan mendorong reformasi politik di Tiongkok”, “popularitas internet akan mendatangkan kebebasan pers di Tiongkok”, dan lain sebagainya, begitulah pernyataan yang dibuat-buat oleh “kaum pemeluk panda” untuk menutupi kejahatan PKT demi membohongi seluruh dunia.
Akan tetapi, setelah tiga dasawarsa reformasi keterbukaannya Beijing justru melakukan kejahatan menentang dunia, mengakibatkan rakyat Tiongkok hingga kini belum juga mendapatkan kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan kebebasan beragama, yang dilakukan PKT terhadap gerakan demokrasi dan pendapat yang bertentangan dengan pemerintah tidak hanya mengawasi dengan menggunakan Big Data, tetapi juga melakukan penindasan dengan kekerasan. Hal yang sama juga dilakukan RRT terhadap peraturan internasional dengan tidak menaatinya.
Segala sesuatunya telah membuktikan bahwa pemikiran “kaum pemeluk panda” yang berupaya mendorong terwujudnya demokrasi di Tiongkok dengan ekonomi telah gagal total, kini pengaruh faksi ini terhadap kebijakan pemerintah AS pun telah menjadi nol. Direktur dari Komisi Terpilih Strategi Kompetisi AS-Tiongkok yang didirikan DPR AS pada 2023 lalu yakni Mike Gallagher menyatakan, “Mereka (PKT) telah memanfaatkan ketulusan kita, tetapi era angan-angan itu telah berakhir. Komite khusus tidak akan membiarkan RRT membuat kita puas diri atau tunduk.”
Hilangnya pamor “kaum pemeluk panda” itu apakah ada kaitannya dengan banyaknya panda yang dikembalikan ke negeri asalnya itu? Atau bisakah dikatakan, apa yang menyebabkan sejumlah negara mengembalikan panda setelah masa sewa berakhir pada 2023 lalu dan tidak lagi memperpanjang kontrak sewanya? Satu penyebab yang pasti adalah pandemi yang menyebabkan depresi ekonomi, jumlah turis berkurang banyak, ditambah lagi beban biaya pemeliharaannya yang kelewat tinggi. Misalnya panda bernama Yang Guang dan Tian Tian yang dikembalikan oleh kebun binatang di Inggris yakni Edinburgh Zoo pada Oktober 2023 lalu yang dikontrak dan dikirim ke Inggris pada tahun 2011, kemudian diperpanjang dua tahun karena pandemi. Alasan kebun binatang mengembalikannya adalah gegara pandemi telah menyebabkan kunjungan wisatawan jauh lebih sedikit, 2022 lalu mencapai defisit 2 juta Pound Sterling (39,4 miliar rupiah), maka pihak kebun Binatang pun tidak mampu lagi memelihara panda.
Ada pula yang beranggapan, ada satu lagi alasan yang kemungkinan berkaitan dengan segala citra negatif yang ditimbulkan Beijing di seluruh dunia. Setelah mengeksploitasi masyarakat dan memperoleh kekayaan yang sangat besar, setelah mencuri teknologi dan militer dari negara Barat dan meraih banyak terobosan, di bawah tampuk kepemimpinan Xi Jinping, PKT telah memilih untuk tidak lagi low profile, sebaliknya telah berubah menjadi sosok “serigala perang” dan mulai menekan negara-negara di sekitarnya, melawan Amerika Serikat, juga berniat menciptakan “komunitas senasib bersama” untuk mengatur dunia. Dalam proses ini, sikap PKT yang tidak bisa dipercaya dan sosoknya yang brutal semakin dikenal oleh seluruh dunia.
