Home Blog Page 686

Hari HAM Internasional, Mitos Hak Asasi Manusia dengan ‘Karakteristik Tiongkok’

oleh John A. Deller

10 Desember menandai Hari Hak Asasi Manusia, memperingati hari pada tahun 1948 di mana Majelis Umum PBB  mengadopsi Universal Declaration of Human Rights (UDHR) atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Kurang dari setahun kemudian, pada 1 Oktober 1949, pemimpin Komunis Tiongkok Mao Zedong mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok.

Pada tahun 1947, sebagai persiapan untuk penyusunan  Universal Declaration of Human Rights  oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB (UNESCO) melakukan sebuah penyelidikan internasional mengenai asal-usul dan landasan filosofis hak asasi manusia.

Tanggapan Tiongkok terhadap penyelidikan itu berjudul “Hak Asasi Manusia dalam Tradisi Tiongkok” dan berasal dari Lo Chung-Shu, seorang profesor filsafat di

Universitas Tiongkok-Barat, Chengdu, Sichuan, yang juga merupakan seorang konsultan khusus untuk UNESCO.

Lo Chung-Shu menjelaskan bahwa Tiongkok tidak memiliki konsep Barat mengenai hak asasi manusia yang dinyatakan oleh konstitusi politik, tetapi orang-orang Tiongkok mengklaim dan menikmati hak-hak dasar manusia berdasarkan konsep Konfusianisme yaitu “saling  kewajiban” untuk mencegah pelanggaran hak-hak individu.

“Bukannya mengklaim hak asasi manusia, ajaran etika Tiongkok menekankan sikap simpatik yang menganggap semua orang memiliki keinginan yang sama, dan oleh karena itu hak yang sama, seperti yang ingin dinikmati sendiri.”

Lo Chung-Sh juga mengacu pada klasik Tiongkok, Kitab Sejarah, dalam menjelaskan kode moral antara individu dengan negara dalam kebudayaan tradisional Tiongkok.

“Langit melihat seperti yang dilihat rakyat kita; Langit mendengar seperti yang didengar rakyat kita. Langit adalah penyayang terhadap rakyat. Apa yang diinginkan rakyat, Langit akan menjadi mewujudkannya. Langit mencintai rakyat, dan pejabat penguasa harus patuh Langit.”

Karena kesejahteraan rakyat bergantung pada niat baik para penguasa, jika seorang Kaisar tidak lagi memerintah untuk kesejahteraan rakyat, rakyat berhak memberontak, seperti yang terlihat pada pergantian dinasti selama ribuan tahun di Tiongkok.

Hak Asasi Manusia di Tiongkok dan Falun Gong

Meskipun bernama Republik Rakyat Tiongkok, “rakyat” ada untuk melayani negara. Ideologi komunis menyangkal keberadaan Tuhan atau dewa-dewi, menyatakan bahwa agama-agama adalah ciptaan manusia, dan hak asasi individu adalah sebuah konstruksi Barat.

Sejak tahun 1949, Partai Komunis Tiongkok telah berkampanye untuk menghancurkan landasan tradisional kebudayaan Tiongkok dan hubungan-hubungan sosial untuk menanamkan ideologi komunisnya. Menyusul dampak  Revolusi Kebudayaan tahun 1966-1976 yang merusak, ada sebuah periode singkat pada tahun 1980-an di mana Tiongkok tampaknya membuka diri. Aspek-aspek tradisional merusak Tiongkok, seperti qigong (latihan-latihan energi), diterima dan dipromosikan oleh Partai Komunis Tiongkok.

Dalam Hal ini, Falun Gong (juga disebut Falun Dafa) pertama kali diajarkan kepada masyarakat di Tiongkok pada tahun 1992 oleh Mr Li Hongzhi, dan terdaftar di Asosiasi Penelitian Qigong Tiongkok pemerintah Tiongkok.

Pengikut Falun Gong mengambil bagian dalam latihan bersama di Taipei, Taiwan, pada 5 Desember 2020. (Pai Chuan / The Epoch Times)

Falun Gong adalah sebuah latihan spiritual dalam tradisi Buddhis yang terdiri dari latihan meditasi yang lembut dan ajaran moral yang berpusat pada prinsip Sejati, Baik, dan Sabar. Sesuai dengan tradisi kebudayaan Tiongkok, Falun Gong mengajarkan tanggung jawab pribadi atas tindakan dan pilihan etika seseorang dalam hidup.

Pada 1998, survei Partai Komunis Tiongkok sendiri menemukan bahwa Falun Gong dipraktikkan oleh lebih dari 70 juta orang di Tiongkok, yang meningkatkan kesehatan mereka dan menyelamatkan jutaan yuan pemerintah setiap tahun.

Namun, garis keras di Partai Komunis Tiongkok tidak dapat mentolerir tindakan orang-orang Tiongkok semakin banyak menganut ajaran Falun Gong, karena Falun Gong mengajarkan suatu bentuk pemikiran etis bahwa, menantang kemampuan rezim komunis Tiongkok untuk mempertahankan kendali terhadap penduduk Tiongkok melalui pemikiran komunis. Pada Juli 1999, Partai Komunis Tiongkok memulai kampanye kekerasan untuk membasmi Falun Gong, yang berlanjut hingga saat ini.

Pada dasarnya, Partai Komunis Tiongkok takut orang-orang Tiongkok menjadi sadar dan menyingkirkan Partai Komunis Tiongkok, seperti nasib penguasa korup masa lalu di Tiongkok. Proses kesadaran tersebut dimulai pada akhir tahun 2004 melalui gerakan sosial akar rumput yang dikenal dalam bahasa Mandarin sebagai “Tuidang” atau Mundur dari Partai Komunis Tiongkok. 

Saat ini lebih dari 387 juta orang di Tiongkok dan di seluruh dunia telah melepaskan ikatannya dengan Partai Komunis Tiongkok dan organisasi-organisasi yang bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok, dan mengajukan pernyataan di situs web Tuidang.

Hak Asasi Manusia Barat dan Asia?

Gagasan hak asasi manusia yang unik atau “Asia” dipromosikan oleh Partai Komunis Tiongkok dan negara-negara lainnya, yang mana berusaha untuk memprioritaskan kendali negara atas hak asasi manusia setiap orang.

Pemahaman tradisional Tiongkok mengenai hak-hak rakyat terkait dengan hubungan langit yang mengawasi kehidupan manusia di bumi. Konsep Barat mengenai hak asasi manusia juga terkait dengan langit di bawah berbagai ajaran agama Yudea-Kristen.

Pada dasarnya, hak asasi manusia Barat dan Tiongkok tradisional memiliki landasan yang sama–—penghormatan dan bimbingan dari alam-alam spiritual. Demikian pula,  prinsip Falun Dafa yaitu Sejati, Baik, Sabar (Zhen Shan Ren dalam bahasa Mandarin) ditemukan di jantung semua agama ortodoks.

Orang-orang dari semua kebudayaan, baik Barat atau pun lainnya, mengalami ketidakadilan yang menuntut pengakuan dan ganti rugi.

