Home Blog Page 608

Apakah Krisis Pangan Lebih Parah dari Wabah COVID-19? Provinsi Jilin, Tiongkok Membebaskan Petani Kembali Bercocok Tanam

0

Li Lan dan Luo Ya

Sekarang sudah memasuki musim semi untuk membajak. Jilin, Tiongkok, provinsi penghasil pangan utama di daratan Tiongkok, telah lama ditutup karena COVID-19. Ditambah dengan perubahan kebijakan ekonomi partai Komunis Tiongkok dan kondisi global, kini krisis pangan telah berada di ambang pintu.

Festival Qingming pada April adalah waktu yang penting untuk membajak di musim semi. Jilin, sebagai provinsi penghasil biji-bijian utama di  Tiongkok, telah ditutup selama sebulan. Pada Senin 4 April, Kelompok Kerja Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Provinsi Jilin tiba-tiba mengeluarkan dokumen “Rencana Kerja untuk Petani yang Ditahan di Kota Changchun dan Jilin Kembali ke Pertanian Musim Semi, untuk memungkinkan petani yang memenuhi syarat  terdampar di kota Changchun dan Jilin,  kembali ke kampung halaman mereka. Tak lain, untuk memulai menanam di musim semi.

Media daratan Tiongkok, Xinhuanet dan People’s Daily menerbitkan sebuah artikel pada 10 April, mempromosikan secara serentak bahwa membajak di musim semi harus dipastikan di bawah pencegahan dan pengendalian epidemi. Hal ini menunjukkan bahwa krisis pangan  Tiongkok mungkin telah melampaui tugas politik untuk membersihkan dan mencegah epidemi.

Mr Lin, seorang pengusaha biji-bijian di Kota Shulan berkata : “Timur Laut sekarang mulai menanam bibit dalam skala besar. Tidak akan berdampak banyak jika tiga atau lima hari kemudian, tetapi akan memiliki dampaknya pada kami adalah membeli bahan pertanian sangat tidak nyaman.”

Kota Shulan, Provinsi Jilin, adalah daerah penghasil utama beras. Seorang marga Lin berkata bahwa karena berhubungan dengan layanan purna jual, bahan pertanian diperdagangkan secara fisik daripada dipesan secara online.

Penguncian ekstrem membuat aktivitas masyarakat terhenti,  logistik yang buruk tidak hanya mempengaruhi pembelian pestisida dan pupuk, tetapi juga memengaruhi benih bagi petani. 

Liu, seorang pekerja media dari  Tiongkok mengungkapkan: “Saat ini, di banyak tempat di  Tiongkok, tidak lagi secara tradisional untuk memilih beberapa varietas unggul  dari tanaman pada tahun lalu atau musim sebelumnya untuk disemai. Tetapi, ada biji-bijian yang diimpor secara khusus. Atau biji-bijian yang dibudidayakan oleh lembaga terkait di  Tiongkok. ”

Pada 6 April, seorang reporter menghubungi nomor kontak eksternal dari banyak perusahaan benih di Kota Gongzhuling, Kota Huadian, Kota Baishan dan Kota Yanbian di Provinsi Jilin, tetapi tidak ada yang menjawab.

Seorang karyawan perusahaan bibit di Kota Jilin, Provinsi Jilin berkata : “Ini musim semi segera membajak, tetapi karena epidemi, perusahaan ditutup, dan mereka harus melakukan tes PCR di rumah.”

Selain faktor epidemi , bencana alam, dan cuaca ekstrem, kebijakan pencegahan nol kasus epidemi saat ini serta kebijakan ekonomi jangka panjang sebelumnya dan perubahan situasi internasional juga memperburuk parahnya krisis pangan.

Dikarenakan sumber daya lahan telah banyak digunakan oleh pemerintah untuk pengembangan komersial dalam dua dekade terakhir, lahan subur yang tersedia di  Tiongkok terus berkurang. Bahkan, tingkat swasembada pangan terus menurun. Pada tahun 2021 saja,  Tiongkok harus mengimpor 164,539 juta ton gandum dan ketergantungan pangan dari impor mencapai 19,4%.

Meletusnya perang Rusia-Ukraina, juga sangat mempengaruhi pasokan makanan di Tiongkok. Sebelum perang Rusia-Ukraina, impor gandum dan jagung  Tiongkok dari Ukraina masing-masing menyumbang 28% dan 29,7% dari total impor  Tiongkok.

Pada awal Maret, ketika putaran epidemi saat ini di Jilin, pertama kali merebak, Xi Jinping, pemimpin Partai Komunis Tiongkok, sekali lagi memerintahkan pada pertemuan Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok untuk melindungi lahan pertanian dan laboratorium benih. Ia mengatakan bahwa hanya dengan menguasai benih dapat menjamin ketahanan pangan  Tiongkok.

Chen Weijian, pemimpin redaksi “Beijing Spring” dan orang media senior di Selandia Baru menilai, saat ini benih pada dasarnya dimonopoli oleh perusahaan besar, dan perusahaan benih  juga dimiliki oleh perusahaan besar di Barat. Situasi di  Tiongkok, perusahaan benih ini dan lainnya, seperti perusahaan besar, mereka semua merasa bahwa  Tiongkok tidak lagi memiliki lingkungan bisnis dan lingkungan produksi yang baik, dan mereka secara bertahap menarik diri dari daratan Tiongkok. Setelah mereka mundur dari  Tiongkok, akan ada celah  Tiongkok tidak bisa mengisi sekaligus. Krisis pangan diperkirakan, akan lebih menonjol dalam dua atau tiga tahun ke depan, bukan tahun ini atau tahun depan.” (hui)

Kabin Fangcang Shanghai Penuh Sesak, Pasien Terjebak di Mobil Tanpa Makanan atau Minuman

0

Pihak berwenang Shanghai mengharuskan orang-orang yang  positif COVID-19 untuk diisolasi, tetapi tidak ada cukup tempat tidur penampungan Fangcang di rumah sakit. Bahkan, beberapa orang yang dikarantina telah terjebak di mobil mereka untuk waktu yang lama. Selain itu,  mereka yang memenuhi syarat untuk keluar tidak diperbolehkan meninggalkan kabin dan mereka juga tidak memiliki cara untuk meminta bantuan

Xiong Bin dan Liu Fang – NTD

Pada 10 April, pasien positif COVID-19 di Jalan Jinyang diberitahu untuk dikirim ke Rumah Sakit Zhoupu Fangcai, tetapi akhirnya dikirim ke stasiun (sekolah di Zhoupu) pada pukul 3:00 tengah malam, mengatakan bahwa mereka akan dipindahkan ke Qingpu pada pukul 8:00 keesokan paginya. Pada 11 April, seluruh titik karantina sedang menunggu mobil dan ada banyak mobil sedang berada di jalanan.

Selain itu, pada 11 April, Xiao Zhang yang mengirim pesan meminta bantuan, mengatakan bahwa setelah pukul 10 pagi baru ada mobil. Tujuh bus penuh dengan pasien dan menunggu di jalan tanpa dikirim ke tempat penampungan. Kemudian pada pukul 17.00, mereka baru sampai ke titik isolasi perumahan yang terjangkau di Jalan Jinhai, tetapi  khawatir masalahnya belum terpecahkan.

