Home Blog Page 741

Pesawat Rimbun Air Jatuh di Hutan Papua, 3 Kru Meninggal Dunia

0

ETIndonesia- Pesawat jenis twin otter PK-OTW Rimbun Air jatuh di hutan belantara Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Rabu (15/9/2021) pagi. Pesawat rute Nabire – Sugapa tersebut dipiloti HA Mirza dengan copilot Fajar dan engineering Iswahyudi. Pesawat bermuatan cargo (bahan bangunan) itu ditemukan tim SAR terjatuh pada koordinat 3.44.45 S – 136.59.59 E. 

Berdasarkan laporan Kantor SAR Timika, informasi jatuhnya pesawat tersebut bermula dari laporan dari pemilik pesawat Rimbun Air pada pukul 08.15 WIT tentang pesawat mengalami lost contact.

Kepala Kantor SAR Timika, George Mercy L Randang mengatakan kejadian tersebut dilaporkan ke Basarnas Command Center (BCC). Pukul 09.10, Local User Terminal (LUT) Basarnas menangkap signal distress pada koordinat 3.44.30 S – 136.55.6 E. BBC pun memerintahkan Kepala Kantor SAR Timika untuk mengecek posisi signal distrees tersebut. 

Kepala Kantor SAR Timika bergerak. Pukul 09.45 WIT, helikopter Intan Jaya jenis MD.500 PK IWN dikerahkan untuk melaksanakan pencarian awal di sekitar lokasi kejadian.

Tidak hanya itu, 10 rescuer Kantor SAR Timika yang sudah tiba di Sugapa juga melaksanakan  survey menggunakan pesawat survey Asian One Air dan Intan Angkasa dengan call sign PK-LTF dan PK-IWN. Sekitar 30 menit survey, tim SAR berhasil menemukan pesawat dalam keadaan hancur di hutan yang dalam dan curam. Tim SAR berhasil mencapai lokasi dan mendapati ketiga korban dalam keadaan meninggal dunia.

Tim SAR selanjutnya melaksanakan proses evakuasi dari ketinggian 8000 feet tersebut. Pada pukul 15.30 WIT, tim SAR berhasil mengevakuasi 1 korban diduga pilot pesawat melalui jalur darat ke bandara Sugapa yang menjadi Posko Operasi SAR. Sementara 2 korban lainnya, hingga berita ini diturunkan masih dalam proses evakuasi. 

“Kondisi cuaca yang buruk, medan hutan belantara, dan curam menjadi kendala kami untuk mengevakuasi korban. Namun, tim SAR dari Basarnas, TNI, Polri, dan masyarakat, tetap berupaya semaksimal mungkin untuk mengevakuasi seluruh korban,” ungka Mercy. (Basarnas/asr)

Chairman SEC-AS Memperingatkan Ada 270 Perusahaan Tiongkok yang Menghadapi Risiko Delisting

0

oleh Chen Beichen

Chairman United States Securities and Exchange Commission (SEC) atau  Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat  Gary Gensler memperingatkan lewat artikel yang diterbitkan di Wall Street Journal minggu ini, bahwa kecuali jika perusahaan-perusahaan Tiongkok itu mengizinkan divisi inspeksi dari regulator AS untuk melakukan audit perusahaan, jika tidak, maka Komisi akan melakukan delisting untuk melarang saham-saham dari sekitar 270 perusahaan Tiongkok ditransaksikan di bursa saham AS sebelum tahun 2024

Gensler mengutip ‘Sarbanes-Oxley Act of 2002’ yang menyatakan bahwa, jika entitas asing membatasi auditornya untuk menerima audit PCAOB selama tiga tahun berturut-turut, otoritas Federal dapat melakukan delisting untuk melarang saham perusahaan asing ini ditransaksikan di bursa saham mana pun di Amerika Serikat.

Gensler menulis bahwa pada Juni tahun ini, Senat telah meloloskan ‘Accelerating Holding Foreign Companies Accountable Act’, rancangan undang-undang ini mengharuskan perusahaan asing untuk mematuhi audit PCAOB dalam 2 tahun berturut-turut, bukan lagi 3. 

RUU ini akan dibahas kemudian diadakan pungutan suara di Dewan Perwakilan Rakyat. Gensler mengatakan : “Kami menyambut baik diskusi dengan otoritas Tiongkok, tetapi Kongres telah menyatakan pendapatnya. Kecuali perusahaan Tiongkok bersedia mengikuti aturan, jika tidak saham-saham mereka tidak akan diperdagangkan di Amerika Serikat”.