Pengikut Falun dafa berlatih meditasi Falun Dafa di sebuah taman di Sydney pada 26 Juni 2017. (Courtesy of Emma Morley)

Itu adalah kesamaan yang kita semua bagikan. Tidak masalah jika seseorang berasal dari sebuah negara Barat atau sebuah negara Asia; semua orang akan mengalami kerinduan untuk kebebasan jika mereka dikurung, merasa sakit jika mereka disiksa, dan semua akan mati jika mereka ditembak di kepala.

Hak Asasi Manusia–—Dinyatakan oleh Manusia atau Dijiwai oleh Tuhan?

Sebuah doktrin hak asasi manusia tanpa dasar Ilahi pada kehidupan manusia adalah terancam manipulasi oleh keasyikan manusia dengan kepentingan duniawi.

Jika hak asasi manusia dideklarasikan oleh manusia, maka kita memasuki ranah yang memperdebatkan hak apa yang terpenting dan hak apa yang dapat dinegosiasikan karena kepentingan lain, seperti pembangunan dan perdagangan. 

Beberapa orang mengatakan hal ini sudah ada ketika negara-negara membuat keputusan kepentingan ekonomi atau nasional untuk tidak menghadapi pelanggaran hak asasi manusia yang berantai, seperti rezim Tiongkok.

Karena Partai Komunis Tiongkok menyatakan permusuhan terbuka terhadap konsep Tuhan, maka tidak mengejutkan bahwa Partai Komunis Tiongkok akan menentang hak asasi manusia yang diberikan Tuhan. Adalah sangat penting bahwa semua orang dan bangsa yang memahami dasar hak asasi manusia universal membuat sebuah pendirian.

Pada 13 Mei 2021, beberapa praktisi Falun Gong di wilayah Greater New York mengadakan pawai akbar di Manhattan untuk merayakan “Hari Falun Dafa Sedunia” ke-22. (Dai Bing / The Epoch Times)

Praktisi Falun Dafa mengkultivasi dirinya sendiri menurut prinsip tradisi yang diberikan oleh Surga. Dari sudut pandang ini, kita mendekati kekejaman yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok terhadap banyak rekan praktisi kita sebagai sebuah tampilan yang dapat menunjukkan kepada orang-orang di dunia apa yang baik dan apa yang buruk.

Kita juga percaya berbicara membicarakan bahwa hal ini memberi orang-orang sebuah kesempatan, untuk memutuskan apa yang mereka pikirkan adalah benar atau salah dan memilih berpihak di sisi mana.

Pada 10 Desember adalah sebuah hari untuk merenungkan telah menjadi apa dunia ini dan akan menjadi apa dunia ini. Anda tidak harus memeluk sebuah keyakinan agama atau kebudayaan tertentu untuk mengakui bahwa manusia memiliki sebuah hak suci untuk hidup.

Memperlakukan orang lain seperti diri anda sendiri ingin diperlakukan, menangkap prinsip universalitas hak asasi manusia—–dan tanggapan universal yang diperlukan untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia. (Vv)

John A. Deller adalah anggota komite Himpunan Falun Dafa Australia

InMendagri Atur Pembatasan Mobilitas Jelang Periode Nataru, Ini yang Akan Diterapkan Pemerintah

0

ETIndonesia- Jelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) pemerintah terus mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 dan kemunculan varian Omicron. Pemerintah melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri (InMendagri) No. 65 tahun 2021 melanjutkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) luar Jawa – Bali terhitung 7 – 23 Desember 2021.

Lalu, melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama kementerian/lembaga terkait akan melakukan pengaturan mobilitas pada bidang transportasi darat, laut dan udara. Baik angkuran umum, maupun kendaraan pribadi. Dikarenakan terdapat potensi peningkatan mobilitas masyarakat.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, menjelaskan dalam InMendagri terbaru tidak merubah pengaturan leveling. Namun, menambah aturan terkait pelaksanaan Developmental Basketball League (DBL). Yaitu uji coba pertandingan dengan kapasitas penonton maksimal 25% yang ditentukan Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia dan penyelenggara. 

“Serta wajib mengikuti aturan protokol kesehatan dari Kementerian Kesehatan,” Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Kamis (9/12/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Pada kesempatan yang sama, Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati menambahkan, Kemenhub telah melakukan survei sebanyak 3 kali. Yaitu di Oktober, November dan Desember 2021. Khususnya setelah diumumkannya pembatalan pemberlakuan PPKM Level 3   di seluruh Indonesia.

Survei oleh Balitbang Kemenhub ini diikuti 49 ribu responden secara nasional secara online. Wilayah terbanyak responden adalah Jawa dan Bali. Hasilnya, bahwa dengan dibatalkannya PPKM level 3 di seluruh Indonesia, masih terdapat potensi pergerakan sebesar 7,1% atau sekitar 11 juta orang akan melakukan mobilitas atau melakukan perjalanan.

Khusus Jabodetabek, potensinya sebesar 7% atau sekitar 2,3 juta orang. Selain melakukan survei, Kemenhub juga meminta masukan dari berbagai pihak termasuk pengamat transportasi, sosiolog dan juga stakeholder lainnya. Hal ini dalam rangka menyusun kebijakan pengendalian transportasi.

“Masukan ini tentu menjadi bahan pertimbangan yang sangat, sangat penting bagi kami untuk menyusun peraturan terkait dengan pengendalian transportasi,” ungkapnya.

Oleh karena itu mengantisipasi kecenderungan mobilitas masyarakat di saat Nataru dengan prediksi angka tersebut, secara umum kebijakan pengendalian  transportasi dilakukan terhadap semua moda. Baik itu di darat, laut udara dan kereta api. 

Aturan umumnya, pertama, meliputi syarat perjalanan domestik. Kemenhub memberlakukan semua pelaku perjalanan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Satgas COVID-19. Antara lain adanya kartu VAKSIN, hasil negatif PCR atau antigen dan penggunaan aplikasi Peduli Lindungi.

“Ini semua nanti akan dituangkan dalam sebuah surat edaran yang diterbitkan dalam waktu dekat,” lanjutnya.

Kedua,  akan dilakukan juga penerapan pembatasan kapasitas yang bervariasi di masing-masing moda transportasi. Tentunya dengan adanya PPKM yang akan merujuk pada ketentuan yang ditetapkan WHO. Setiap daerah akan bervariasi tergantung level PPKM-nya dan nanti akan merujuk kepada apa yang ditetapkan  dalam InMendagri atau surat edaran satgas. 

Ketiga, Kemenhub memastikan kesiapan operasional angkutan umum selama masa Natal dan Tahun Baru. Dengan melakukan pengecekan kesiapan dan kelaikan  operasional setiap modal melalui ramp check kepada armada yang akan dioperasikan dan pengaturan kapasitas dari masing-masing moda. 

Keempat, Kemenhub melakukan peningkatan pengawasan terhadap catatan penerapan protokol kesehatan dan ketentuan ketentuan terkait pengendalian transportasi. Kemenhub melibatkan kementerian/lembaga, BUMN, termasuk pengelola transportasi di Indonesia baik pengelola sarana dan prasarana. Untuk memastikan semua ketentuan yang nanti akan diterapkan pada masa nataru akan bisa dipahami dan diterapkan di lapangan oleh seluruh pihak.

