Zhang Jing
Pada 10 Maret 2023, Xi Jinping mengucapkan sumpah jabatan konstitusional setelah terpilih sebagai presiden dengan suara bulat pada pertemuan Kongres Rakyat Nasional. Ini adalah sumpah konstitusional kedua yang diucapkan Xi saat menjabat setelah Partai Komunis menuliskannya ke dalam amandemen konstitusi pada 2018. Media partai mengatakan, “Selama lima tahun terakhir, setiap tahun saat menyampaikan pidato tahun baru, pada rak buku yang berada di belakang kepala negara Xi Jinping itu, selalu dipajang foto sumpah konstitusi pada Maret 2018 silam.”
Oktober tahun lalu, Xi Jinping berhasil menjabat kembali sebagai Sekjend PKT, dan saat ini juga terpilih kembali sebagai kepala negara Tiongkok sekaligus ketua Komisi Militer Pusat dengan “suara bulat.”
Pada Oktober tahun lalu, Xi Jinping terpilih kembali sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan sekarang terpilih sebagai Presiden Tiongkok dan Ketua Komisi Militer Pusat (CMC) dengan suara bulat menjadikannya sebagai pemimpin tritunggal yang menguasai partai, pemerintahan, dan militer yang tersentralisasi dengan skala tinggi, media partai telah menyerukan pernyataan pujian “pemimpin rakyat.”
Mengapa Xi Jinping, yang memiliki kekuasaan yang sangat terpusat dengan skala tinggi, menjalani prosedur pelantikan dengan pengambilan sumpah konstitusional ? Hal ini karena Xi Jinping ingin mencari legitimasi untuk Partai Komunis dan dirinya sendiri dalam bentuk yang diakui secara luas di negara-negara demokrasi Barat.
Sistem sumpah konstitusi paling awal bermula dari Konstitusi Weimar tahun 1919 di Jerman, yang menuntut dalam pengambilan sumpah harus ada sumpah agama, kemudian pada banyak negara di dunia menetapkan secara jelas dalam konstitusinya masing-masing, para pejabat yang dilantik harus diambil sumpahnya untuk setia pada konstitusi.
Sumpah jabatan Presiden Amerika Serikat, misalnya, bertujuan untuk menyatakan bahwa kekuasaan eksekutif presiden dibatasi oleh konstitusi, yang memimpin upacara pelantikan adalah hakim agung, yang menandakan “pemisahan tiga kekuasaan” yakni manajemen administrasi, penetapan undang-undang, dan pengawasan hukum. Pada banyak upacara sumpah jabatan presiden AS, bisa dilihat tangan kiri presiden memegang satu atau dua buah buku tebal hardcover berwarna merah, tangan kanan diangkat sembari mengucap sumpah. Buku tebal yang dipegang tangan kanan mereka memberikan kesan ritual yang resmi dan berwibawa, karena mayoritas presiden AS adalah umat Kristen, jadi tangan mereka memegang “Alkitab”. Tangan memegang Alkitab untuk diambil sumpahnya, sebenarnya adalah bersumpah kepada Tuhan, akan melakukan apa yang diucapkan dalam sumpahnya, menandakan ketaatan terhadap agama, ini juga alasan warga AS sangat mementingkan pengambilan sumpah presiden.
Sumpah jabatan bersejarah dengan tangan di atas Alkitab berasal dari George Washington, Presiden pertama Amerika Serikat. Ia percaya bahwa kemerdekaan Amerika Serikat adalah berkat anugerah Tuhan, sehingga pada pelantikannya sebagai presiden, ia mengambil sumpah jabatan dengan tangan di atas Alkitab dan menambahkan kata-kata “Saya bersumpah dan memohon perlindungan Tuhan” pada sumpah resminya.
Kabarnya, para anggota Kongres dari pihak oposisi tidak puas dengan hal ini dan menuntut diadakannya sidang untuk mengetahui mengapa ia mengambil sumpah jabatan dengan tangan di atas Alkitab dan bukan dengan tangan di atas Konstitusi. Washington mengirimkan pengacaranya ke Kongres dan berkata, “Saya mengingatkan para anggota kongres bahwa Tuhan memberikan Presiden kekuasaan untuk mempertahankan Konstitusi, bukan Konstitusi yang memberikan Presiden kekuasaan untuk melindungi Tuhan! Mendengar kata-kata itu, para anggota Kongres bertepuk tangan. Sejak saat itu, sudah menjadi tradisi bagi Presiden Amerika Serikat untuk mengambil sumpah jabatan dengan tangan di atas Alkitab.