Terutama setelah PKT melakukan penindasan terhadap suku Uyghur di Xinjiang dan setelah menindas gerakan demokrasi di Hong Kong, lalu virus PKT melanda seluruh dunia yang menewaskan jutaan orang, satu persatu fakta PKT mencelakakan dunia terus terkuak, apalagi setelah PKT memberi dukungan bagi Rusia yang melakukan invasi terhadap Ukraina, AS dan Eropa pun mulai tersadar dari mimpi “memeluk panda”, dan mulai menganggap PKT sebagai ancaman terbesar, lalu bersatu di bidang politik, ekonomi, diplomatik, militer, dan teknologi untuk decoupling dengan PKT, di saat yang sama mengambil sikap berkompetisi, bersama-sama menahan ekspansi PKT di seluruh dunia. Bisa dikatakan, satu demi satu undang-undang sanksi yang diterbitkan oleh pemerintahan Trump maupun pemerintahan Biden, telah menghajar PKT sampai babak belur.
Seiring dengan semakin memburuknya penilaian masyarakat internasional terhadap RRT, binatang panda yang melambangkan soft power PKT juga mulai menurun, “diplomasi panda” dari Beijing dan “kaum pemeluk panda” dari AS juga makin kehilangan pamor. Panda berbondong-bondong dikembalikan ke negara asalnya, pada tingkat tertentu juga merefleksikan kegagalan Beijing dalam hal diplomatik, dan membuat Rapat Kerja Urusan Luar Negeri Pusat RRT yang suka memuji-muji diri sendiri merasa agak canggung..
Sementara para “pemeluk panda” di AS sebagian memilih untuk diam, dikarenakan mereka tidak berdaya lagi untuk mengombang-ambingkan kebijakan pemerintah AS; ada pula sebagian yang setelah melihat dengan jelas wajah asli PKT, maka mulai tersadar, dan memilih untuk mendukung kebijakan keras AS, dengan harapan Beijing dapat mengubah sebagian sikap mereka. Hanya saja sepertinya Xi Jinping akan membuat mereka kecewa. (sud/whs)
Seiring Memburuknya Hubungan AS-Tiongkok, Kemungkinan Terlibat Perang di 2024 Telah Menurun?
DR Xie Tian
Sebuah laporan riset yang dipublikasikan oleh suatu wadah pemikir AS menjelaskan bahwa pada 2024 ini kemungkinan AS dan Tiongkok terlibat dalam perang telah menurun. Walaupun hubungan AS-Tiongkok sejak beberapa tahun lalu terus memburuk, tetapi hanya ditinjau dari pertemuan Biden dan Xi Jinping di San Francisco, berikut saling berkunjung antara sejumlah pejabat kabinet, lantas dinilai bahwa kedua negara telah efektif mengatasi perselisihan, sehingga menurunkan kemungkinan timbulnya konflik militer? Kesimpulan ini sepertinya masih terlalu dini, dan hal ini merefleksikan pemahaman yang masih kurang di kalangan wadah pemikir dan kaum intelek AS terhadap sifat asli PKT (Partai Komunis Tiongkok).
Persis setelah tahun baru 2024, Komando Palagan Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) PKT pada Rabu 3 Januari lalu mengumumkan, PLA akan mengadakan “patroli rutin” selama dua hari yakni pada Rabu dan Kamis (3 dan 4 Januari) di Laut Tiongkok Selatan. Sedangkan pada hari yang sama, pihak militer Filipina mengumumkan, AS dan Filipina akan mengadakan pelayaran patroli bersama yang diikuti oleh kapal induk AS, situasi di perairan itu pun kembali menegang.
Menurut pengumuman militer Tiongkok pasukan palagan dalam kondisi siaga penuh, “Gigih mempertahankan keamanan kedaulatan negara dan hak maritim”. Mereka juga memperingatkan, “Setiap aktivitas militer yang mengacaukan Laut Tiongkok Selatan dan menciptakan titik panas sudah dalam kendali.” Akun Weibo milik Komando Palagan Selatan RRT telah mempublikasikan foto rudal balistik serial Dongfeng, yang dibubuhi dengan tulisan “berjalan setiap hari, tak gentar berapapun jarak yang ditempuh; berbuat setiap hari, tak gentar berapapun banyak peristiwa”.