Adapun hal krusial dalam pengaturan mobilitas masyarakat antara lain, akan terjadi dinamika transportasi darat. Dimana selain diperlukan manajemen terhadap angkutan, juga terdapat potensi terhadap angkutan umum, juga terdapat potensi pergerakan dengan kendaraan mobil pribadi dan juga kendaraan angkutan roda dua yang jumlahnya bisa jadi menjadi signifikan. (COVID19.go.id/asr)

Setelah AS, Australia, Inggris dan Kanada Umumkan Boikot Diplomatik Terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing

Qiao En – NTD

Australia, Inggris dan Kanada pada Rabu (8/12/2021) secara bersamaan mengumumkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing, menanggapi dan menindaklanjuti dengan Amerika Serikat.

Perdana Menteri Australia Morrison mengatakan, tidak mengherankan ketika pemerintah Australia tidak akan mengirim perwakilan resmi untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin mendatang di Tiongkok.”

Morrison mengatakan Australia selalu ingin berdiskusi dengan pemerintah Komunis Tiongkok tentang pelanggaran HAM di Xinjiang, namun Beijing selalu mengambil sikap menghindar. Tetapi atlet Australia akan berpartisipasi dalam kompetisi Olimpiade,.

Setelah Australia, Inggris dengan cepat menindaklanjuti dan mengumumkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, pihaknya akan melakukan boikot diplomatik yang efektif terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing, dan tidak akan ada menteri yang datang. 

Johnson mengatakan bahwa boikot diplomatik Inggris hanya mewakili posisi pemerintah dan tidak akan mempengaruhi partisipasi para atletnya di Olimpiade Musim Dingin Beijing. Sebelum Johnson menyatakan posisi pemerintah, Skotlandia juga mengumumkan keputusannya untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Pada hari yang sama, Kanada juga memutuskan untuk bergabung dengan barisan sekutu dan secara diplomatis memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan, sebagai sebuah negara, pada kenyataannya, seperti banyak mitra di seluruh dunia, pihaknya sangat prihatin dengan pelanggaran hak asasi manusia yang berulang kali dilakukan oleh pemerintah  Tiongkok. Itu sebabnya, ia mengumumkan  bahwa kanada tidak akan mengirim perwakilan diplomatik untuk berpartisipasi di Olimpiade Musim Dingin Beijing dan Paralimpiade di musim dingin.”

Seperti sekutu, Trudeau juga mendorong atlet Kanada untuk berpartisipasi dalam Olimpiade dan fokus pada kompetisi. Pemerintah Kanada akan mengambil semua tindakan untuk memastikan keselamatan mereka.

Pada Senin (6/12/2021) Amerika Serikat secara resmi mengumumkan boikot diplomatiknya terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing, dan berharap lebih banyak sekutu dapat bergabung dan membuat suara bulat menentang pelanggaran hak asasi manusia  Tiongkok. Oleh karena itu, di masa depan, lebih banyak sekutu dapat bergabung dengan barisan memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing. (huI

Indonesia Juga Thailand Menjadi Korban Peretas Tiongkok yang Dicurigai Berlatar Belakang Militer

oleh Li Zhaoxi

Perusahaan keamanan siber swasta AS, Insikt Group pada Rabu 8 Desember merilis laporan yang mengungkap bahwa peretas Tiongkok telah menargetkan serangan secara luas terhadap pemerintah dan organisasi swasta di Asia Tenggara, termasuk negara-negara yang terkait hubungan erat dengan inisiatif One Belt One Road. Para peretas ini diduga berlatar belakang militer Tiongkok.

Menurut Associated Press, Insikt Group yang berbasis di Negara Bagian Massachusetts, AS menyatakan dalam sebuah laporan bahwa pada tahun 2021, pihaknya telah melacak sebuah kegiatan spionase berkelanjutan di dunia maya yang terutama menargetkan serangan terhadap para pesaing pemerintah Tiongkok di seputaran wilayah Laut Tiongkok Selatan, seperti kantor Perdana Menteri, entitas militer dan kementerian pemerintah negara-negara  Vietnam, Malaysia, Filipina. Bahkan korbannya juga termasuk Indonesia dan Thailand.

Target serangan khusus termasuk Kantor Perdana Menteri Thailand dan militer Thailand, Angkatan Laut Indonesia dan Filipina, Majelis Nasional Vietnam, dan Kementerian Pertahanan Malaysia.

Insikt Group menjelaskan, pihaknya telah dapat memastikan bahwa dalam 9 bulan terakhir, peretas telah menyerang organisasi militer dan pemerintah tingkat tinggi di Asia Tenggara dengan menggunakan malware khusus seperti FunnyDream dan Chinoxy.

Insikt Group menekankan bahwa alat yang dibuat secara khusus ini tidak tersedia bagi khalayak umum, dan diyakini bahwa banyak kelompok yang didukung oleh Partai Komunis Tiongkok telah memanfaatkan alat tersebut.

Karena target serangan konsisten dengan tujuan politik dan ekonomi pemerintah komunis Tiongkok, jadi kecurigaan Insikt Group bahwa peretas ini didukung oleh negara semakin tebal.

Insikt Group juga menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas peretasan dilakukan dengan mengatasnamakan ‘Threat Activity Group 16’ (TAG-16) sebagai pengidentifikasian sementara. Dari bukti yang berhasil ditemukan dapat diketahui bahwa TAG-16 berbagi kemampuan khusus dengan sebuah kelompok aktivitas yang terkait dengan militer Tiongkok, yakni ‘RedFoxtrot’.

Di Asia Tenggara, Insikt Group telah menemukan lebih dari 400 server unik yang berkomunikasi dengan malware, tetapi tidak jelas informasi mana yang dibocorkan.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Associated Press, tetapi kantor berita tersebut mengatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok biasanya menyangkal adanya peretasan yang didukungnya dan secara konsisten mengklaim, bahwa Tiongkok justru yang menjadi target serangan para peretas.

Di tengah kekhawatiran yang berkembang tentang perilaku agresif pemerintah komunis Tiongkok, bulan lalu, Jepang dan Vietnam sepakat untuk bekerja sama dalam keamanan dunia maya dan pertahanan luar angkasa. 

Kementerian Pertahanan Jepang secara khusus menyebutkan bahwa serangan dunia maya, adalah bagian penting dari pemerintah komunis Tiongkok dalam merealisasikan ancaman keamanan. (sin)

Gelapnya Pengapalan Tiongkok, Mengaktifkan Kriminalitas dan Militerisme

0

Anders Corr

Penimbunan data geolokasi kapal Beijing adalah indikator lain dari rencana masa depan Beijing untuk menggunakan pelayaran komersial untuk tujuan militer. Amerika Serikat dan sekutunya harus menuntut lebih banyak transparansi.