Xiao Zhang yang meminta bantuan berkata: “Kami ditelantarkan di dekat pasar sayur Jinyang. Kami tidak bisa bergerak. Dari jam 11 sampai sekarang, kami tidak bisa pergi ke mana pun, dan kami tidak tahu bagaimana situasinya. Tidak ada yang memberi tahu kami  dan AC tidak dinyalakan di dalam mobil, keadaannya gawat, orang tua dan yang sakit tidak mendapatkan makanan  apa pun dari pagi hingga malam, tidak punya tempat untuk pergi ke toilet.”

Pada 10 April, sebuah video menunjukkan bahwa empat puluh atau lima puluh pasien positif COVID-19 di Pudong, termasuk orang tua dan anak-anak. Mereka menginap di bus transfer semalaman. Tanpa air dan makanan, ada warga pergi ke tiga kabin Fancang, tetapi tidak ada yang menerima. Seorang wanita di dalam mobil dengan putus asa berteriak meminta pulang ke rumah.

Sebuah video live streaming menyebutkan : “Saya ingin pulang, saya ingin pulang, jika tidak saya akan mati di sini. Saya ingin mati. Kita semua mati bersama, Anda juga tidak bisa selamat, kenapa memperlakukan kami seperti ini?.”

Mr Sun, yang mengirim pesan bantuan pada tanggal 10 April mengatakan bahwa, dia diberitahu untuk dipindahkan ke rumah sakit darurat. Seluruh pasien di mobil terjebak di dalam mobil tanpa pengawasan. Di jalanan, tidak ada makanan atau minuman selama beberapa jam, tidak bisa ke toilet, tidak boleh keluar dari mobil dan tidak punya cara untuk meminta bantuan.

Pak Sun sambil meminta bantuan dan berkata: “setelah beberapa jam baru diizinkan turun dari bus. Di tempat isolasi tersebut tidak banyak tempat tidur. Awalnya tidak menerima karena tempatnya penuh sesak. Tetapi akhirnya hanya bisa tinggal di koridor, lingkungan sangat berisik.”

Selain itu, manajemen tempat penampungan di Shanghai World Expo Park menjadi kaca balau. Apalagi mereka yang memenuhi syarat  tidak diizinkan keluar dan tidak dapat menemukan cara untuk mengajukan protes. Ada orang yang mengalami gangguan saraf, sambil menangis minta pulang.

Sebuah video streaming lainnya berkeluh kesah dengan berbunyi : “Tolong biarkan aku pulang, biarkan aku pulang. kami semua memenuhi kriteria untuk keluar, tetapi banyak dari kita yang tidak bisa keluar. Apakah kalian ingin keluar? Apakah ada yang peduli dengan kami? Kami sudah sehat, bukan tahanan, membatasi kebebasan kami.” (Hui)

Inggris Meningkatkan Bantuan Militer ke Ukraina, Sumbangan Internasional untuk Pengungsi Ukraina USD 9,9 Miliar

Perang antara Rusia dan Ukraina menemui jalan buntu. Pada 6 April, Perdana Menteri Austria dan Perdana Menteri Inggris masing-masing mengunjungi Kyiv dan bertemu dengan Zelensky. Inggris sekali lagi memberikan dukungan militer dan keuangan kepada Ukraina. Pada saat yang sama, sebuah acara penggalangan dana internasional mengumpulkan hampir US$9,9 miliar untuk mendukung pengungsi Ukraina

Yu Tin – NTD

Pada 9 April, kota Kharkiv di Ukraina timur terus diserang oleh pasukan Rusia, menghancurkan bangunan tempat tinggal dan melukai setidaknya dua orang.

“Kepala yang terpukul, ledakan mendorong saya jatuh ke bawah, tangga runtuh, pintu dan jendela pecah, dan secara ajaib saya selamat,” kata Natalia, seorang penduduk Kharkiv.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Ukraina akan menghadapi “pertempuran keras” ketika pasukan Rusia berkumpul kembali di timur dan sambil mempersiapkannya akan mencari solusi diplomatik untuk mengakhiri perang.

Pada hari yang sama, Perdana Menteri Austria Karl Nehammer tiba di Kyiv, ibu kota Ukraina, dan bertemu dengan Zelensky, mengatakan bahwa Uni Eropa akan memberikan sanksi lebih lanjut kepada Rusia.

“Di dalam UE, kami akan terus meningkatkan sanksi hingga akhir perang. Kami sekali lagi menyetujui paket sanksi, dan akan ada lebih banyak sanksi di masa depan,” ujar Kanselir Austria Nehamer.

Pada hari yang sama, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga melakukan kunjungan mendadak ke Kyiv untuk membahas dengan Zelensky tentang paket baru dukungan militer dan keuangan, termasuk bantuan  120 kendaraan lapis baja dan sistem rudal anti-kapal terbaru. Pada saat yang sama, menjamin Bank Dunia untuk memberikan pinjaman tambahan US$ 500 juta untuk Ukraina, sehingga pinjaman yang dijamin oleh Inggris menjadi US$1 miliar.

“Kami akan menekan ekonomi Rusia, meningkatkan sanksi setiap minggu. Inggris dan negara-negara lain akan memberikan Ukraina peralatan, teknologi, pengetahuan, dan intelijen sehingga mereka tidak akan diserang. Saya tegas percaya bahwa Ukraina yang merdeka dan berdaulat akan bangkit kembali, pertama-tama berkat kepahlawanan dan keberanian rakyat Ukraina, terima kasih, dan terima kasih atas kemuliaan kalian,” kata Boris Johnson.

Sehari sebelumnya pada 8 April, Inggris telah mengumumkan bantuan militer tambahan sekitar USD.130 juta, termasuk 800 rudal anti-tank dan rudal pertahanan udara “Starlight” dan perlengkapan militer lainnya.

Sejak pembantaian warga sipil ditemukan di tempat-tempat di mana pasukan Rusia ditarik, masyarakat internasional terkejut, dan sanksi terhadap Rusia kembali meningkat. Rusia, di sisi lain, telah membantah tuduhan pembantaian warga sipil di Bucha dan pemboman stasiun kereta api sipil.

Namun demikian, pada 8 April, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen dan yang lainnya juga melakukan kunjungan lapangan ke pembantaian saat mereka mengunjungi Kyiv. Pada 9 April, Von der Leyen menyebutkan situasi tragis Bucha ketika ia berpartisipasi dalam penggalangan dana untuk Ukraina di Polandia.

“Saya mengunjungi Bucha kemarin di Kyiv dan kengerian yang saya lihat tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Saya sangat mengagumi teman-teman Ukraina pemberani yang berjuang di garis depan. Mereka berjuang untuk kita,” ujar Presiden Komisi Eropa von der Leyen.