Gary Gensler mengatakan bahwa jika RUU itu disahkan, dia akan mendukung langkah ini.

Mengingat otoritas komunis Tiongkok di musim panas tahun ini berulang kali menindas perusahaan-perusahaan Tiongkok dengan tujuan untuk memaksa mereka mematuhi serangkaian aturan baru sehingga mempengaruhi pasar saham internasional, Gensler menulis dalam artikel itu : Saya tidak percaya bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok yang terkait dengan otoritas komunis Tiongkok memberikan informasi yang cukup tentang risiko yang mereka hadapi. Oleh karena itu, orang Amerika yang berinvestasi di perusahaan-perusahaan ini juga menanggung risiko.

Dia juga mengulangi keprihatinannya tentang struktur kepemilikan perusahaan-perusahaan Tiongkok yang tidak jelas/transparan. Karena otoritas Beijing tidak mengizinkan perusahaan asing untuk memiliki perusahaan domestik, jadi di wilayah tertentu, perusahaan Tiongkok yang terdaftar di luar negeri harus mendaftarkan perusahaan cangkang di Kepulauan Cayman atau tempat lainnya, sehingga entitas ini dapat terdaftar di Amerika Serikat untuk mengumpulkan dana. Tapi, mereka tidak memberikan kepemilikan perusahaan yang beroperasi kepada investor Amerika Serikat, termasuk regulator.

Gensler juga menulis : Apakah di California, Kepulauan Cayman atau daratan Tiongkok, semua perusahaan yang ingin mengumpulkan dana dari pasar modal AS harus mematuhi aturan AS. 

Sekarang tergantung pada apakah Beijing ingin mengizinkan komite pengawas masuk, sehingga kami dapat memastikan bahwa pekerjaan audit yang relevan memenuhi standar AS. (sin)

Jepang Peringatkan Warganya Tentang Ancaman Teror di Indonesia dan 5 Negara Asia Tenggara

0

NTD

Kementerian Luar Negeri Jepang memperingatkan tentang 6 negara Asia Tenggara termasuk Indonesia pada 13 September. Intelijen yang mereka peroleh menunjukkan bahwa “risiko bom bunuh diri meningkat” dan meminta warga Jepang untuk tetap tinggal jauh dari fasilitas keagamaan dan keramaian di negara-negara tersebut. 

Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa pengumuman ini telah dikirim ke kedutaan besar Jepang dari negara-negara yang bersangkutan untuk diteruskan kepada warga negara Jepang.

Dalam pengumuman singkat, pihak Jepang meminta warganya untuk memperhatikan berita dan informasi lokal, dan melanjutkan dengan hati-hati pada “titik waktu ini.” Pengumuman itu tidak menyebutkan batas waktu tertentu, atau detail lainnya.

Namun, pengumuman ini membingungkan negara-negara yang disebutkan. Mereka mengatakan  tidak mengetahui adanya ancaman tersebut dan belum menerima rincian lebih lanjut dari Jepang, seperti dari mana sumber informasi itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Tanee Sangrat mengatakan bahwa pihak Jepang tidak mengungkapkan sumber peringatan ini. Sedangkan Kedutaan Besar Jepang tidak memberikan rincian lebih lanjut, selain mengatakan bahwa itu tidak ditujukan kepada Thailand.

Polisi Thailand menyatakan bahwa, berbagai badan keamanan Thailand sendiri tidak memiliki informasi tentang potensi ancaman.

Kementerian Luar Negeri Filipina juga menyatakan tidak ada eskalasi tingkat risiko.

Kementerian Luar Negeri RI membantah atau bahkan mengirimkan peringatan apapun kepada warga Jepang setempat.

Polisi Malaysia juga tidak menerima atau mendeteksi ancaman keamanan apa pun.

Associated Press melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Jepang menolak memberikan sumber informasi ini, juga tidak menyatakan apakah akan membagikan informasi tersebut dengan negara lain. (hui)

CDC AS Mengubah Definisi Vaksin Sehingga Tidak Dapat ‘Ditafsirkan Berarti Vaksin Adalah 100% Efektif’

0

Meiling Lee

The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat, baru-baru ini merevisi definisinya mengenai vaksin dan vaksinasi di salah satu halaman webnya, mengatakan bahwa definisi baru adalah “lebih transparan” dan tidak dapat disalahartikan

Meskipun ada sedikit perubahan dalam kata-kata dari waktu ke waktu untuk definisi ‘vaksin’ di situs web Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, yang tidak memengaruhi definisi keseluruhan,” seorang juru bicara Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengatakan kepada The Epoch Times melalui email.