Oleh sebab itu, semua presiden AS saat dilantik selalu tangan memegang alkitab, seperti ketika Presiden Trump mengambil sumpah jabatannya, dia mengambil dua Alkitab, satu diberikan oleh ibunya ketika dia lulus sekolah dasar dan yang lainnya digunakan oleh Abraham Lincoln. Orang yang diambil sumpahnya itu bersumpah di hadapan Tuhan, memohon malaikat agar bersaksi, lalu pemimpin PKT yang ateis itu, bersumpah di hadapan siapa?
Terhadap pengambilan sumpah konstitusi Xi Jinping, media PKT harus menjelaskan, “Pengambilan sumpah ini, menjelaskan keyakinan terhadap demokrasi rakyat”, ini jelas hanya alasan media partai berusaha mencari unsur kepercayaan dalam pengambilan sumpah, tapi yang dimaksud “demokrasi rakyat” oleh PKT bukanlah “kekuasaan rakyat Tiongkok”, sumpah konstitusi juga tidak berfungsi menghormati konstitusi.
Perlu diketahui, setelah PKT berkuasa, pemimpin PKT telah berulang kali meralat konstitusi sesuai dengan kepentingannya masing-masing, konstitusi tahun 1954 telah melalui tiga kali amandemen yakni di tahun 1975, 1978, dan 1982, konstitusi yang digunakan saat ini adalah konstitusi tahun 1982. Akan tetapi atas dasar ini, PKT kemudian melakukan lima kali amandemen lagi yakni di tahun 1988, 1993, 1999, 2004, dan 2018. Amandemen konstitusi yang terbaru tahun 2018 dilakukan pada masa kekuasaan Xi Jinping, selain menghapus aturan mengenai “masa jabatan kepala negara dan wakil kepala negara tidak boleh lebih dari dua kali masa jabatan”, masih ada satu lagi perubahan besar yang dilakukan yakni pada Pasal 1 Bagian 2 konstitusi yaitu “sistem paham sosialis adalah sistem dasar negara Republik Rakyat Tiongkok”, yang di belakangnya ditambah lagi kalimat: “pemimpin Partai Komunis Tiongkok adalah karakteristik yang paling esensi dalam paham sosialis yang berkarakter Tiongkok.”
Pada 19 Januari 2018 lalu, dalam rapat paripurna kedua Kongres Rakyat Nasional ke-19 PKT, Xi Jinping mengatakan, “Konstitusi mendasari hukum yang fundamental bagi kekuasaan partai kita selama ini. Konstitusi negara kita telah memastikan posisi kekuasaan Partai Komunis Tiongkok, telah memastikan partai menguasai seluruh aspek dalam struktur kekuasaan negara dan memiliki posisi inti mengkoordinasikan segala pihak.”
Konstitusi pada umumnya adalah hukum dasar negara, untuk menjamin hak seluruh warga negaranya, konstitusi digunakan untuk membatasi pelaksana pemerintahan. Tapi di mata penguasa PKT, konstitusi justru dijadikan sebagai hukum bagi kepentingannya sendiri, secara semena-mena menyisipkan kepentingan sepihak PKT ke dalam konstitusi. Sangat jarang ditemui konstitusi seperti PKT yang secara terang-terangan menuliskan posisi kepemimpinan inti partai tertentu dalam kekuasaan negara.
Partai harus memimpin kekuasaan negara, maka partai harus mengubah konstitusi, dan berbalik berbohong mengatakan konstitusi telah memastikan kekuasaan pemerintahan PKT, logika “ayam bertelur, telur menetaskan ayam” yang kacau balau ini, adalah kebohongan untuk menipu masyarakat dunia, untuk mencari legitimasi bagi partai berkuasa. Sama seperti Xi Jinping terpilih menjadi kepala negara setelah dipilih dengan suara bulat oleh 2952 orang wakil rakyat, tapi karena para wakil rakyat itu bukan dipilih langsung oleh rakyat, jadi tidak bisa dikatakan memiliki legitimasi.
Kali ini Xi Jinping memegang konstitusi dengan tangan kiri, tebalnya yang mencapai ratusan halaman itu sempat memicu keraguan warganet, karena warga tahu konstitusi PKT tidak lebih dari 20.000 kata, dicetak bagaimana pun tidak akan bisa mencapai ketebalan yang sama dengan Alkitab yang dipegang seorang presiden AS.
Jadi dicurigai yang dipegang Xi Jinping itu adalah konstitusi palsu. Ada warganet mengatakan, “Mungkin bukan konstitusi, melainkan buku karya Marx”, ada yang bilang ‘Kutipan Mao’, atau ‘Kamus Lengkap’, atau buku ‘Tebal Muka Hati Hitam’, atau ‘Merebut Kekuasaan’, ada juga yang mengatakan “buku catatan korupsi, istri simpanan, catatan maksiat, anak harap para pejabat korup PKT, agar tidak ada yang berani membangkang pada Xi”, ada pula yang berkata “setelah berulang kali direvisi, ini adalah versi semua amandemen dijadikan satu”.