Pada penggalangan dana, para donor, termasuk pemerintah Kanada dan Komisi Eropa, menjanjikan sekitar 9,9 miliar dolar AS  dalam bentuk sumbangan, pinjaman, dan hibah untuk membantu pengungsi di Ukraina. Lebih dari 4 juta orang  meninggalkan Ukraina untuk mencari suaka di negara-negara Uni Eropa.  (hui)

Penduduk Sri Lanka : “Belt and Road” Pengkhianatan Terhadap Negara

Lin Yi

  • Partai Komunis Tiongkok memberikan pinjaman besar kepada negara-negara berkembang di luar negeri melalui inisiatif “Belt and Road”, mengekspor pengaruh dan menyusup. Lebih parah lagi, banyak negara telah menjadi pengikut partai Komunis Tiongkok. Diantaranya, Sri Lanka, melalui “Inisiatif Belt and Road”, telah meminjam hingga 3,5 miliar dolar AS dari Partai Komunis Tiongkok
  • Negara ini dililit utang dan saat ini menghadapi krisis ekonomi terbesar dalam beberapa dekade. Masyarakat lokal terus turun ke jalan untuk memprotes,  bahkan menuntut pengunduran diri presiden

“Orang-orang di negara ini tidak dapat bertahan hidup, masalah minyak belum terpecahkan, harga komoditas telah berlipat ganda, bagaimana orang-orang dapat hidup? Kami meminta pemerintah untuk segera mundur,” kata seorang demonstran warga Sri Langka Joseph Stalin.

Pada 7 April waktu setempat, di Kolombo, ibu kota Sri Lanka, ribuan orang berbaris di jalan-jalan, meneriakkan “presiden harus mundur” dan “jangan biarkan mereka pergi dengan uang curian”.

Seorang anggota Parlemen Oposisi Patali Champika Ranawaka mengatakan, khususnya generasi muda di negeri ini, dengan suara bulat menuntut agar keluarga Rajapaksa mengembalikan kepada kami uang yang telah mereka jarah dari negara kami.”

Pada 2017, pemerintah Sri Lanka berpartisipasi dalam proyek “Belt and Road” partai Komunis Tiongkok, membangun pusat keuangan di Kolombo, dan juga mengalihkan kendali pelabuhan Hambantoda kepada Beijing, menyerahkan sumber daya strategis  bagi kedaulatan dan terjebak dalam  “jebakan utang”.

Penduduk lokal: “Saya tidak berpikir itu ide yang baik (dari kota pelabuhan) karena (rasanya) negara ini seperti … dijual kepada orang-orang (Tiongkok) dan Sri Lanka adalah Sri Lanka. Seluruh negara menderita karena masalah ini. Sistem ekonomi Lumpuh.”

Krisis ekonomi yang diakibatkan oleh “Belt and Road” tidak akan bisa diredakan dengan cara apapun. Para demonstran memprotes kelambanan pemerintah Rajapaksa dan keuntungan politik keluarganya.

Sri Lanka dilanda kekurangan bahan bakar, listrik, makanan dan barang-barang lainnya selama berminggu-minggu. Harga meroket, dan orang-orang mengantre berjam-jam untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

“Kami kekurangan ini…susu, gas dan minyak dan semua makanan,” kata seorang Penduduk setempat Steve Louis.

Seluruh sistem kesehatan Sri Lanka juga menghadapi keruntuhan, dengan Asosiasi Medis memperingatkan pada Kamis bahwa kekurangan obat-obatan konvensional dan peralatan medis dapat menyebabkan bencana. (hui)

Khawatir Munculnya Kluster Penularan, Warga Shanghai Memboikot Tes COVID-19 yang Digelar Secara Massal

0

Penutupan kota Shanghai terus berlanjut. Di antara mereka, meskipun tes COVID-19 terpusat secara luas diduga menyebabkan infeksi silang di antara sejumlah kelompok, cara itu masih digunakan oleh pemerintah Tiongkok di semua tingkatan sebagai sarana penting dari kebijakan “nol kasus”. Beberapa hari lalu, warga beberapa komunitas di Shanghai mulai memboikot secara kolektif. Bahkan, menolak turun ke lokasi untuk mengikuti tes COVID-19

Li Qian/Luo Ya/Chen Jianming

Pada akhir Maret, pejabat Shanghai memutuskan untuk membagi Huangpu River sebagai perbatasan untuk mengontrol Pudong dan Puxi secara bergantian. Rencana awal adalah untuk membuka blokir masing-masing pada 1 dan 6 April. Namun demikian, pada 10 April, langkah kontrol penguncian seluruh kota yang ketat masih diterapkan.

Sekitar 25 juta penduduk Shanghai dikurung dan diminta untuk “tinggal di rumah”. Tes COVID-19 berbasis jalanan sering dilakukan, kekurangan bahan kebutuhan hidup semakin parah, dan tidak ada lagi jalan bagi dokter serta pasien untuk mencari bantuan yang menyebabkan orang-orang kewalahan. Hingga memicu  meletusnya keluhan publik dan protes terhadap berbagai tindakan pengendalian yang ekstrem. 

Pada 8 April, sekelompok tenaga medis yang melakukan tes COVID-19 datang ke komunitas tertutup untuk mempersiapkan tes COVID-19, tetapi hasilnya ditentang secara kolektif oleh warga komunitas.

Seorang kameramen berkata : “Kepala gedung tidak membiarkan penghuni turun, dan para sukarelawan memanggil dan dimarahi. Penghuni Gedung 14 juga mengatakan bahwa mereka harus tidur sebelum turun.”

Video tersebut memicu perdebatan sengit di dunia maya. Netizens berkata: “Orang-orang mengerti bahwa turun adalah risiko.” 

Beberapa netizen juga menunjukkan: “Mengapa Anda menyalahkan penduduk Shanghai? Kebijakan nol kasus ini membiarkan orang menjalani berulang kali tes COVID-19. Siapa yang tidak akan menolak?”

Mr Sheng, seorang penduduk Shanghai berkata : “Ada seorang dokter influencer Zhang Wenhong di Shanghai, dia berkata bahwa tes COVID-19 dari semua warga tidak ada artinya. Kami juga bermaksud sama. Jika Anda telah melakukannya sekali, dua kali, tiga kali , empat kali, lima kali, maka keenam kali hasilnya akan negatif, tidak mungkin positif. Karena kami telah diisolasi oleh Anda dan tidak ada aktivitas, apa gunanya Anda melakukannya lagi?”

Pengujian COVID-19 terpusat yang dianjurkan oleh partai Komunis Tiongkok telah dipertanyakan secara luas, dan pengumpulan sejumlah besar orang dalam satu titik akan menyebabkan infeksi silang kelompok. Bahkan di  daratan Tiongkok, ada suara-suara oposisi yang konstan.

Video Profesor Zhang Tangde, kepala dokter SUSTech mengatakan “Lepaskan masker selama tes, lalu hirup, virus menyebar di udara. Partikel virus ini sangat kecil, dan akan bertahan lama. Segera setelah Anda menarik dan menghembuskan napas.”

Mr Sheng mengatakan: “Ya, benar, semua yang berbicara adalah dokter, mereka bukan orang biasa, tetapi profesional. Faktanya, ketika melakukan (pengujian asam nukleat), orang-orang yang berkumpul masih sangat dekat. Infeksi baru-baru ini akan menjadi parah . Begitu banyak orang di Shanghai telah terinfeksi semua tes COVID-19.”

Wang Jin Qiu, orang media senior di daratan Tiongkok, mengatakan bahwa di balik pengujian COVID-19 skala besar, mungkin juga ada rantai kepentingan hitam yang besar.

Jin Qiu, seorang media senior di media daratan Tiongkok berkata : “Sekarang epidemi telah menciptakan beberapa rantai industri, dan banyak orang telah menghasilkan banyak uang darinya. Baik itu vaksin, asam nukleat, atau isolasi, berbagai pengeluaran dapat menghasilkan banyak uang, begitu banyak orang tidak mau menghentikan epidemi.”