Definisi sebelumnya di Dasar-Dasar Imunisasi  | Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dapat diartikan bahwa vaksin adalah 100% efektif, yang tidak pernah terjadi untuk vaksin apa pun, sehingga definisi saat ini adalah lebih transparan, dan juga menjelaskan cara-cara di mana vaksin dapat diberikan.

Dari tahun 2015 hingga 31 Agustus 2021, sebuah vaksin didefinisikan sebagai sebuah produk yang merangsang sistem kekebalan seseorang untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit yang spesifik, melindungi orang tersebut dari penyakit itu dan vaksinasi adalah tindakan memasukkan sebuah vaksin ke dalam tubuh untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit yang spesifik.”

Versi yang lebih awal dari sebuah definisi vaksin juga menyertakan “kekebalan” di dalam definisinya.

Definisi baru untuk vaksin sekarang berbunyi, Sebuah sediaan yang digunakan untuk merangsang respons kekebalan tubuh terhadap penyakit, sementara vaksinasi adalah tindakan memasukkan sebuah vaksin ke dalam tubuh untuk menghasilkan perlindungan dari suatu penyakit yang spesifik.

Sementara para pendukung revisi yang dilakukan  CDC mengatakan bahwa adalah wajar untuk merevisi definisi karena ilmu pengetahuan berkembang, para penentang revisi yang dilakukan CDC mengatakan perubahan itu tidak urusannya dengan evolusi ilmu pengetahuan. Sebaliknya, CDC membuat revisi tersebut dalam menanggapi vaksin COVID-19 saat ini, menjadi kurang efektif melawan varian delta.

Reporter investigasi pemenang Emmy Award dan kontributor Epoch Times, Sharyl Attkisson mengatakan bahwa definisi baru tersebut dibuat untuk memenuhi penurunan kemampuan beberapa ‘vaksin’ saat ini, termasuk  vaksin COVID-19, menambahkan bahwa setelah vaksin COVID-19 diperkenalkan, dan ditemukan vaksin COVID-19 tidak selalu ‘mencegah penyakit’ atau ‘menyediakan kekebalan,’  CDC mengubah definisi vaksin lagi untuk mengatakan bahwa vaksin hanya ‘menghasilkan perlindungan.’

Senator Partai Republik Thomas Massie menulis di Twitter mengenai perubahan definisi yang dilakukan oleh  CDC  dan membandingkannya dengan “1984” karya George Orwell, yang menulis, “Mereka telah sibuk di Kementerian Kebenaran.

Definisi herd immunity juga diubah oleh WHO pada Januari untuk menghilangkan infeksi alami sebagai sebuah sumber.

Efektivitas vaksin untuk membuat orang-orang keluar dari rumah sakit, menurun menjadi antara 75 persen hingga 95 persen, menurut CDC pada 30 Agustus. 

CDC mengatakan penurunan terbesar terjadi di sebagian besar kelompok rentan, orang-orang yang berusia lebih dari 75 tahun. Namun, vaksin masih tetap efektif melawan penyakit yang parah.

Beberapa penelitian menemukan bahwa efektivitas vaksin COVID-19 memudar. Sebuah penelitian yang sedang berlangsung di Amerika Serikat menemukan bahwa efektivitas vaksin COVID-19 turun menjadi 66 persen dari 91 persen setelah varian Delta menjadi dominan di Amerika Serikat.

Sebuah penelitian yang berbeda mengatakan apa yang disebut infeksi terobosan, meningkat menjadi 25 persen dari semua kasus infeksi di Los Angeles County antara 1 Mei hingga 25 Juli.

Israel, dengan angka vaksinasi tertinggi di seluruh dunia, memberikan dosis keempat vaksin COVID-19 Pfizer kepada warganegaranya, setelah menawarkan sebuah suntikan booster ketiga kepada orang-orang yang berusia 12 tahun ke atas pada bulan Agustus. 

Israel dengan penduduk lebih dari 9 juta dan di mana lebih dari 5 juta penduduknya, telah menerima vaksinasi lengkap, sedang mengalami gelombang keempat. Lebih dari 2,7 juta orang Israel telah menerima dosis ketiga pada 8 September.