Buku berisi konstitusi itupun menjadi bahan lelucon dalam upacara pelantikan dengan sumpah konstitusi kali ini. Data menunjukkan, Inggris dan Amerika, orang yang disumpah biasanya tangan kanan diletakkan di dada, tangan kiri memegang “Alkitab” diambil sumpahnya; orang Yahudi memegang “Alkitab Ibrani” saat disumpah; orang Muslim memegang “Al Quran” saat disumpah; sebagian negara Eropa Tengah juga menggunakan pola tangan keagamaan saat disumpah.
Bisa dilihat, orang-orang di negara-negara tersebut disumpah terhadap Tuhan yang diyakininya, saat Xi Jinping disumpah, tangan kiri memegang konstitusi, tangan kanan dikepal, diletakkan pada pelipis, posisi tangan kanan sama seperti posisi tangan saat disumpah untuk menjadi anggota Partai Komunis Tiongkok, dan PKT meyakini paham Marxisme, berarti bersumpah pada “arwah” paham komunis yang datang dari Barat.
Pada upacara pelantikan presiden di AS, ada yang akan membuka halaman tertentu pada “Alkitab”, ada yang membuka halaman Alkitab secara acak, mengutip kata-kata di dalamnya, dan kaliman itu acap kali dianggap sebagai ramalan bagi nasib sang presiden.
Bapak negara AS Washington membuka kitab Kejadian 49:13, “Zebulon akan diam di tepi laut, ia akan menjadi pangkalan kapal, dan batasnya akan bersisi dengan Sidon”. Washington telah mendirikan negara Amerika Serikat dan memimpinnya menjadi besar dan kuat.
Presiden Nixon dalam dua kali upacara pelantikan membuka halaman yang sama yakni Yesaya 2:4, “Ia akan menjadi hakim di antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.” Akibatnya di masa pemerintahan Nixon, di dalam negeri AS meletus aksi unjuk rasa menentang Perang Vietnam dalam skala besar, dia sendiri mengundurkan diri karena ruwetnya kasus “skandal Watergate”.
Saat Clinton dilantik menjabat kembali di tahun 1997 ia membalikkan Alkitab halaman Yesaya 58:12, “Orang-orangmu akan membangun kembali tempat-tempat yang sudah lama rusak. Engkau akan menegakkan kembali dasar yang sudah turun-temurun, dan engkau akan disebut yang menutup lubang-lubang tembok, yang membetulkan lorong-lorong tempat kediaman.” Semasa pemerintahannya prestasi terbesar Clinton adalah ekonomi yang makmur, tapi di akhir masa pemerintahannya krisis akibat gelembung dot-com juga mulai terjadi.
Tahun 2005, Presiden Bush Junior membalikkan Alkitab halaman Yesaya 40:30, “Tapi mereka yang menanti-nantikan Allah akan mendapat kekuatan baru. Mereka akan membubung dengan sayap seperti burung rajawali. Mereka akan berlari dan tidak menjadi penan, mereka akan berjalan dan tidak menjadi letih.” Peristiwa terbesar yang dialami pada masa pemerintahan Bush Junior adalah serangan teroris “9/11”, setelah itu ia melancarkan serangkaian perang anti-teroris, memimpin warga AS agar bangkit kembali.
Tanggal pelantikan setelah terpilihnya Xi Jinping adalah 10 Maret, suatu kebetulan, 111 tahun silam yakni 10 Maret 1912, Yuan Shikai juga merupakan presiden sementara Republik Tiongkok yang diambil sumpahnya pada hari itu. Tapi tiga tahun kemudian, Yuan Shikai justru berniat mengembalikan sistem Monarki, di bawah oposisi nasional, akhirnya ia hanya menjadi raja selama 83 hari lalu dilengserkan dan kemudian meninggal dunia.
Di platform media sosial luar negeri, ada warganet menempelkan foto Yuan Shikai bersama dengan foto Xi Jinping, mengatakan Yuan Shikai juga dilantik sebagai presiden sementara Republik Tiongkok pada hari yang sama, “Sejarah begitu mirip”. Oleh sebab itu topik terkait “Yuan Shikai” pun kemudian dengan cepat disensor oleh PKT, ini juga menjadi bahan lelucon dan tontonan besar pada dua sesi sidang paripurna tahun ini.
Kalau begitu, jika dilihat dari sudut pandang ramalan, apakah ini merupakan pengaturan takdir, apakah sejarah juga akan begitu menyerupai satu sama lain, mari kita nantikan. (sud/whs)