Armada pelayaran Tiongkok dihentikan sementara waktu, berpotensi membahayakan transportasi maritim, dan menyebabkan masalah besar bagi manajer rantai pasokan dan koordinator pengiriman saat mereka berjuang untuk memetakan arus pengiriman di pelabuhan Tiongkok dengan data yang tidak memadai. 

Beijing diduga memberlakukan penghentian tersebut karena masalah keamanan nasional, yang menunjukkan bahwa Beijing akan terus secara ilegal menggunakan armada pelayaran komersial miliknya untuk tujuan militer. Tetapi penghentian geolokasi kapal juga dapat membantu penangkapan ikan ilegal secara besar-besaran oleh armada Tiongkok.

Taktik “zona abu-abu” Beijing—–seperti mengelilingi pulau yang direncanakan Beijing untuk diambil oleh milisi maritimnya yang menyamar sebagai kapal penangkap ikan—–bersama-sama dengan penjaga pantai Tiongkok dan kemudian lebih jauh, bersama-sama dengan Angkatan Laut Tiongkok, yang disebut strategi “kubis.” 

Armada penangkap ikan Tiongkok–—misalnya, kapal pemukat cumi-cumi pada malam hari yang ilegal itu–—seringkali mematikan automatic identification system (AIS) saat sedang menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif negara-negara lain.

Yang lebih mengejutkan, strategi Beijing untuk meluncurkan rudal dari kargo peti kemas dapat dikatakan merupakan suatu pelanggaran Law of Naval Warfare.

AIS menyediakan data geolokasi kepada masyarakat dunia untuk keselamatan kapal, pelacakan kapal, dan logistik kapal. Ketika Beijing malahan mematikan penerima AIS yang berbasis di pantai Tiongkok dan transponder yang berbasis di kapal, untuk memfasilitasi agresi militer atau pencurian sumber daya ekonomi di Zona Ekonomi Eksklusif negara-negara lain, hal tersebut tidak hanya tidak etis, tetapi kadang melanggar Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut.

Membatasi akses ke data AIS  secara efektif membatasi pengetahuan masyarakat mengenai kriminalitas yang disponsori negara.

Tindakan keras keamanan nasional Beijing yang baru  terhadap berbagi data dengan pihak asing akan memfasilitasi penggunaan pelayaran komersial Beijing untuk tujuan kejahatan dan militer. Aturan Keamanan Informasi Partai Komunis Tiongkok sekarang melampaui perusahaan teknologi konsumen, seperti perusahaan ride-hailing Didi Chuxing, untuk mempengaruhi jarak penglihatan kapal yang dekat dengan pantai Tiongkok dalam apa yang seharusnya dilihat sebagai sebuah bahaya bagi pelayaran, sebuah anugerah bagi kriminalitas, dan sebuah ancaman bagi perdagangan dan perdamaian.

Beijing Menurunkan Penyediaan Data Maritim Komersial

Jumlah data AIS yang melakukan geolokasi kapal-kapal di dekat Tiongkok dan  didistribusikan ke pihak-pihak asing telah anjlok karena ketakutan spionase yang tampaknya mendorong tindakan keras oleh Partai Komunis Tiongkok. 

Penerima AIS terestrial titik-tetap di garis pantai dan perairan pedalaman Tiongkok, yang dulunya mengirimkan lokasi kapal terdekat puluhan kali per menit, kini kebanyakan gelap. Hal ini memaksa masyarakat internasional untuk bergantung pada data satelit yang hanya menyediakan lokasi sebuah himpunan bagian dari  kapal yang memiliki perlengkapan terbaik, yang sangat jarang ada.

Menurut analis intelijen maritim, Lloyd’s List Jean-Charles Gordon, “kami hanya mendapatkan beberapa titik data per jam dari satelit versus terestrial yang mengumpulkan data setiap beberapa detik.”

Cichen Shen dari Lloyd’s List mencatat dalam sebuah artikel bahwa “Tiongkok masih menangkap semua sinyal AIS meskipun tidak membagikan sinyal tersebut.”

Cichen Shen percaya bahwa kesenjangan data AIS yang berkelanjutan dapat menyebabkan sakit kepala dan bahaya bagi perusahaan asing yang berupaya memantau armadanya atau perusahaan asing yang mengandalkan arus perdagangan di perairan Tiongkok karena hilangnya sebuah arak pandang.”

Kegagalan untuk menyediakan perusahaan pelayaran asing dengan sebuah lapangan permainan yang merata akan menempatkan perusahaan itu, pada sebuah posisi yang kurang menguntungkan di pasar pengiriman Tiongkok, dan dapat dikatakan merupakan sebuah pelanggaran aturan-aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). 

The Financial Times meringkas pandangan Anastassis Touros, yang memimpin tim AIS di MarineTraffic, bahwa “penurunan jarak pandang akan cenderung menyebabkan lebih banyak kemacetan di pelabuhan Tiongkok, yang memang telah macet di tengah cuaca buruk dan gangguan terkait pandemi, karena akan menjadi lebih sulit untuk mengatur waktu kedatangan kapal dengan periode lalu-lintas yang rendah.”

Beijing Mengira Mata-mata Menggunakan Data Miliknya

Yang bersalah, menurut Cichen Shen, adalah sebuah Hukum Perlindungan Informasi Pribadi yang baru yang mulai berlaku pada 1 November. Cichen Shen menggambarkan hukum tersebut sebagai “bagian upaya legislatif Tiongkok untuk mengendaikan bagaimana dan apakah data kedaulatan miliknya dapat diakses oleh organisasi di dalam negeri dan di luar negeri.”

The Times menggambarkan perlindungan data baru oleh rezim Tiongkok sebagai pembatasan informasi sensitif di luar negeri, melalui persyaratan terlebih dahulu pemeriksaan transmisi data penting melalui sebuah penilaian keamanan oleh pengawas data Tiongkok.

The Times mengutip media pemerintah Tiongkok yang memperingatkan, mengenai stasiun AIS di pesisir Guangdong, bahwa “intelijen yang diekstraksi dari data ini membahayakan keamanan ekonomi Tiongkok dan kerugiannya tidak dapat diabaikan.”

Menurut The Times, “Pihak berwenang yang diwawancarai dalam laporan tersebut mengatakan badan-badan intelijen asing, perusahaan dan lembaga pemikir menggunakan sistem ini untuk mengawasi kapal militer Tiongkok dan menganalisis aktivitas ekonomi dengan melakukan survei lalu-lintas kargo.”

Penurunan Transmisi Data Kapal Tiongkok yang Dramatis

Lloyd’s List mencatat bahwa penyedia data Tiongkok sedang mematikan transmisi AIS miliknya untuk pihak asing untuk berjaga-jaga jika mereka dapat dipertimbangkan dalam pelanggaran aturan baru. Dilaporkan, untuk minggu pertama November, 12 persen lebih sedikit posisi AIS yang tercatat di Zona Ekonomi Eksklusif Tiongkok, yang biasanya memanjang 200 mil laut dari garis pantai.

Menurut The Times, jumlah sinyal AIS yang dikurangi dari kapal di perairan Tiongkok dari 15 juta per hari di Oktober, menjadi hanya lebih dari 1 juta pada awal bulan November.