Definisi vaksin dan vaksinasi terbaru dari CDC AS, sama dengan definisi vaksin dan vaksinasi di kamus Merriam-Webster, yang telah merevisi kata-kata sebelumnya di Februari tahun ini untuk mencakup vaksin messenger RNA.

Pada bulan Januari, Merriam-Webster masih mendefinisikan sebuah vaksin sebagai “sebuah persiapan” mikroorganisme yang dimatikan, organisme-organisme hidup yang dilemahkan, atau organisme-organisme hidup yang sepenuhnya mematikan diberikan untuk menghasilkan atau secara buatan meningkatkan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

Definisi vaksin yang “lebih lama” masih dapat ditemukan di kamus-kamus online lainnya, termasuk Oxford Languages.

Adalah penting juga untuk dicatat bahwa modifikasi pada definisi ‘vaksin’, tidak mengubah fakta bahwa vaksin dan tindakan vaksinasi telah mencegah jutaan penyakit dan menyelamatkan banyak nyawa, kata juru bicara CDC AS. (Vv)

Biden Ajukan Pertemuan Tatap Muka dengan Xi Jinping yang Tidak Mendapat Tanggapan

0

 oleh Wang Xiang – Epochtimes.com

Media Inggris ‘The Financial Times’ mengutip sejumlah sumber terpercaya pada hari Selasa 14 September melaporkan bahwa pekan lalu Presiden Biden telah melakukan pembicaraan lewat sambungan telepon dengan Presiden Xi Jinping selama kurang lebih 90 menit, dan Biden mengusulkan untuk melakukan pertemuan tatap muka dengan Xi Jinping yang tidak mendapat tanggapan.

Laporan itu menyebutkan bahwa Biden mengusulkan untuk mengadakan KTT tatap muka dengan Xi Jinping untuk memecahkan kebuntuan dalam hubungan AS – komunis Tiongkok.

Namun, beberapa sumber yang mengetahui isi panggilan tersebut mengatakan bahwa, para pemimpin komunis Tiongkok menolak usulan tersebut. Tetapi, bersikeras untuk meminta Washington tidak menggunakan nada keras terhadap Beijing.

Laporan menyebutkan bahwa hasil panggilan itu membuat beberapa pejabat AS berpendapat, Beijing lebih memilih untuk terus bersitegang dengan Washington. Gedung Putih menggambarkan panggilan itu sebagai kesempatan untuk menguji, apakah Xi Jinping bersedia berpartisipasi dalam pembicaraan secara serius setelah beberapa pertemuan diplomatik, antara pejabat AS dan komunis Tiongkok gagal mencapai kemajuan dalam memperbaiki hubungan.

‘The Financial Times’ mengutip informasi dari 5 orang sumber yang mengetahui masalah memberitakan bahwa, meskipun Xi Jinping tidak menggunakan bahasa kasar sebagaimana para diplomat seniornya, namun pesan keseluruhan dari Xi yang disampaikan kepada Biden adalah bahwa Amerika Serikat harus mengubah tekanan nada dalam pembicaraan.

Sejak menjabat, Biden telah mengambil sikap keras terhadap komunis Tiongkok, mengkritik Beijing atas tindakan pelanggaran HAM di Xinjiang, menekan gerakan demokrasi Hongkong dan kegiatan militer di sekitar Selat Taiwan. Tetapi untuk itu komunis Tiongkok selalu menanggapi dengan menuduh pemerintahan Biden ikut campur dalam urusan internal komunis Tiongkok.

Dalam situasi dimana Beijing bakal sulit untuk bisa memperoleh benefit dari Washington, pertemuan kedua kepala negara tersebut mungkin berisiko secara politik. Demikian tulis ‘Financial Times’.

Sumber keenam yang mengetahui situasi tersebut mengatakan bahwa, Biden menganggap KTT ini sebagai salah satu dari beberapa kemungkinan kontak lanjutan dengan Xi Jinping. Sebagai Presiden Amerika Serikat, Joe Biden tidak mengharapkan tanggapan langsung dari Xi Jinping.

Pejabat AS lainnya yang mengetahui percakapan tersebut mengatakan bahwa, meskipun Xi Jinping menolak gagasan untuk mengadakan KTT tatap muka, tetapi Gedung Putih percaya bahwa sebagian alasannya adalah karena kekhawatiran tentang COVID-19. Rupanya Xi Jinping belum pernah meninggalkan daratan Tiongkok sejak kunjungannya yang terakhir ke Myanmar pada awal tahun 2020, sebelum virus komunis Tiongkok (COVID-19) merebak ke seluruh dunia.