Untuk waktu yang lama, otoritas partai Komunis Tiongkok telah menganggap apa yang disebut “kebijakan nol kasus” sebagai tugas politik, dan mereka telah memberikan tekanan pada setiap tingkat, sehingga menyebabkan sejumlah besar bencana sekunder. Skrining asam nukleat untuk semua staf adalah bagian penting dari itu. Meskipun kerugiannya jelas, pemerintah partai Komunis Tiongkok di semua tingkatan masih senang melakukannya.

Pada 6 April, Pemerintah Kota Shanghai mengumumkan pada sebuah pertemuan bahwa mereka harus dengan penuh semangat mempromosikan semua inspeksi, semua penerimaan, dan semua karantina.

Sebuah video online menunjukkan bahwa seorang wanita sakit dan tidak berpartisipasi dalam tes COVID-19 semua warga. Polisi datang ke rumahnya untuk menangkap orang tersebut secara kasar.

Komentar Netizen: Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Menjadi Gerakan Pemeliharaan Stabilitas! Siapa pun yang berani menentang perbedaan pendapat akan ditekan terlebih dahulu.

Seorang pengacara Taiwan Zhu Wanqi mengatakan: “Apakah itu selama epidemi atau yang disebut periode sensitif mereka, orang-orang Tiongkok tidak memiliki hak asasi dan kebebasan dasar. Jadi jika mereka diminta untuk menghancurkan, mereka akan menghancurkan, jika mereka ingin pindah, mereka akan pindah, dan jika mereka ingin menutup kota, mereka akan mengunci kota. Perawatan mereka sama sekali tidak memenuhi persyaratan dasar hak asasi manusia internasional.”

Pada Maret, setelah meletusnya epidemi di Shanghai, pihak berwenang mewajibkan pengujian COVID-19 secara nasional. Saat itu, seorang warga, Pak Ma menelepon hotline walikota untuk mengadukan pelanggaran Komisi Kesehatan .

Dikatakannya, logika skrining tes COVID-19 untuk orang sehat adalah konyol dan melanggar UU Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular. Pak Ma mengatakan, menurut logika ini, pejabat Komisi Kesehatan dan Kesehatan harus melakukan skrining kejiwaan, karena mereka semua adalah pasien potensial, dan mereka hanya dapat bekerja jika mereka memiliki laporan identifikasi normal dalam waktu 48 jam. (hui)

Ukraina Merilis Laporan Pertempuran Terbaru, Tentara Rusia Mengakui Mengalami ‘Kerugian Signifikan’

NTD

Sudah lebih dari sebulan sejak Rusia menginvasi, Ukraina mengumumkan bahwa 19.000 perwira dan tentara Rusia tewas dalam pertempuran. Pejabat Rusia juga jarang mengakui dalam beberapa hari terakhir bahwa tentara Rusia menderita kerugian dalam perang.

Mengutip aporan oleh Sky News pada 8 April, juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media sehari sebelumnya bahwa sejak tentara Rusia meluncurkan “operasi militer khusus” pada 24 Februari, pasukan Rusia menderita “kerugian signifikan” di Ukraina.

Dengan “operasi militer khusus” Peskov mengacu kepada invasi Rusia ke Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari. Dia mengatakan perang “adalah tragedi besar bagi kami”.

Kantor berita Reuters mengutip Perdana Menteri Rusia,Mikhail Vladimirovich Mishustin mengatakan pada 8 April, bahwa Rusia menghadapi situasi paling sulit dalam 30 tahun. Dikarenakan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, setelah  dijatuhkan oleh negara-negara Barat.

Menurut laporan pertempuran terbaru yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Ukraina di halaman Facebook resmi, dari invasi Rusia pada 24 Februari hingga pukul 6 pagi pada 8 April, sekitar 19.000 tentara Rusia tewas dalam aksi.

Selain itu, tentara Ukraina menghancurkan lebih dari 2.500 dari berbagai jenis tank Rusia, serta 333 sistem artileri, 108 kendaraan roket ganda, 55 sistem pertahanan udara, 150 pesawat militer, 135 helikopter, 7 kapal selam, dan 76 kapal tanker minyak, 112 drone, 25 peralatan khusus dan 4 kendaraan peluncuran bergerak.

Menurut briefing perang yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 7 April, sejak Rusia meluncurkan “operasi militer khusus”, total 125 pesawat Ukraina dan 93 helikopter, 413 drone, 227 set sistem rudal anti-pesawat, Tank 1987 dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 218 sistem roket ganda, 866 artileri lapangan dan mortir, dan 1.894 kendaraan pasukan khusus yang dihancurkan. (Hui)

Khawatir AS Menggulingkan Rezim Komunis, Beijing Percepat Pengembangan Senjata Nuklir

0

 oleh Zhang Ting

Wall Street Journal (WSJ) mengutip informasi dari sumber yang mengetahui masalah melaporkan bahwa militer Tiongkok sedang mempercepat pembangunan senjata nuklir dengan salah satu alasannya adalah setelah meninjau bahwa kebijakan Tiongkok dari pemerintahan AS sekarang lebih bersifat predator (war hawk) daripada pemerintahan sebelumnya. Karena itu Beijing khawatir dengan kemungkinan Washington menggulingkan rezim komunis.

Pada 9 April, Wall Street Journal (WSJ) mengutip ungkapan dari seorang sumber yang akrab dengan pemikiran para pemimpin puncak Tiongkok memberitakan, bahwa saat ini Beijing telah mempercepat pengembangan senjata nuklirnya karena adanya perubahan penilaiannya terhadap ancaman AS terhadap rezim Tiongkok.

Beberapa dari mereka mengatakan bahwa upaya percepatan pengembangan senjata nuklir Tiongkok sudah dimulai jauh sebelum invasi Rusia ke Ukraina, tetapi fakta bahwa AS tidak secara langsung bergabung dalam perang dalam perang Rusia – Ukraina kali ini justru  memperkuat keputusan Beijing untuk lebih berfokus terhadap pengembangan senjata nuklir. 

Pemimpin Tiongkok percaya bahwa memperkuat pengembangan senjata nuklir Tiongkok, merupakan cara untuk mencegah Amerika Serikat terlibat langsung dalam potensi konfliknya dengan Taiwan.

Menurut para analis yang mempelajari citra satelit untuk wilayah tersebut, bahwa dalam pemantauan mereka menemukan kegiatan pada 100 lebih proyek yang berada di wilayah barat terpencil Tiongkok, yang dicurigai merupakan sumur untuk peluncuran rudal dan penyimpanan hulu ledak nuklir yang mampu mencapai daratan Amerika, pekerjaan pembangunannya semakin gencar akhir-akhir ini. 

Sumber : Militer Tiongkok menganggap senjata nuklir mereka sudah usang

Pejabat militer dan analis keamanan AS khawatir bahwa percepatan pengembangan senjata nuklir Tiongkok dapat berarti mereka mungkin dapat melakukan serangan nuklir secara tiba-tiba. Tetapi sumber yang dekat dengan kepemimpinan Tiongkok mengatakan kepada WSJ, Beijing berjanji untuk tidak menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir, sementara itu militer Tiongkok berpendapat bahwa dengan senjata nuklir mereka yang sudah usang, akan membuat perlawanan terhadap potensi serangan nuklir AS menjadi tidak efektif.