Manajer rantai pasokan pengiriman internasional kini akan menemukan pihaknya jauh lebih  sulit untuk merencanakan rute pengiriman, logistik, dan pengeluaran barang-barang di pelabuhan Tiongkok. Tetapi jika larangan itu diperluas lebih jauh, hal itu dapat sangat membahayakan pengiriman dan melanggar komitmen internasional Beijing. Sekutu Tiongkok  dapat mengikuti, memperluas degradasi yang sebelumnya tersedia secara bebas bagi pengiriman data secara global.

Menurut Greg Poling, seorang ahli hukum maritim di Center for Security and International Studies, “Vietnam tidak memberi banyak data AIS yang berbasis di pantai untuk penyedia komersial sehingga di perairan Vietnam kami sepenuhnya bergantung pada satelit.”

Menurut Profesor James Kraska, yang memiliki jabatan ganda di Perguruan Tinggi Perang Angkatan Laut Amerika Serikat dan Universitas Harvard, “AIS adalah sarana utama” untuk jarak pandang bagi pergerakan kapal global, dan diperlukan oleh International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS) untuk kapal-kapal minimal 300 gross ton. Profesor James Kraska mengatakan bahwa “mematikan AIS membuat kewaspadaan domain maritim menjadi lebih menantang.”

Sebagian besar kapal Tiongkok di dekat pantai Tiongkok telah mempertahankan transponder AIS mereka, menurut Greg Poling.

Transponder, yang juga dikenal sebagai pemancar-penerima, dapat menerima dan mengirim data geolokasi. Hal ini membuat transponder terlihat oleh satelit-satelit dan dapat menyiarkan posisi transponder tersebut ke kapal-kapal lain di dekatnya.

Tetapi beberapa kapal menggunakan pemancar yang lemah dan hanya dapat dilihat oleh penerima yang berbasis di pantai, bukannya satelit.

Analisis data satelit oleh lembaga nirlaba Global Fishing Watch menunjukkan bahwa kapal penangkap ikan ilegal dari Tiongkok dan Korea Utara mematikan, atau gagal untuk menempatkan transponder AIS. 

Karena Beijing sedang mematikan aliran-aliran data AIS Tiongkok ke pihak-pihak asing di lebih banyak tingkat sistematis, manajer pelayaran internasional harus mengirim pengapalan masuk dan keluar dari pelabuhan Tiongkok dengan sedikit informasi mengenai kondisi lalu-lintas maritim setempat daripada yang mereka lakukan sebelumnya. Akademisi dan pihak-pihak yang tidak mendapat keuntungan terkait dengan penangkapan ikan yang berlebihan dan milisi perikanan yang dilengkapi dengan militer dan disubsidi oleh Beijing, akan memiliki lebih sedikit data yang diperlukan untuk melacak dan mempublikasikan pelanggaran yang dilakukan Beijing.

Tidak ada alasan teoretis bagi Beijing untuk menghentikan larangan data Tiongkok di AIS terestrial. Hampir dengan mudah, atas nama keamanan nasional, Beijing membatasi transmisi lokasi maritim industri pelayarannya yang  ditransmisikan oleh satelit atau kapal-kapal itu sendiri, di mana saja di seluruh dunia.

Sedangkan pemancar AIS pelayaran Tiongkok secara umum belum mematikan penerima asing, ini adalah sebuah kemungkinan yang harus direncanakan karena hubungan yang memburuk antara Beijing dengan sebagian besar negara lainnya di seluruh dunia, dan pendekatan palu godam ala Partai Komunis Tiongkok, di mana sebuah pisau bedah mungkin sudah cukup.

Profesor Salvatore Mercagliano di Universitas Campbell menulis bahwa sebuah persyaratan oleh Beijing bahwa kapal-kapal mematikan AIS mereka, jika Beijing memperpanjang larangan data mereka dengan cara ini, akan menjadi sebuah pelanggaran komitmen internasional oleh Tiongkok.

Menurut Para Ahli, Pemadaman AIS oleh Tiongkok Adalah Tidak Berbahaya

“Pemadaman yang diberlakukan oleh kesepakatan Republik Rakyat Tiongkok dengan relay dan transmisi dari pantai data AIS ,” tulis Profesor Salvatore Mercagliano. 

“Kapal-kapal masih menyiarkan dan kapal mana pun dapat menanyakan kapal yang lain, jadi tidak ada kekhawatiran mengenai bahaya navigasi. Apa yang terjadi dengan AIS, adalah bahwa ada operator pantai yang memiliki penerima yang mengumpulkan data AIS.”

Penerima-penerima yang berbasis di pantai Tiongkok di masa lalu membagikan data AIS yang mereka kumpulkan dengan pengumpul data internasional seperti Marine Traffic, IHS Markit, dan Windward, menurut Greg Poling.

Sekarang sumber-sumber data tersebut memiliki lebih sedikit data. “Masalahnya adalah kualitas informasi,” tulis Profesor Salvatore Mercagliano. “Hilangnya data ini menyulitkan ekspedisi-ekspedisi muatan dan para pengirim barang-barang untuk melacak kargo dan melakukan koordinasi unsur-unsur rantai pasokan.”

Greg Poling menulis bahwa “alasan pemadaman AIS bukanlah sebuah ancaman bagi keselamatan navigasi adalah bahwa kapal-kapal belum benar-benar menghentikan penyiaran.” Dan bahwa “pihak berwenang Tiongkok baru saja melarang penjualan AIS yang berbasis di pantai ke perusahaan komersial di luar negeri.”

Penerima yang berbasis di pantai dan nahkoda masih melihat kapal-kapal tersebut, menurut Greg Poling. Kapal-kapal tersebut juga dapat saling melihat ketika kapal-kapal tersebut berada dalam jangkauan, yang bervariasi tergantung pada kualitas transmisi dan perangkat-perangkat penerimaan dari kapal-kapal tersebut.

Bahwa data yang berbasis di pantai Tiongkok kini ditimbun dan disembunyikan, bukannya berbagi dengan platform-platform pengumpulan data internasional “membuat agak lebih sulit bagi banyak perusahaan pelayaran dan  asuransi untuk melacak kapal-kapalnya saat kapal berada dekat pelabuhan Tiongkok untuk keperluan perencanaan logistik dan sejenisnya (tetapi mereka dapat melihatnya dengan baik di tempat lain melalui satelit),” tulis Greg Poling, “dan hal itu membuat sedikit lebih sulit bagi kita di dunia akademis untuk mengawasi aktivitas Tiongkok (tetapi sekali lagi, kita masih memiliki data yang berbasis di satelit dan data yang berbasis di pantai dari semua negara-negara yang memiliki pantai).

Greg Poling mengakui bahwa masing-masing kapal Tiongkok dapat mematikan pemancar-pemancar AIS miliknya, tetapi mengklaim bahwa tidak ada bukti sistematis bahwa kapal-kapal tersebut  melakukannya. 

Greg Poling mengatakan bahwa Angkatan Laut Tiongkok dan penjaga pantai Tiongkok tidak berada di bawah pengawasan kewajiban hukum untuk menjaga  AIS sehingga mereka kadang dapat menghentikan AIS.