Rudal balistik RRT tentu bukan mengincar negara-negara yang mendeklarasikan sebagian atau seluruh kedaulatannya di Laut Tiongkok Selatan seperti Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan, melainkan fokus mengincar AS.
Rabu lalu pihak militer Filipina mengumumkan, berdasarkan Mutual Defense Treaty (MDT) antara Filipina dengan Amerika Serikat, kedua negara akan mengadakan patroli gabungan selama dua hari di Laut Tiongkok Selatan. Kapal yang berpatroli termasuk kapal induk AS, berikut kapal jelajah dan kapal perusaknya. Ini adalah patroli gabungan AS-Filipina yang kedua dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Latihan sebelumnya diadakan pada November 2023, dan berdurasi tiga hari di dekat perairan Taiwan dan wilayah perairan Laut Filipina Barat (Mer de Luçon, red.)
Berdasarkan “Traktat Pertahanan Bersama Republik Filipina – Amerika Serikat” yang telah ditandatangani sejak Agustus 1951, kedua pihak berjanji akan mempertahankan serta mengembangkan kemampuannya dalam “menangkal serangan bersenjata” dengan cara “saling membantu satu sama lain”; dan, apabila salah satu pihak mengalami “serangan bersenjata” dari pihak ketiga, maka kedua negara akan berunding, dan mengambil tindakan untuk “menghadapi bahaya bersama”. Penasihat keamanan nasional Filipina yakni Eduardo Ano menekankan, patroli gabungan AS-Filipina masih akan terus berlanjut di masa mendatang. Oleh sebab itu, tidak hanya jika Taiwan bermasalah, atau Jepang bermasalah, berarti AS akan bermasalah; ternyata jika Laut Filipina Barat bermasalah, berarti AS juga bermasalah.

Wadah pemikir dari Washington DC yakni Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Rabu (3/1) lalu telah melakukan prediksi arah perkembangan hubungan AS-RRT di tahun 2024. Judul laporan evaluasi tersebut adalah “US-China Relations in 2024: Managing Competition Without Conflict”. Penulis laporan itu yakni Scoot Kennedy yang juga pakar kebijakan industri Tiongkok menilai, meskipun sejak 2018 hingga 2023 hubungan AS-Tiongkok terus memburuk akibat perang dagang, pandemi Covid-19, persaingan teknologi, kedaulatan Laut Tiongkok Selatan, masalah Taiwan dan lain sebagainya, pertemuan Biden dan Xi Jinping pada November tahun lalu di San Francisco, “cukup berhasil dalam menyampaikan sinyal bahwa kedua negara dapat mengatasi perselisihan secara efektif”. Oleh karenanya Kennedy beranggapan, meskipun persaingan kekuasaan global kedua negara akan terus berlanjut, tetapi jejaring pengaman juga sedang dibentuk, ini dapat membuat kedua belah pihak berpeluang mencegah akibat yang bersifat bencana karena keterlibatan dalam perang. Kennedy juga menjelaskan, pada tahun ini kedua negara “masih harus melakukan upaya diplomasi yang aktif, agar dapat menghindari semakin retaknya hubungan bilateral ini lebih lanjut”.
DR Kennedy menyandang gelar master di bidang riset Tiongkok dari School of Advanced International Studies di Johns Hopkins University (JHU) dan gelar doktor ilmu politik dari George Washington University, dan pernah mengajar di Indiana University selama 14 tahun. Selama tiga dasawarsa terakhir ia kerap berkunjung ke Tiongkok, mengunjungi ribuan pejabat negara, petinggi perusahaan, pengacara, organisasi nirlaba, serta para akademisi Tiongkok, karya tulisnya sangat kaya.