Amerika Serikat telah mempertimbangkan untuk mengorganisir pembicaraan antar pemimpin dunia selama KTT G20 di Italia pada bulan Oktober mendatang, tetapi media corong pemerintah komunis Tiongkok mengatakan bahwa Xi Jinping mungkin tidak menghadiri KTT G20. 

Pada saat yang sama, juga dikatakan bahwa Xi tidak akan menghadiri pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai di Tajikistan minggu ini, meskipun salah satu topik pembicaraan dari delegasi komunis Tiongkok, Rusia, India, Pakistan, dan negara-negara Asia Tengah adalah masalah Afghanistan.

Seseorang sumber yang akrab dengan percakapan antara Biden dengan Xi Jinping juga mengatakan bahwa, mungkin saja Xi Jinping tidak ingin membuat janji pada saat ini. Sumber lainnya mengatakan bahwa kedua pihak mungkin setuju untuk melakukan panggilan video selama pertemuan G-20. Tetapi ada 3 orang sumber yang mengatakan bahwa Biden kecewa dengan kurangnya minat Xi Jinping untuk berpartisipasi dalam KTT itu.

Laporan resmi Partai Komunis Tiongkok mengenai pembicaraan lewat sambungan telepon kedua kepala negara tersebut menyebutkan, bahwa pembicaraan telepon itu diprakarsai oleh Biden, yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat-lah yang menantikan lebih banyak diskusi dan kerja sama dengan Tiongkok, dan untuk memastikan agar persaingan antara kedua negara tidak berubah menjadi konflik. 

Menurut laporan ‘Financial Times’, dari bahasa yang digunakan oleh media resmi Partai Komunis Tiongkok, terlihat bahwa hal yang ingin disampaikan Beijing adalah Washington-lah yang bekerja lebih keras daripada Beijing dalam upaya memperbaiki hubungan.

Satu hari setelah panggilan itu, ‘Financial Times’ melaporkan bahwa Biden sedang mempertimbangkan pemberian izin kepada Taiwan untuk mengubah nama kantornya di AS dari Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei menjadi Kantor Perwakilan Taiwan. Berita ini menimbulkan tanggapan marah dari pemerintah komunis Tiongkok, yang khawatir bahwa perubahan nama akan memperkuat gagasan Taiwan sebagai negara berdaulat. (sin)

Media Negara Tiongkok Berjibaku ‘Berjuang’ Mendukung Xi Jinping, Ada Apa di Internal PKT?

0

Winnie Han

Media yang dikelola pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT) menjalankan editorial satu demi satu untuk membela perjuangan, tidak lama setelah pemimpin partai komunis Tiongkok, Xi Jinping mengharuskan kader-kader komunis untuk berpegang teguh pada prinsip dan berani berjuang.

Selain itu, laporan media baru-baru ini mengenai tindakan yang diambil untuk mengendalikan banjir–”dianggap sebagai pencapaian politik di Tiongkok–”sama sekali mengabaikan mantan pemimpin Tiongkok Jiang Zemin dan memuji Xi Jinping–”sebuah langkah yang tidak biasa adalah sangat berbeda dengan pelaporan sebelumnya.

Pada 1 September, Xi Jinping menghadiri upacara pembukaan Kursus Pelatihan Kader Usia Muda dan Menengah di Sekolah Partai Pusat dan menyampaikan sebuah pidato”–yang menuntut kader muda harus setia dan berani berjuang.

Xi Jinping mengakui, bahwa Tiongkok saat ini sedang mengalami perubahan besar yang tidak terlihat dalam satu abad ini, dan Partai Komunis Tiongkok menghadapi semakin banyak risiko dan tantangan. 

Xi Jinping memberitahukan kepada peserta pelatihan untuk tidak mengharapkan sebuah kehidupan yang mudah, melainkan bersiap-siap untuk berjuang.

Kemudian, pada 5 September, People’s Daily, corong utama Partai Komunis Tiongkok, menerbitkan sebuah tajuk rencana berjudul Taati Prinsip-Prinsip dan Berani Berjuang. 