“Tetapi kami tidak melihat bukti bahwa kapal komersial atau milisi [maritim Tiongkok] secara sistematis mematikan AIS. Alasan kapal komersial atau milisi [maritim Tiongkok] menghilang dari platform-platform komersial saat semakin jauh dari pantai Tiongkok adalah bahwa sebagian besar kapal komersial atau milisi [maritim Tiongkok] dilengkapi dengan penerima Kelas-B yang lebih lemah, bukannya pemancar Kelas-A yang disyaratkan oleh Organisasi Maritim Internasional untuk transit internasional.”

Pemancar-penerima Kelas-B yang lebih lemah kadang tidak dapat didaftarkan oleh satelit-satelit sehingga hanya terlihat dari pantai atau kapal jika jaraknya cukup dekat, menurut Greg Poling. “Hukum domestik Tiongkok mewajibkan AIS di semua kapal untuk keamanan, jadi kapal penangkap ikan mendapatkan pilihan termurah untuk mencentang kotak itu.”

Gelapnya Pengapalan Tiongkok Meningkatkan Ketegangan Internasional

Penurunan jarak pandang kapal komersial di dekat Tiongkok adalah sebuah tindakan yang dipaksakan sendiri dan efek lanjutan dari agresi militer Beijing yang meningkat. Sebagai bagian agresi ini, Partai Komunis Tiongkok telah berusaha menyembunyikan kegiatan militernya, di belakang kapal-kapal penangkap ikan diperkuat dengan baja, yang sebenarnya adalah sebuah milisi maritim dan perpanjangan Angkatan Laut Tiongkok.

Mungkin ini menjelaskan mengapa Tiongkok, adalah satu-satunya negara yang melihat rilis data AIS  dekat pantai miliknya sebagai sebuah ancaman keamanan nasional.

Namun, negara  demokrasi menggunakan tipu muslihat ini, dan mengembangkan cara-cara baru untuk mengidentifikasi yang mana dari ribuan kapal penangkap ikan Tiongkok yang terkait dengan milisi maritim, dan kapal mana yang bukan.

Penelitian yang dilakukan Greg Poling sendiri, dilakukan dengan rekan penulis Tabitha Grace Mallory, Harrison Prétat, dan dalam hubungannya dengan Pusat untuk Studi-Studi Pertahanan yang Canggih, telah menggunakan data AIS sebagai indikator keanggotaan sebuah kapal tertentu  dalam milisi maritim. 

“Fotografi dan video di tempat, serta pengumpulan data AIS kapal-ke-kapal, menawarkan potensi terbesar untuk secara langsung mengidentifikasi kapal-kapal milisi dan mendokumentasikan perilaku kapal-kapal milisi itu,” menurut penelitian Greg Poling, yang diterbitkan pada 18 November. 

“Keduanya meningkatkan peluang-peluang untuk penelitian lanjutan dan menciptakan sebuah dampak langsung dengan mengungkapkan ukuran, ruang lingkup, dan aktivitas milisi kepada khalayak luas dengan sebuah cara yang meyakinkan.”

Beijing cenderung merasa terganggu. Penggunaan aslinya dari kapal penangkap ikan, milisi, dan aset-aset Angkatan Laut lainnya untuk tujuan agresif menyebabkan sebuah tingkat pengawasan internasional yang lebih tinggi, termasuk pemeriksaan akademik data Sistem Identifikasi Otomatis dari kapal-kapal milisi, yang oleh Beijing disebut spionase. Pembenaran keamanan nasional itu menyebabkan Keamanan Informasi yang  berlebihan oleh Beijing yang akan membuat impor dan ekspor ke Tiongkok lebih sulit.

Cakupan Lloyd’s List mengenai pemadaman AIS mengutip sebuah kasus spionase di sektor pengiriman yang “telah menambah kekhawatiran” penyedia-penyedia data Tiongkok yang mengarahkan mereka untuk memutuskan transmisi data mereka sebagai antisipasi.

“Sebuah ‘konsultasi asing’ yang tidak disebutkan namanya dikatakan telah ditangkap oleh Kementerian Keamanan Negara pada Mei karena menyediakan ‘agen mata-mata’ rekan senegaranya dengan data pengiriman dan kargo yang diperoleh dari mitra-mitra  bisnisnya di Tiongkok,” menurut Lloyd’s List.

Ketika ditanya apakah penelitiannya dan penelitian-penelitian sebelumnya telah menyebabkan tindakan keras yang dilakukan Beijing terhadap Sistem Identifikasi Otomatis terestrial di Tiongkok, Greg Poling menjawab, “Saya pikir hal itu cenderung bahwa seluruh pekerjaan dari kami dan orang-orang lain di Vietnam mungkin berkontribusi pada alasan keamanan nasional. Tetapi saya pikir pemicu yang terdekat awal bulan ini (sebelum ada orang di Tiongkok yang tahu mengenai laporan kami) adalah hukum keamanan informasi yang baru.”

Dengan demikian Amerika Serikat, Tiongkok, dan sekutu-sekutu mereka tampak seperti sebuah  spiral ketidakamanan yang klasik dan ketakutan akan jenis tersebut yang meningkatkan  kemungkinan konflik militer.

“Apa yang baru saja dilakukan Republik Rakyat Tiongkok itu adalah buruk, bertentangan dengan tren global dari praktik dan kemajuan yang terbaik, dan merupakan bagian situasi yang sangat buruk yang lebih  dari opasitas dan merusak aturan dan norma internasional di bawah Xi [Jinping],” menurut salah satu sumber militer Amerika Serikat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Agresi dan ketakutan Tiongkok secara ekonomi memisahkan diri, atau lebih buruk lagi, dalam sebuah erosi sistem perdagangan internasional yang dapat menjadi sebuah tujuan proporsi kepahlawanannya sendiri, dan bagian sebuah spiral yang mengarah ke bawah karena saling kecurigaan terhadap konflik militer. (Vv)

Helikopter Militer Jatuh, 13 Orang Tewas Termasuk Seorang Jenderal Top India

Zhao Fenghua dan Shang Jing 

Helikopter yang membawa Kepala Staf Pertahanan India Jenderal Bipin Rawat jatuh di India selatan pada Rabu (8/12/2021). Insiden itu menewaskan Rawat, istrinya, dan 11 orang lainnya.

Angkatan Udara India mengatakan helikopter itu adalah jenis Mi-17 V5 buatan Rusia yang dibawa oleh komandan militer India dan Kepala Staf Pertahanan Bipin Rawat jatuh di dekat Kunor di Tamil Nadu.

Dari 14 orang di heli tersebut, 13 tewas, termasuk Rawat dan istrinya, asisten pertahanan kepala staf, komando keamanan dan beberapa personel angkatan udara.

Pejabat India telah memerintahkan penyelidikan atas penyebab kecelakaan itu.

Rawat berusia 63 tahun. Pada 2019, ia menjadi kepala staf pertahanan pertama India. Tugas posisi ini adalah mengintegrasikan operasi militer gabungan angkatan darat, laut, dan udara.