Namun dalam hal pandangannya terhadap hubungan AS dan RRT, penulis menilai Kennedy terlalu optimis. Ia memprediksi dari 2024 dan seterusnya hubungan AS-RRT akan terhindar dari perpecahan, juga berasumsi bahwa PKT akan seperti AS, yang akan “berupaya melakukan diplomasi secara aktif”, kesimpulan ini sepertinya terlalu berangan-angan, asumsi ini juga mungkin tidak akan pernah terjadi.
Pertemuan Xi Jinping dengan Biden selama KTT APEC di San Francisco, adalah akibat dari kehangatan Biden yang ditanggapi dengan sikap dingin Xi Jinping. Sudah sejak lama pihak AS menyatakan ingin mengadakan dialog bilateral, sementara PKT tidak juga memberikan tanggapan, hingga detik-detik terakhir baru memastikan bahwa Xi Jinping akan menghadiri KTT APEC di AS.
Selain itu, pihak AS membawa harapan yang sangat besar pada dialog tersebut, serta berharap dapat meyakinkan Xi Jinping agar RRT berpihak pada AS, dan berhenti mendukung Rusia dalam Perang Rusia-Ukraina; tetapi PKT sama sekali tidak mau mengalah, kedua belah pihak bahkan tidak dapat mencapai pernyataan bersama. Secara terbuka pihak PKT menyatakan kunjungan Xi Jinping ke AS itu adalah kunjungan kerja, dan menghadiri KTT APEC itu justru hanya faktor sampingan.
AS tidak mendapatkan janji PKT untuk berhenti membantu Rusia dalam hal ekonomi dan militer, PKT juga tidak mendapatkan janji AS untuk mencabut tarif masuk dan sanksi teknologi serta melonggarkan kepungan militer. Sementara itu dari informasi yang diungkap pasca KTT APEC tersebut banyak kalangan mengetahui, Beijing yang berharap agar AS dapat menyediakan bantuan senilai 900 milyar dolar AS (13.963 triliun rupiah, kurs per 08/01) untuk membantu mengatasi masalah finansial dan ekonomi Tiongkok yang tengah hancur, juga tidak dapat terwujud.
Di mata PKT, hubungannya dengan AS sudah hancur total, di tahun terakhir masa pemerintahan Biden sudah tidak ada lagi tanda-tanda membaik, bagaimana mungkin kedua pihak akan “melakukan upaya diplomasi secara aktif” di tahun 2024? Tak hanya itu saja, 2024 adalah tahun pemilu penting bagi lebih dari 30 negara dunia termasuk pilpres Taiwan, pilres AS, dan pilpres Rusia. Pemilu presiden di Rusia diperkirakan tidak terlalu banyak variabel.
Pemilu Taiwan digelar pada 13 Januari, jika pilpres dimenangkan “pasangan Bi-Te” (makna harfiah: pasangan moral indah, red.) yakni Lai Ching-Te dan Hsiao Bi-Khim, maka hubungan dan kebijakan PKT terhadap Taiwan mungkin akan mengalami perubahan sangat besar, dan kemungkinan invasi militer RRT terhadap Taiwan pun akan meningkat, yang akan semakin memperburuk perseteruannya dengan AS.
Hasil pilpres AS akan terungkap pada November mendatang, jika tidak ada kecurangan pemilu, Trump berpeluang menjabat kembali, dan hubungan Washington-Beijing akan semakin cepat mengarah pada konfrontasi baru; perang antara kebajikan melawan kejahatan dimana seluruh dunia sedang melawan komunisme dan kekuatan jahat, akan memasuki suatu fase baru. Kehancuran PKT di tahun 2024 ini akan mengarah lebih intuitif dan realistis. Variabel hubungan AS-RRT dan akibatnya setelah decoupling serta derisking, akan menjadi lebih sulit diprediksi, “jejaring pengaman” tak akan diperkuat lagi, hanya akan semakin dirobek; bagaimana mungkin hubungan AS-Tiongkok akan tenang, apalagi terkendali secara efektif tanpa ada konfrontasi?