“Kemampuan nuklir Tiongkok yang lebih rendah hanya akan membuat Amerika Serikat semakin tertekan”, kata seorang sumber yang dekat dengan pimpinan partai.

Pengembangan senjata nuklir Tiongkok menyulut kewaspadaan militer AS

Ambisi Tiongkok untuk mempercepat pengembangan senjata nuklir telah menimbulkan kekhawatiran pihak militer AS. Charles Richard, Komandan Komando Strategis AS dalam sebuah sidang dengar pendapat di Kongres AS pada 5 April mengatakan, senjata hipersonik dan persenjataan nuklir Tiongkok berkembang pada tingkat yang mengkhawatirkan dan meningkatkan ancaman terhadap Amerika Serikat.

Dia juga mengatakan bahwa setiap rencana aksi Pentagon dan setiap kemampuan lainnya dibangun di atas asumsi untuk menekan ancaman terhadap strategis, terutama ancaman pada penggunaan senjata nuklir.

Charles Richard menambahkan : “Militer AS sudah tidak lagi memiliki kemewahan untuk mengasumsikan bahwa risiko masih dapat dianggap rendah, terutama selama masa krisis”.

Pihak berwenang Tiongkok, juga sedang gencar membangun ladang rudal nuklir yang masing-masing memiliki sekitar 120 buah sumur peluncuran di wilayah barat mereka. Kata Richard.

Sebuah citra satelit yang diperoleh tahun lalu mengungkapkan bahwa militer Tiongkok juga melatih pasukannya untuk melawan pasukan AS.

Pada bulan November 2021, citra satelit yang disediakan oleh ‘Maxar Technologies’ menunjukkan, bahwa di lapangan tembak tempat latihan militer yang baru dibangun di Gurun Taklimakan, Xinjiang, muncul target tiruan berskala penuh dan proporsional dari kapal induk Angkatan Laut AS dan setidaknya 2 buah kapal perusak peluru kendali kelas Burke. Pada saat itu, Reuters melaporkan bahwa hal itu mencerminkan keinginan militer Tiongkok untuk meningkatkan kemampuannya dalam melawan kapal induk dan kapal besar AS lainnya, di tengah meningkatnya ketegangan kedua negara atas konfrontasi di Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan. 

Juru bicara Pentagon John Kirby pada saat itu menanggapinya dengan mengatakan : “Kami berfokus pada pengembangan kemampuan dan konsep operasi untuk memastikan bahwa kami memiliki sumber daya dan strategi yang tepat, sehingga kami dapat meletakkan komunis Tiongkok sebagai tantangan terbesar untuk dihadapi”.

Presiden AS Joe Biden mengumumkan anggarannya untuk tahun fiskal 2023 pada 28 Maret tahun ini. Diantaranya USD. 773 miliar telah dianggarkan untuk Kementerian Pertahanan. Pada hari yang sama, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengeluarkan pernyataan yang isinya merinci penggunaan anggaran tersebut antara lain untuk membeli berbagai senjata canggih untuk memodernisasi kekuatan nuklir, angkatan udara, angkatan laut dan angkatan darat Amerika Serikat.

Lloyd Austin mengatakan anggaran Fiskal 2023 memungkinkan Kementerian Pertahanan AS untuk mengembangkan, mendapatkan dan memodernisasi kemampuan militer demi memastikan efektivitas tempur di semua lini untuk memenuhi tantangan yang terus meningkat dari komunis Tiongkok, juga untuk mengatasi ancaman serius dari Rusia.

Apakah Amerika Serikat mampu melindungi Taiwan ? Mark Milley, Kepala Staf Gabungan AS menyatakan keyakinannya terhadap kekuatan militer AS saat berbicara dalam Forum Keamanan Aspen pada 3 November 2021. Dia menegaskan bahwa AS benar-benar mampu melindungi Taiwan dari invasi militer Tiongkok jika diminta.

Dia juga mengatakan bahwa AS mempertahankan kebijakan “ambiguitas strategis” (strategi abu-abu) dalam pendiriannya untuk melindungi Taiwan, dan jika Tiongkok mencoba untuk menguasai Taiwan, maka itu akan menjadi hak bagi presiden untuk memutuskan apakah AS terlibat atau tidak.

“Yang jelas kami mampu melakukan segala macam hal di seluruh dunia, termasuk di Taiwan jika memang itu diperlukan. Kami sama sekali tidak meragukan hal itu”, kata Mark Milley. (sin)

Stasiun Kereta Api Ukraina Dibom, Sanksi Internasional Terbaru Terhadap Rusia

Ukraina menuduh Rusia menyerang stasiun kereta api sipil, yang menyebabkan ratusan korban jiwa pada Jumat 8 April 2022. Pada saat yang sama, lebih banyak warga sipil yang dibantai ditemukan di daerah yang dievakuasi oleh pasukan Rusia. Presiden Komisi Eropa, von der Leyen dan yang lainnya tiba di Kyiv pada Jumat 7 April bertemu dengan Presiden Zelensky

Bi Xinci dan Lin Mingdi


Pihak berwenang Ukraina merilis video pada Jumat 7 April yang menunjukkan serangan rudal di stasiun kereta api di kota timur Kramatorsk. Dilaporkan sedikitnya 39 orang tewas dan 87 lainnya terluka. Pihak berwenang mengatakan ada sekitar 4.000 orang di stasiun pada saat serangan itu.

Berbicara kepada parlemen Finlandia hari itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan stasiun itu digunakan untuk mengevakuasi warga sipil ke tempat yang aman.

Namun demikian, Kremlin membantah terlibat dalam serangan itu.
Di daerah yang dievakuasi oleh Rusia, pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka menemukan lebih banyak warga sipil tewas.


Jaksa Agung Ukraina, Iryna Venediktova: “Kami menemukan di wilayah Kyiv: Malikav, Borodyanka, Bucha, Gostomelli, Irpin, 650 mayat, termasuk 40 anak-anak.”


Di kota Borodyanka, barat laut Kyiv, 26 mayat ditemukan di bawah dua bangunan.


Zelensky sebelumnya mengatakan bahwa situasi di Borodyanka lebih buruk daripada “Butcha”.


Intelijen militer Inggris mengatakan pada Jumat 7 April, bahwa semua pasukan Rusia telah ditarik dari Ukraina utara.


Moskow mengakui untuk pertama kalinya pada Kamis bahwa pasukan Rusia menderita kerugian besar di Ukraina.


Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov berkata : “Kami kehilangan banyak pasukan, yang merupakan tragedi besar bagi kami.”


Von der Leyen juga mengadakan pembicaraan dengan Zelensky.
Sementara itu, masyarakat internasional terus memberikan sanksi kepada Rusia.


Pada Jumat 8 April, Jepang mengusir delapan pejabat Rusia, mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia. Pada hari yang sama, Australia menyediakan 20 kendaraan lapis baja atas permintaan Ukraina.

Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengatakan: “Kami ingin mengeluarkan Rusia dari Ukraina sesegera mungkin, dan kami ingin melindungi wanita dan anak-anak Ukraina.”

Selain itu, Jerman dan Inggris melarang pesawat kargo Rusia dan jet pribadi lepas landas.