Perdana Menteri India Modi mentweet pada Rabu: “Jenderal Rawat adalah seorang prajurit yang luar biasa. Sebagai seorang patriot sejati, dia telah memberikan kontribusi besar untuk modernisasi angkatan bersenjata dan institusi keamanan kita. Wawasannya tentang isu-isu strategis Kekuatan dan perspektifnya luar biasa, dan kepergiannya membuatku sangat sedih.”

Saat ini, satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan udara itu sedang dirawat di rumah sakit militer. (hui)

Market Properti Tiongkok Terus Menurun, Penjualan 100 Perusahaan Real Estate Teratas Sempat Anjlok Hingga 40%

0

Zheng Gusheng

Media daratan Tiongkok mengutip data terbaru yang mengatakan bahwa penjualan 100 perusahaan real estate teratas Tiongkok pada November lalu, turun 39,3% dari periode yang sama pada tahun lalu. Sedangkan  tren penjualan menurun sejak Juli lalu terus berlanjut.

Menurut laporan dari “China Business News”, pada 30 November, sejumlah lembaga penelitian merilis data penjualan  perusahaan real estate pada november. Laporan menunjukkan bahwa meskipun perusahaan bekerja keras untuk mempercepat hasil akhir tahun, tren penurunan penjualan sejak Juli masih terus berlanjut.

Di antaranya, data platform big data real estat Tiongkok Craneville menunjukkan bahwa jumlah penjualan berkaliber penuh dari 100 perusahaan real estate teratas Tiongkok pada November, adalah 845,03 miliar yuan, turun 5,9% dari Oktober. Kinerja sebulan juga melanjutkan penurunan Year over Year (YoY) sejak Juli, dan penurunan YoY meluas ke 39,3%.

Peningkatan kumulatif YoY dalam 11 bulan pertama, hanya 1,8%, penurunan yang nyata dari 7,5% pada akhir Oktober.

Dalam hal kinerja perusahaan, lebih dari 80% dari 100 perusahaan real estate teratas pada November, mengalami penurunan kinerja bulanan dari tahun ke tahun.  Lebih dari setengahnya turun hingga lebih dari 30%. Ada 56 dari 100 perusahaan real estate teratas dengan penurunan penjualan YoY dan MoM (Month over Month), terjadi peningkatan  signifikan dari sebulan sebelumnya.

Data juga menunjukkan bahwa area transaksi perumahan komersial di 29 kota utama yang dipantau di Tiongkok, turun 4% bulan ke bulan, dan penurunan tahun ke tahun meluas menjadi 32%.

Menurut data penjualan yang disediakan oleh Yihan Think Tank, selain Evergrande, di antara sepuluh perusahaan real estat teratas, penjualan bulanan Greenland, China Sunac, Country Garden, China Resources Land, dan China Overseas Land Development juga turun tajam, dengan penurunan tahun ke tahun sebesar 56%, 47%, 34%, 30% dan 18%. Di antara perusahaan real estate yang berada di peringkat 11 hingga 20 adalah Zhongnan Land, Shimao, CIFI, Xincheng, Jinke, Sunshine City, dan Zhongliang semuanya mengalami penurunan year-over-year lebih dari 30%.

Faktanya, di antara 20 perusahaan real estate teratas, hanya Gemdale Group yang mencapai pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Ma Guangyuan, seorang ekonom independen Tiongkok, baru-baru ini memperingatkan dalam sebuah video bahwa, jika gelembung real estate Tiongkok meledak, 70% hingga 80% properti Tiongkok akan menjadi abu. Dikarenakan, 70% hingga 80% kekayaan rakyat terletak di rumah mereka, sedangkan yang dilakukan oleh pihak berwenang sekarang adalah menjaga “stabilitas real estat”.

Selama bertahun-tahun, pemerintahan partai Komunis Tiongkok telah menggunakan cara untuk mencegah pengembang, menurunkan harga sebagai salah satu langkah untuk mencegah keruntuhan pasar.

Namun demikian, dikarenakan perusahaan real estate berturut-turut jatuh ke dalam krisis operasional, harga rumah telah menunjukkan tanda-tanda “ketidakstabilan”.

Meskipun pemerintah di banyak tempat telah berturut-turut mengeluarkan “perintah pembatasan”, pengembang di berbagai tempat masih memotong harga dengan berbagai cara untuk meringankan penderitaan kekurangan dana.

Pada Oktober tahun ini, Komunitas  di kawasan Wuhan Optic Valley milik Partai Komunis Tiongkok yang dimiliki secara terpusat oleh Zhonghai Real Estate menurunkan harganya sebesar 20-30%.

Pemilik rumah sebelumnya secara kolektif membela hak-hak mereka dan ditindas dengan kejam oleh pemerintah setempat. Balasan resmi mengklaim bahwa pemotongan harga  tidak melanggar ketentuan yang relevan dari “Tindakan Manajemen Penjualan Perumahan Komersial.” (hui)

Aturan Perjalanan Selama Nataru, Pemerintah Wajibkan Dua Dosis Vaksin Penuh

0

ETIndonesia- Satgas Penanganan COVID-19 mengajak masyarakat yang belum menerima vaksinasi untuk segera mendapatkannya. Karena, Pemerintah dalam waktu dekat akan memberlakukan wajib vaksin dosis penuh bagi pelaku perjalanan. Baik untuk perjalanan  antar kabupaten/kota dalam wilayah aglomerasi dan di luar wilayah aglomerasi. 

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan kebijakan ini rencananya akan diberlakukan selama masa pengetatan periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Untuk itu, terkait cakupan vaksinasi daerah, Pemerintah memberlakukan diskresi bagi daerah di luar Jawa – Bali yang cakupan vaksinasinasinya dibawah rata-rata nasional.

“Pemerintah Pusat memberikan diskresi kepada Pemerintah Daerah untuk dapat menyesuaikan peraturan sesuai kondisi di daerahnya masing-masing,” jelasnya dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Kamis (9/12/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

“Untuk itu, seluruh masyarakat yang belum divaksin penuh, untuk dapat segera mengunjungi pos pelayanan vaksinasi terdekat termasuk di sejumlah bandara dan pelabuhan,” lanjutnya. (COVID19.go.id/asr)

(Update) Dampak Erupsi Semeru, 43 Korban Meninggal Dunia Ditemukan, 104 Terluka

0

ETIndonesia- Hari ke lima pasca erupsi Gunung Semeru atau Kamis (9/12/2021), tim gabungan terus melakukan upaya pencarian dan pertolongan lanjutan di beberapa lokasi seperti Curah Kobokan, Kajar Kuning, Tambang Satuhan/Kebondeli Utara, Kampung Renteng dan Kebondeli Selatan. Selain itu, tim lainnya juga terus melakukan pembersihan dan asesmen lanjutan yang difokuskan di Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh.

Giat pencarian dan pertolongan serta pembersihan yang dilakukan sejak pukul 05.30 WIB itu sempat dihentikan sementara setelah terpantau awan hitam pekat dan mendung di sekitar Curah Kobokan.

Berdasarkan laporan visual, pada pukul 06.22 WIB, Gunung Semeru tampak jelas dan teramati asap putih tebal yang meluncur ke arah Barat – Barat Daya hingga 1.000 meter.