Dalam laporannya DR Kennedy menjelaskan, ada beberapa hasil positif dari pertemuan Xi Jinping dengan Biden di Woodside, California, seperti mengaktifkan kembali jalur dialog militer; mempercepat penerapan sumber energi berkesinambungan, pengurangan emisi karbon, dan efek rumah kaca; memulihkan kerjasama memberantas Fentanyl; mulai membahas bagaimana mengurangi risiko AI; mendorong lebih banyak penerbangan langsung kedua negara; merundingkan kesepakatan pembaharuan kerjasama teknologi AS-Tiongkok, dan lain-lain.
Namun, laporan Kennedy tersebut tidak secara tepat menjelaskan titik krusialnya terletak pada PKT yang sama sekali tidak ada ketulusan dan kredibilitas untuk bisa mendorong terlaksananya “kesepahaman” tersebut, bahkan AS pun tidak akan secara nyata mendorong topik “memperbaharui kerjasama teknologi” yang dimaksud. Kedua belah pihak mengaktifkan kembali jalur dialog militer, bagi rezim otoriter seperti PKT hal ini sama sekali tidak bermakna, karena mereka tidak akan berkata jujur pada AS, posisi Menhan RRT bisa kosong untuk jangka waktu yang sangat lama, karena sama sekali bukan pengendali kekuatan militer mereka yang sebenarnya. Energi terbarukan, pengurangan emisi karbon dan efek rumah kaca memang bernilai tinggi bagi pemerintahan Biden yang berhaluan radikal kiri, tapi bagi Beijing hanya sebatas lelucon belaka.
Di saat perekonomian terpuruk di dasar jurang seperti ini, jika penggunaan bahan bakar fosil dapat memperbaiki kondisi ekonomi Tiongkok, maka PKT akan tanpa keraguan terus membakar batu bara, membakar minyak, dan melepaskan karbon. Dalam hal kerjasama memberantas Fentanyl, jika PKT memang ingin melakukannya, hanya dalam semalam saja mereka bisa menutup semua pabrik produsen Fentanyl di Tiongkok, dan memberantas masalah ini dari sumbernya; tetapi PKT pasti tidak akan melakukannya, karena mereka tidak akan melepaskan senjata narkoba era baru ini demi membalas dendam terhadap utang sejarah Barat. Membahas pengurangan risiko AI dengan PKT pada dasarnya ibarat meminta kulit dari harimau.
PKT hanya akan berusaha memperoleh teknologi AI dari pembahasan dengan AS, mulai dari peranti lunak sampai cip, lalu akan dimanfaatkan mereka untuk mempersiapkan militernya melawan AS serta untuk menekan warganya sendiri, dan tidak akan ada hasil apapun. Mendorong lebih banyak penerbangan langsung kedua negara juga tidak begitu besar harapannya, karena jumlah penerbangan dan penumpang kedua negara sedang menyusut dengan cepat, karena orang Amerika tidak lagi ingin pergi ke Tiongkok, sementara warga Tiongkok tidak mampu lagi pergi ke Amerika.
Dalam kondisi seperti ini, dengan gegabah mengatakan kemungkinan AS dan RRT terlibat perang dan konflik telah menurun, dari pernyataan ini jelas terlihat bahwa DR Scoot Kennedy tidak cukup memahami sifat asli PKT yang jahat, serta ambisi PKT menantang AS dan ketertiban dunia.