Para menteri luar negeri G7 dan Uni Eropa mengeluarkan pernyataan bersama pada Kamis 7 April, yang menjatuhkan sanksi lebih kepada Rusia, memperkuat Ukraina, mengutuk kekejaman di Bucha dan memperingatkan konsekuensi serius dari penggunaan senjata kimia atau biologi. (hui)

‘Dunia Perlu Sadar’: Seruan Kebebasan Enes Kanter Freedom untuk ‘Tindakan Keras’ Menghukum PKT Atas Kekejamannya

0

Eva Fu

Pemain bola basket profesional Enes Kanter Freedom mengatakan sudah waktunya bagi dunia untuk “sadar” dan mengambil tindakan melawan rezim komunis Tiongkok yang gemar berperang  menganiaya rakyatnya sendiri dan mengekspor penyalahgunaan ke tempat lainnya di dunia.

“Kita perlu sadar, dunia perlu sadar,” kata pemain bola basket profesional Enes Kanter Freedom kepada NTD, yang adalah bagian Grup Media Epoch. 

“Dan saya merasa mengutuk belumlah cukup–—kita perlu mengambil beberapa tindakan tegas,” jelasnya. 

Enes Kanter Freedom membuat pernyataan tersebut, setelah sebuah konferensi diskusi yang diselenggarakan oleh Senator Rick Scott (R-Fla.) di Washington pada 29 Maret, ketika Simon Zhang, seorang praktisi latihan spiritual Falun Gong, berbicara mengenai ibunya baru-baru ini di tangan rezim karena keyakinan ibunya.

Ibu Simon Zhang, bernama Ji Yunzhi, dari Mongolia Dalam, sebelumnya telah ditahan pada 2001 dan kembali ditahan pada 2008—–pada tahun di mana Beijing menjadi tuan rumah Pertandingan Olimpiade Musim Panas—–nyaris lolos dari kematian di dalam kamp kerja paksa.

Namun, selama penahanannya yang ketiga, wanita berusia 65 tahun itu meninggal pada 21 Maret setelah mengalami penyiksaan; kematiannya terjadi kurang dari 50 hari setelah ia dikurung semata-mata karena keyakinannya pada Falun Gong, yang juga dikenal sebagai Falun Dafa.

Disiplin spiritual tersebut, yang didasarkan pada prinsip-prinsip inti Sejati, Baik, dan Sabar, serta serangkaian latihan meditasi, adalah sangat populer di Tiongkok selama tahun 1990-an. Menganggap popularitas Falun Gong sebagai sebuah ancaman, Partai Komunis Tiongkok memprakarsai sebuah  kampanye peniadaan Falun Gong nasional pada 1999. Sejak itu, praktisi Falun Gong dianiaya dengan kejam, di mana jutaan praktisi Falun Gong dijebloskan ke berbagai fasilitas penahanan.

Anggota keluarga ditolak akses ke jenazah Ji Yunzhi setelah kematiannya, tetapi mereka dapat mengamati secara singkat bahwa tenggorokan Ji Yunzhi terpotong dan ada noda darah di wajah dan bahunya, menurut Minghui, sebuah tempat klarifikasi fakta yang berbasis di Amerika Serikat untuk laporan langsung mengenai penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong.

Para kerabat Ji Yunzhi percaya bahwa pihak berwenang sengaja mencegah akses ke jenazah Ji Yunzhi untuk menutupi penyalahgunaan yang mereka lakukan. Perlakuan semacam itu adalah suatu kejadian umum untuk para kerabat praktisi Falun Gong yang dianiaya, menurut  Minghui.

“Jika saya akhirnya mati, saya pasti mati karena penganiayaan,” kata Ji Yunzhi yang dikutip dalam situs Minghui yang diperoleh dari pemberitahuan teman satu sel Ji Yunzhi.

Simon Zhang, seorang arsitek di New York, berjuang untuk mengungkapkan perasaannya ke dalam kata-kata setelah mengetahui kematian ibunya, yang belum pernah dilihatnya lagi selama 19 tahun.

“Saya berharap kami akan bersatu kembali di sini di Amerika Serikat,” kata Simon Zhang kepada The Epoch Times.

Ji Yunzhi telah dua kali berusaha mengajukan sebuah paspor, tetapi kedua pengajuan itu ditolak karena catatan-catatan penahanannya, kata Simon Zhang.

“Saya tidak pernah tahu bahwa kami tidak akan pernah memiliki kesempatan lagi untuk bertemu satu sama lain,” kata Simon Zhang.

Baru-baru ini Enes Kanter Freedom dibiarkan tanpa sebuah tim di NBA setelah dijual oleh Boston Celtics dan kemudian dilepas oleh Houston Rockets, di mana ia dikaitkan dengan keterusterangannya terhadap Partai Komunis Tiongkok.

Enes Kanter Freedom menjadi sangat kritis terhadap rezim Tiongkok sejak musim panas lalu, ketika salah satu dari orang tua dari seorang peserta muda Muslim di sebuah kamp bola basket menarik perhatian Enes Kanter Freedom terhadap pelanggaran hak oleh Beijing. Orang tua peserta muda Muslim itu berkata, “Bagaimana anda menyebut diri anda seorang aktivis hak asasi manusia ketika saudari Muslim anda disiksa dan diperkosa setiap hari di kamp konsentrasi di Tiongkok?”

Enes Kanter Freedom, yang pada prinsipnya berfokus pada isu-isu hak asasi di negaranya di Turki dalam dekade terakhir, mengatakan pertanyaan itu mengejutkannya dan memaksanya untuk melakukan penelitian.

“Saya sangat frustasi dengan diri saya sendiri, dan saya seperti, ‘Apa pun yang diperlukan, saya akan pergi ke sana dan berusaha untuk membawa kesadaran,’” kata Enes Kanter Freedom pada konferensi diskusi itu.

Sejak saat itu, atlet tersebut mengkritik rezim Tiongkok untuk berbagai pelanggaran, termasuk yang dilakukan oleh rezim Tiongkok di Tibet dan Xinjiang, serta praktik oleh rezim Tiongkok dalam panen organ hidup-hidup, sebuah kekejaman yang telah membunuh praktisi Falun Gong yang ditahan dalam jumlah yang tidak terhitung banyaknya.

“Apa yang [pemimpin Tiongkok] Xi Jinping lakukan, dan apa yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok, adalah salah satu pelanggaran hak asasi manusia terbesar di dunia, dan mereka harus dihukum,” kata Enes Kanter Freedom kepada NTD.

Tetapi yang membuatnya sangat frustasi, pembelaannya tersebut memicu peringatan di dalam organisasi NBA, yang memiliki hubungan dengan rezim Tiongkok.

“Begitu ada banyak uang dan bisnis yang terlibat, jelas-jelas, orang-orang akan benar-benar tidak nyaman,” kata Enes Kanter Freedom.

Ia juga mengatakan, Ketika dirinya berbicara mengenai masalah-masalah yang terjadi di Turki dalam 10 tahun terakhir, ia tidak mendapatkan satu panggilan telepon, tetapi ketika ia mulai berbicara mengenai masalah-masalah yang terjadi di Tiongkok, teleponnya berdering sekali setiap jam.