Rangkuman laporan dari tim pencarian dan pertolongan di lapangan per pukul 12.00 WIB, jumlah korban meninggal dari erupsi Gunung Semeru bertambah empat orang sehingga totalnya menjadi 43 orang. Sementara itu, warga luka-luka ada 104 orang, yang mana sebanyak 32 orang mengalami luka berat dan 82 lainnya luka sedang.

Di samping itu, lokasi pengungsian juga mengalami peningkatan menjadi 121 yang terbagi di beberapa titik meliputi; Kecamatan Pronojiwo ada 10 lokasi/525 jiwa, Kecamatan Candipuro 10 lokasi/2.331 jiwa, Kecamatan Pasirian 4 lokasi/1.307 jiwa, Kecamatan Lumajang 11 lokasi/335 jiwa, Kecamatan Tempeh 13 lokasi/640 jiwa, Kecamatan Sukodono 9 lokasi/204 jiwa, Kecamatan Senduro 4 lokasi/66 jiwa, Kecamatan Sumbersuko 7 lokasi/302 jiwa.

Adapun Kecamatan Padang 3 lokasi/62 jiwa, Kecamatan Tekung 3 lokasi/67 jiwa, Kecamatan Yosowilangun 7 lokasi/89 jiwa, Kecamatan Kunir 7 lokasi/127 jiwa, Kecamatan Jatiroto 3 lokasi/59 jiwa, Kecamatan Rowokangkung 4 lokasi/37 jiwa, Kecamatan Randuagung 6 lokasi/24 jiwa, Kecamatan Ranuyoso 1 lokasi/26 jiwa, Kecamatan Klakah 5 lokasi/45 jiwa, Kecamatan Gucialit 3 lokasi/11 jiwa, Kecamatan Pasrujambe 2 lokasi/212 jiwa, Kecamatan Tempursari 2 lokasi/23 jiwa dan Kecamatan Kedungjajang 7 lokasi/50 jiwa.

Sementara itu, kerusakan dan kerugian yang dihimpun meliputi 31 fasilitas umum terdampak, hewan ternak sapi 764 ekor, kambing/domba 648 ekor dan unggas 1.578 ekor. (BNPB/asr)

Pertemuan Video Joe Biden – Putin Berfokus pada 5 Topik Kontroversial

oleh Bi Xinci dan Chen Haiye

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (7/12/2021) kembali bertemu dalam konferensi video untuk meneruskan pembicaraan dalam pertemuan tatap muka Juni lalu. Adapun topik pembicaraan adalah berkisar isu-isu tentang ketegangan di Ukraina dan sebagainya. Juru bicara Gedung Putih pada Senin mengatakan bahwa jika Rusia terus menyerang Ukraina, maka ia akan menghadapi sanksi ekonomi yang berat.

Dilaporkan bahwa ada 5 topik kontroversial yang difokuskan dalam pembicaraan kedua kepala negara, yakni masalah perbatasan Ukraina, masalah energi Rusia, krisis imigrasi perbatasan Belarusia, sengketa kedutaan, dan perjanjian kontrol senjata.


Ukraina mengatakan bahwa saat ini ada lebih dari 94.000 orang tentara Rusia yang berada di dekat perbatasan.

Amerika Serikat memperingatkan pada Senin 6 desember, bahwa jika Rusia terus menyerang Ukraina, maka ia akan menghadapi sanksi ekonomi yang berat.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki atau Jennifer Rene Psaki mengatakan : “Kami telah menyiapkan serangkaian sanksi ekonomi atau opsi yang akan berdampak buruk pada ekonomi Rusia”.

Pada Juli tahun ini, Amerika Serikat dan Jerman, mencapai kesepakatan untuk mengizinkan Rusia menyelesaikan pembangunan pipa gas alam Nord Stream yang terhubung langsung ke Jerman.


Namun, Amerika Serikat memperingatkan Rusia untuk tidak menggunakan energi sebagai senjata politik.


Kedua, Amerika Serikat dan sekutunya mengutuk Belarusia yang mendorong para imigran Timur Tengah untuk memasuki Eropa secara ilegal dari negara itu. Hal ini akan menimbulkan krisis imigrasi kepada Eropa.


Namun, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mendapat dukungan dari Moskow.


Selain itu, perselisihan antara kedutaan AS dan Rusia serta implementasi perjanjian pengendalian senjata juga menjadi fokus perhatian.


Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan : “Tidak perlu mengharapkan terobosan dalam pertemuan ini”.


Pihak Rusia mengakui pada hari Selasa bahwa, ketegangan di Eropa telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan sulit untuk mencapai terobosan melalui pembicaraan ini.


Selain itu, pada hari Senin sebelum pertemuan tersebut, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa, Biden telah mengadakan konsultasi dengan sekutu Eropa untuk membahas sanksi terhadap Rusia. Usai pembicaraan dengan Putin, Biden juga akan melakukan pembicaraan dan konsultasi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (sin)

Banjir dan Tanah Longsor Melanda Majalengka, Tiga Akses Jalan Tertutup

ETIndonesia- Fenomena banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat menyebabkan tiga akses jalan tertutup. Kejadian banjir ini terjadi setelah hujan deras pada Rabu (8/12) pukul 19.00 WIB. Struktur tanah yang labil juga menjadi pemicu terjadinya longsor dibeberapa titik.

Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan BPBD Kabupaten Majalengka melaporkan akses jalan tersebut tertutup material longsor. Aktivitas warga sempat tersendat akibat pohon tumbang yang melintang diruas jalan. 

Ketinggian air saat terjadi banjir setinggi 100 sentimeter. Tercatat lima unit rumah terdampak, tiga diantaranya mengalami rusak sedang. Selain rumah, 4 unit tempat usaha, 1 unit sekolah dar dan 1 hektar lahan pertanian terdampak kejadian ini. 

Kejadian ini melanda sejumlah desa, antara lain Desa Cimeong, Desa Girimulya yang terletak di Kecamatan Majalengka, Desa Cihaur, Desa Wanahayu di Kecamatan Maja, Desa Haurgeulis, Desa Sukamenak, Desa Cinambo di Kecamatan Bantarujeg. Dilaporkan kondisi terkini, banjir sudah surut. BPBD Kabupaten Majalengka bersama tim gabungan akan melakukan penanganan lanjutan dalam melakukan evakuasi terhadap warga.

Informasi peringatan dini hingga esok (10/12) yang dikeluarkan BMKG mengatakan bahwa, waspada potensi hujan yang dapat disertai petir dan angin kencang antara siang hingga malam hari di Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten dan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten dan Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Garut dan Kota Tasikmalaya.

Merespon hal ini, BNPB menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pada potensi risiko bencana hidrometeorologi basah. Selain itu, BNPB juga merekomendasikan agar wilayah lereng tebing atau kawasan kebun ditanami dengan jenis vegetasi yang keras dan berakar kuat seperti vetiver, sukun, dan tanaman akar kuat lainnya. Vegetasi akar kuat tersebut dapat mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsoran. (asr)