Sejak beberapa tahun terakhir hubungan AS-RRT terus memburuk, memasuki tahun 2024 hubungan ini hanya akan memburuk semakin cepat, karena bagi rezim PKT, mereka tahu sisa hidupnya sudah tidak banyak, PKT sangat terdesak untuk segera membangkitkan lagi perekonomian dan memperkuat militernya, mereka juga ingin lebih efektif menekan rakyat Tiongkok dan menjaga stabilitas sosial, mereka tidak akan merasa AS dan PKT dapat “mengatasi perselisihan secara efektif”, sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya bentrok militer, karena Beijing justru berusaha memanfaatkan perselisihan ini untuk mencari celah yang bisa dimanfaatkannya agar mereka mempunyai alasan untuk melakukan serangan yang mematikan terhadap AS. Jika sudah memahami hal ini, maka wadah pemikir, akademisi, dan pejabat pemerintahan AS tidak akan lagi berangan-angan terhadap PKT, dan yang harus segera dipersiapkan adalah, secara tuntas memberantas ancaman PKT berikut seluruh komunisme di dunia yang membahayakan peradaban umat manusia. (sud/whs)
Ekspor Global Tiongkok Anjlok Pertama Kalinya dalam 7 Tahun, Ekspor ke AS Anjlok 13 Persen
Anjloknya ekspor terjadi karena perekonomian Tiongkok diperkirakan akan mencatat tingkat pertumbuhan PDB yang lebih rendah pada 2024
Naveen Athrappully – The Epoch Times
Ekspor dari Tiongkok anjlok hampir 5 persen pada 2023 karena permintaan dari negara-negara Barat berkurang selama setahun terakhir, dengan Amerika Serikat memimpin dengan penurunan sebesar 13 persen.
Ekspor Tiongkok pada 2023 berjumlah $3,38 triliun jika diukur dalam dolar, turun 4,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data bea cukai Tiongkok yang dikutip oleh berbagai media. Penurunan sebesar 4,6 persen terjadi setelah ekspor melonjak sebesar 7 persen pada tahun 2022. penurunan ekspor terakhir kali terjadi pada tahun 2016 ketika angka tersebut turun sebesar 7,7 persen. Pengiriman dari Tiongkok meningkat selama pandemi COVID-19 karena konsumen di negara-negara Barat menghabiskan banyak uang saat lockdown. Namun karena permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa berkurang selama setahun terakhir karena meningkatnya minat tingkat suku bunga, ekspor Tiongkok melemah.
Ekspor Beijing ke Amerika Serikat mengalami penurunan terbesar, yaitu turun sebesar 13 persen pada tahun 2023. Ekspor ke Asia Tenggara dan Uni Eropa juga mengalami penurunan, kecuali Rusia yang mengalami lonjakan ekspor sebesar 47 persen.
Penurunan ekspor disebabkan oleh penurunan dua digit pada komoditas, termasuk aluminium dan tanah jarang. Mobil dan suku cadang mengalami peningkatan sebesar 27 persen.
“Pemulihan ekonomi global lemah dalam setahun terakhir,” Lyu Daliang, juru bicara Administrasi Umum Bea Cukai, mengatakan pada konferensi pers di Beijing pada Jumat, menurut CNN. “Permintaan eksternal yang lesu telah memukul ekspor Tiongkok.”
Dia mengklaim ekspor Tiongkok akan terus menghadapi “kesulitan” di tengah lemahnya permintaan global pada tahun ini. Selain itu, “proteksionisme dan unilateralisme” juga akan berdampak negatif terhadap ekspor.
Ekspor mengalami peningkatan sebesar 2,3 persen pada Desember 2023, sebagian besar disebabkan oleh tingginya permintaan otomotif dan suku cadang mobil. Namun, para analis memperkirakan momentum positif ini tidak akan bertahan lama, karena pertumbuhan tersebut didorong oleh diskon dari eksportir yang berupaya mendapatkan pangsa pasar.
“Tanpa dukungan pemotongan harga, eksportir akan kesulitan untuk ikut merasakan penurunan permintaan barang global pasca pandemi,” kata Julian Evan-Pritchard, kepala China Economics di firma riset Capital Economics asal Inggris kepada Nikkei Asia.
Angka ekspor yang positif pada Desember 2023 dibandingkan dengan tahun lalu ketika ekspor dari Tiongkok anjlok akibat meningkatnya infeksi COVID-19 di seluruh negara. Oleh karena itu, angka ekspor yang lebih rendah pada Desember 2022 berkontribusi terhadap penguatan data terbaru pada Desember.