“Mereka menelepon saya dari NBA dan asosiasi pemain, dan mengatakan: ‘Dengar, anda tahu ini hal ini akan membawa banyak dampak, maka harus berhati-hati.'”

Enes Kanter Freedom mengatakan bahkan peringatan dari NBA itu lebih secara langsung.

“Ia memberitahu saya: ‘Dengar, saya pikir jika anda berhenti mengatakan sepatah kata pun dan jangan membicarakan hal ini lagi, orang-orang akan melupakan hal ini. Tapi jika anda terus-menerus membicarakan masalah-masalah ini, maka anda tidak akan mendapatkan kontrak yang lain.'”

Enes Kanter Freedom juga sebelumnya mengatakan bahwa, NBA telah membuatnya tidak tersedia untuk wawancara media selama dua minggu di akhir 2019, ketika manajer umum organisasi Houston Rockets saat itu memprovokasi kemarahan Beijing atas sebuah tweet yang pro-Hong Kong.

Dalam sebuah pernyataan sebelumnya ke The Epoch Times, NBA membantah telah menekan kebebasan atas aktivitas Enes Kanter Freedom. NBA menunjuk ke sebuah pernyataan media dari juru bicara NBA, Mike Bass, yang mengatakan NBA “terus-menerus mendukung Enes Kanter Freedom dalam mengungkapkan pandangannya mengenai hal-hal  penting untuk Enes Kanter Freedom seperti yang kita lakukan untuk semua anggota keluarga NBA.”

Enes Kanter Freedom mengatakan ia percaya bahwa ia memiliki kewajiban untuk berbicara.

“Platform ini diberikan kepada saya oleh Tuhan, dan saya merasa perlu menggunakannya untuk melakukan Karya Tuhan,” kata Enes Kanter Freedom.

“Kita membutuhkan beberapa pahlawan yang tidak kenal takut untuk tampil dan tidak memikirkan kontrak mereka berikutnya atau tidak memikirkan kesepakatan sepatu mereka atau dengan siapa yang mereka dapat menandatangani kontrak. Hal ini lebih besar dari segalanya karena, pada akhirnya, kehidupan orang-orang tergantung pada hal ini,” tegasnya. (Vv)

Warga Guangzhou Memilih ‘Savety First’ Borong Makanan di Supermarket daripada Menggubris ‘Bantah Isu’-nya Pemerintah

0

oleh Meng Xinqi, Yi Ru

  • Sebagian besar warga sipil Kota Guangzhou yang sekarang juga sedang menghadapi kenaikan jumlah positif COVID-19 menjadi panik setelah melihat dan mendengar sendiri kegagalan kota terbesar kedua Tiongkok, Shanghai gagal dalam mengendalikan penyebaran virus meskipun sudah menerapkan lockdown ketat sampai warga menghadapi krisis makanan dan minuman. Takut hal serupa terjadi di Guangzhou yang pemerintahnya juga ingin menerapkan uji asam nukleat bagi seluruh warga.
  • Warga sipil Guangzhou berbondong-bondong memborong barang-barang kebutuhan tanpa menggubris pernyataan pemerintah yang membantah isu tentang kecukupan persediaan pangan. Hal serupa terjadi juga di Suzhou, kota yang dekat dengan Shanghai

Menurut laporan dari Komisi Kesehatan Tiongkok, ada 23 kasus yang dikonfirmasi sebagai transmisi lokal terjadi dari 8 hingga 10 April di Guangzhou.

Menurut pengumuman resmi, mulai 11 April, seluruh sekolah dasar dan menengah di Kota Guangzhou diliburkan.

Pemerintah setempat telah menerapkan langkah pencegahan dan pengendalian bertingkat dan berklasifikasi di beberapa wilayah Guangzhou, dan melakukan pengujian asam nukleat untuk semua karyawan di 11 distrik kota.

Seorang warga pria Distrik Baiyun, Guangzhou bermarga Liang mengatakan : “Di sana sini ditutup lagi. Jalan-jalan diblokir dan mobil tidak bisa lewat. Sekarang muncul lagi barisan orang yang mengantre tes asam nukleat. Walau komunitas dimana kami tinggal belum diblokir, tetapi beberapa komunitas di sekelilingnya sudah tertutup, termasuk jalan-jalannya”.

Saat ini, Distrik Baiyun, Distrik Tianhe, Distrik Yuexiu dan daerah lainnya di Guangzhou telah ditutup, dan beberapa persimpangan Jalan tol menuju Bandara juga telah ditutup.

Seorang pejabat dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Guangzhou mengakui pada konferensi pers pada 9 April, bahwa situasi penularan epidemi di Guangzhou saat ini lebih parah daripada tahun lalu.

Mr. Ma, seorang warga Guangzhou mengatakan : “Pusat konvensi dan pameran di Guangzhou yang sangat besar dan dapat menampung puluhan ribu orang, saat ini telah dijadikan rumah sakit penampungan darurat. Revolusi Kebudayaan telah kembali terjadi di sini sekarang. Jadi saya tidak berani membicarakannya di Internet. Sensor sangat ketat. Begitu Anda memposting fakta yang terjadi, akun Anda pasti diblokir. Akun saya saja sudah banyak yang diblokir”.

Satu malam sebelumnya, meskipun hanya 2 kasus yang dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 di Distrik Baiyun, tetapi pemerintah setempat memaksa semua orang yang tinggal di daerah itu bangun di tengah malam untuk menjalani tes asam nukleat.

Dari video yang diunggah warganet, terlihat antrean yang menunggu tes di tengah malam itu panjangnya sampai beberapa kilometer, dan masyarakat sangat tidak berdaya.

Mr. Liang mengatakan : “Karena tekanannya yang tinggi, (warga) jadi panik, Anda tidak dapat pergi bekerja tanpa tes asam nukleat, bepergian pun tidak diperkenankan. Kode saya di rumah semua berwarna kuning, saya biarkan saja, toh saya tidak berencana pergi ke luar. Saya tidak peduli dengan dia, bagaimanapun, mereka mengandalkan pekerjaan paruh waktu untuk makan, dan para pedagang kaki lima juga perlu keluar untuk menjajakkan dagangannya. Dagangan sangat sepi karena warga takut keluar rumah”.

Warga juga khawatir Kota Guangzhou akan ditutup seperti Shanghai lalu kelaparan terjadi. Meskipun pihak berwenang mengklaim bahwa kebutuhan sehari-hari bagi warga Guangzhou cukup tersedia tanpa perlu khawatir, minta masyarakat agar tidak panik.

Namun, Mr. Liang kepada reporter New Tang Dynasty TV mengatakan bahwa warga sipil tidak percaya dengan apa yang dikatakan pemerintah.

“Biarlah mereka berkoar, kita melakukan apa yang perlu kita lakukan, betul bukan ? Itu kan apa yang pemerintah katakan, tetapi kami tidak mengikutinya. Apakah Anda percaya ? Betul bukan ? Itu cara mereka, cara pemerintah, mereka menggunakan slogan-slogan tingkat tinggi yang tampaknya seperti masuk akal, membuat Anda tidak berkutik, dan tidak bisa melawan, tetapi sebenarnya tidak begitu, selain tidak masuk akal juga tidak manusiawi,” kata Mr. Liang.