“Melihat ke depan pada 2024, kompleksitas, tingkat keparahan, dan ketidakpastian lingkungan eksternal semakin meningkat. Untuk lebih mendorong kestabilan pertumbuhan perdagangan luar negeri, beberapa kesulitan harus diatasi dan diperlukan lebih banyak upaya,” kata Wang Lingjun, wakil kepala Departemen Umum. Administrasi Bea Cukai, dikutip dari South China Morning Post.
Perekonomian Tiongkok yang Sedang Kesulitan
Penurunan ekspor terjadi ketika perekonomian Tiongkok sedang mengalami kesulitan. Pada pidato Tahun Baru, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping mengakui bahwa “beberapa perusahaan mengalami masa sulit” dan “beberapa orang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan dasar.”
Sebelum pandemi, PDB Tiongkok tumbuh dari sekitar 6 persen menjadi 7 persen. Pertumbuhan turun menjadi 2,24 persen pada 2020 dan pulih menjadi 8,45 persen pada 2021. Namun, PDB turun menjadi 2,99 persen pada 2022.
Meskipun Tiongkok diperkirakan tumbuh sekitar 5 persen pada 2023, sektor manufakturnya justru mengalami perlambatan. Pada Desember, indeks manajer pembelian (PMI) Tiongkok mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.
“Melambatnya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan perubahan respons kebijakan pemerintah akan terus memberikan hambatan terhadap kinerja beberapa sektor di Tiongkok selama 2024,” kata Lan Wang, direktur senior di Fitch Ratings dalam sebuah catatan baru-baru ini.
“[Dan, meskipun] pemerintah Tiongkok baru-baru ini mengindikasikan bahwa langkah-langkah kebijakan tahun depan akan memprioritaskan pembangunan, efektivitas langkah-langkah tersebut akan berperan penting dalam mengurangi risiko negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang menurut perkiraan Fitch Ratings akan melambat menjadi 4,6 persen pada 2024 dari 5,3 persen pada 2023.”
Dalam siaran pers 14 Desember, Bank Dunia mengatakan bahwa meskipun aktivitas ekonomi Tiongkok meningkat pada tahun 2023, kinerja ekonominya “ditandai oleh volatilitas, tekanan deflasi yang terus berlanjut, dan masih lemahnya kepercayaan konsumen.” Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB akan melambat menjadi 4,5 persen tahun ini.
“Prospeknya masih suram karena masih lemahnya sektor real estate dan permintaan global yang terus melemah dalam jangka pendek, serta kendala struktural terhadap pertumbuhan, termasuk tingkat utang yang tinggi, penuaan populasi, dan pertumbuhan produktivitas yang lebih lambat dibandingkan masa lalu,” kata Bank Dunia.
“Prospek perekonomian menghadapi risiko yang signifikan. Penurunan sektor properti mungkin melampaui perkiraan awal, sehingga berdampak pada sentimen dan belanja konsumen. Hal ini, pada gilirannya, dapat memberikan tekanan pada pemasok, kreditor, dan pendapatan pemerintah daerah, dan menyebabkan penurunan investasi publik.”
Selain itu, perekonomian Tiongkok juga rentan terhadap meningkatnya ketegangan geoekonomi dan melemahnya permintaan global.
Tiongkok juga menghadapi tekanan deflasi, dengan inflasi November yang mencatat penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, inflasi harga produsen telah negatif selama lebih dari setahun.
Jika harga-harga terus menurun, hal ini akan menjadi ancaman besar bagi perekonomian Tiongkok karena perusahaan-perusahaan akan menghindari investasi karena khawatir akan penurunan harga yang lebih besar di masa depan. Jika Tiongkok terjebak dalam spiral deflasi, hal ini akan menyebabkan upah yang lebih rendah dan meroketnya pengangguran.