Dari rekaman video yang diunggah di Internet juga bisa dilihat bahwa warga Guangzhou bergegas ke supermarket dan pasar-pasar tradisional, untuk memborong bahan persediaan  terutama makanan, sehingga banyak rak yang terlihat kosong melompong.

Mr. Ma, seorang warga Guangzhou mengatakan : “Masih untung, sekarang Anda bisa membelinya sendiri. Lihat saja, jalan-jalan raya sudah ditutup. Seberapa besar dampaknya terhadap rantai pasokan nasional ? Beberapa jenis buah dan sayuran harus diangkut melalui jalan raya bebas hambatan. Habislah sudah begitu jalan diblokir. Sayur mayur dan buah-buahan itu akan membusuk di jalan”.

Seorang wanita warga Guangzhou bermarga Gong, mengungkapkan kepada reporter NTD bahwa pemerintah sepanjang hari terus melakukan propaganda palsu untuk menipu warga pendatang yang tidak memahami keadaan.

“Situasi sudah semakin kacau, tetapi yang digembar-gemborkan di sini adalah para relawan datang ke tempat tinggal warga untuk mengirim barang yang dibutuhkan, sampai diletakkan di depan pintu karena warga tidak mau membuka walau sudah berulang kali diketuk pintunya…. Pokok isinya yang digambarkan adalah para relawan itu datang dengan tujuan untuk memberikan pelayanan, tetapi warga tidak bersedia menyambutnya,” kata Mrs. Gong.  

Situasi di Kota Suzhou yang berjarak tidak jauh dari Shanghai juga tidak kondusif. Menurut laporan resmi, ada 14 kasus COVID-19 baru yang dikonfirmasi di Suzhou pada 10 April. Meskipun kota tersebut belum mengumumkan penutupan total, tetapi rekaman video telah memperlihatkan bahwa sejumlah besar militer Tiongkok telah memasuki Kota Suzhou.

Kepanikan di antara warga sipil Suzhou juga semakin parah. Video dan foto yang diunggah online menunjukkan banyak warga yang berbondong-bondong ke supermarket untuk memborong persediaan untuk pangan.

Sejumlah warga menyatakan bahwa apa pun rumor yang disangkal oleh pemerintah selalu menjadi kenyataan. Jika Anda hanya sekali tertipu, mungkin saja Anda mengatakan karena tidak tahu, kedua kalinya mungkin masih kurang paham. Tetapi kebohongan tidak akan melewati ketiga. Rakyat Tiongkok bukan orang-orang bodoh. Pada akhirnya, tidak satu pun rakyat yang mau percaya kepada Partai Komunis Tiongkok. (sin)

Kunjungan Kejutan PM Inggris Boris Johnson ke Kyiv, Mantan Penasihat Putin Usul Cara Akhiri Perang

Jin Shi

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melakukan kunjungan mendadak ke Kyiv selama akhir pekan. Hal ini menjadi pemimpin besar negara Barat pertama yang mengunjungi Ukraina selama masa perang. Untuk mengakhiri perang, mantan penasehat Putin menyarankan Barat harus menjatuhkan embargo secara langsung terhadap energi Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di Kyiv pada 9 April. Pada saat ini, Rusia mengerahkan sejumlah besar pasukan di Ukraina timur, Johnson tidak mengungkapkan rencana perjalanan sebelumnya. Sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina, Johnson telah menjadi salah satu pendukung paling setia Ukraina.

“Saya ingin memulai dengan memberi penghormatan kepada orang-orang Ukraina pemberani yang tidak takut akan invasi yang mengerikan,” ujar Boris Johnson.

Tujuan perjalanan Johnson adalah untuk memberikan paket baru bantuan ekonomi dan militer kepada Ukraina.

Sebelumnya pada hari itu, Zelensky juga bertemu dengan Kanselir Austria Karl Nehamer, dan pada konferensi pers, Zelensky memperingatkan akan terjadi perang yang buruk di Ukraina.

“Pasukan Rusia berkumpul di tenggara. Banyak pasukan, peralatan, orang-orang bersenjata, mereka siap menduduki bagian lain dari wilayah kami,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Pada Jumat (8/4/2022), sebuah rudal menyerang stasiun kereta api di kota Kramatorsk di wilayah Donbas di Ukraina timur. Sedikitnya 50 orang, termasuk anak-anak tewas, sebagaimana yang dikatakan oleh pejabat Ukraina. Pada saat serangan, ada lebih dari 4.000 orang di stasiun kereta api, kebanyakan wanita dan anak-anak telah melarikan diri. Rusia  membantah meluncurkan serangan tersebut. 

Baru-baru ini, Ukraina  sering mengekspos korban sipil, terutama setelah insiden tragis di Bucha, sebuah kota kecil di dekat ibu kota. Pembantaian tersebut yang telah menimbulkan kekhawatiran dan kecaman dari masyarakat internasional. Tim penyelamat sekarang mencari korban selamat di Borodyanka, kota kecil lain di sekitar Kyiv.

“Orang-orang tinggal di bawah puing-puing selama 36 hari, dan Rusia menembakinya, mencegah orang-orang keluar dari bawah puing-puing,” kata seorang Penduduk Borodyanka, Maria.

Zelensky terus mendesak Barat untuk menjatuhkan sanksi yang lebih keras kepada Rusia.

“Barat harus melakukan segalanya untuk memaksa Rusia mencari perdamaian,” katanya.

Andrei Illarionov pembantu kebijakan ekonomi mantan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan baru-baru ini bahwa operasi militer Rusia diperkirakan akan berakhir jika negara-negara Barat mengembargo gas atau minyak Rusia.

Pada awal Maret, Amerika Serikat telah melarang impor energi Rusia. Meskipun Uni Eropa telah melarang impor batubara Rusia, Uni Eropa belum secara langsung bertindak terhadap gas alam atau minyak Rusia. (hui)

Pasukan Rusia Berkumpul di Ukraina Timur Berencana Meluncurkan Serangan Skala Besar

Xu Zhe dan Lin Yi

Pihak berwenang Ukraina mengatakan pasukan Rusia berkumpul di Ukraina timur untuk meluncurkan serangan besar dan mendesak orang-orang untuk melarikan diri. Citra satelit yang baru dirilis menunjukkan pasukan berkumpul menuju wilayah Donbas.

Analisis citra satelit yang dirilis Jumat oleh perusahaan Maxar Technologies yang berbasis di AS menunjukkan kolom militer sepanjang 8 mil, termasuk kendaraan lapis baja, artileri derek dan truk peralatan pendukung, melewati kota kecil Velikipurlu Ukraina, menuju selatan menuju daerah Donbass.

Sementara Rusia gagal merebut kota besar sejak invasi dimulai pada 24 Februari, Ukraina mengatakan Rusia mengerahkan pasukan di timur untuk serangan besar dan mendesak orang-orang untuk melarikan diri.

Di Odessa, sebuah kota pelabuhan yang dikepung oleh pasukan Rusia di Ukraina selatan, banyak orang Ukraina yang melarikan diri pada Sabtu malam tiba di perbatasan Rumania di Isacca.

Seorang Pengungsi Ukraina bernama TATIANA mengatakan: “Ini perang. Tentu saja, ini perang. Kemarin, sebuah roket terbang di atas rumah kami dan meledak di dekatnya. Sangat menakutkan. Anak-anak ketakutan. Itu sebabnya kami lari.” (hui)