Panjangnya sedikit di atas 650 kata, artikel tersebut menggunakan kata perjuangan sebanyak 28 kali. Sebuah ciri khas perdana Partai Komunis Tiongkok adalah keberaniannya untuk berjuang.

Partai Komunis Tiongkok memiliki jejak ‘perjuangan’ saat lahir dan bergantung pada ‘perjuangan’ untuk bertahan, tulis artikel tersebut. Hal itu mengandalkan ‘perjuangan’ untuk sampai ke hari ini, dan hal itu akan tergantung pada ‘perjuangan’ untuk mencari sebuah masa depan [yang cerah].

Pada hari berikutnya, Komisi Pusat Inspeksi Disiplin juga menerbitkan sebuah artikel online  menggunakan judul yang sama,  mengklaim bahwa arah umum perjuangan Partai Komunis Tiongkok adalah untuk mematuhi kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok dan sistem sosialis.

Pada hari yang sama, sebuah outlet militer Tiongkok juga menerbitkan sebuah komentar dengan kurang dari 600 kata, namun menyebut kata “perjuangan” sebanyak 25 kali.

Sekitar waktu yang sama, People’s Daily dan Xinhua News Agency, menerbitkan artikel yang memuji bagaimana Partai Komunis Tiongkok, melawan banjir Sungai Yangtze pada tahun 1998. Kedua artikel itu tidak hanya memiliki tema yang sama, tetapi juga ditulis dengan gaya yang sama.

Yang paling mencolok adalah bahwa tidak ada artikel yang menyebutkan Jiang Zemin, pemimpin Partai Komunis Tiongkok pada saat itu, tetapi sangat memuji instruksi pencegahan banjir oleh Xi Jinping  ketika Xi Jinping mengunjungi Provinsi Anhui pada tahun 2020.

Faktanya, sebenarnya keputusan Jiang Zemin yang memperburuk kerusakan disebabkan oleh banjir Sungai Yangtze pada tahun 1998.

Pada 6 Agustus 1998, ketika banjir memuncak di hulu Sungai Yangtze dan tiba di Yichang, Provinsi Hubei, Jiang Zemin memerintahkan pejabat setempat untuk dengan ketat menjaga dan melindungi tanggul utama Sungai Yangtze. 

Jiang Zemin  memveto rencana “membuka pintu air dan mengalihkan banjir”, bersama-sama diusulkan oleh Dewan Negara Partai Komunis Tiongkok dan pihak berwenang di Hubei. 

Sebagai akibatnya, banjir meruntuhkan sejumlah tanggul di beberapa lokasi di hilir, antara lain sebuah  lokasi penting, menyebabkan puluhan ribu kematian dan puluhan miliar dolar dalam kerugian ekonomi.

Ketika banjir mengamuk, Jiang Zemin tetap pada perintahnya untuk menjaga dengan ketat terhadap banjir tanggul utama, dan terus-menerus mengirimkan pasukan tambahan dan polisi bersenjata, serta tenaga kerja di tingkat-tingkat lokal untuk menjaga keutuhan tanggul. 

Menurut data dari Kementerian Pemeliharaan Air, lebih  dari 70 juta personel militer dan pekerja migran dimobilisasi di sepanjang Sungai Yangtze saja, dan sekitar 1,5 miliar dolar AS dalam bentuk sumber daya keuangan diinvestasikan dalam usaha ini.

Setelah banjir, Jiang Zemin memeriksa tanggul Jingjiang di Hubei pada 25 Agustus 1998, dan membual mengenai betapa kuatnya Tentara Pembebasan Rakyat.

Khususnya, laporan sebelumnya mengenai topik pada tahun 1998 memuji Jiang Zemin. Namun, artikel terbaru ini tidak menyebut Jiang Zemin sama sekali. 

Sebagai gantinya, liputan besar-besaran dikhususkan untuk pidato Xi mengenai pencegahan dan pengendalian banjir selama kunjungannya ke Provinsi Anhui pada tahun 2020.

Pada tahun 2022, Partai Komunis Tiongkok akan mengadakan Kongres Nasional ke-20. Li Yanming, seorang komentator urusan Amerika Serikat terkini dan pakar Tiongkok, mengatakan kepada The Epoch Times, bahwa artikel yang menggembar-gemborkan perjuangan menunjukkan bahwa konflik internal Partai Komunis Tiongkok di eselon atas baru-baru ini meningkat. 

Xi Jinping telah membersihkan  raksasa internet, sistem politik dan hukum, sistem keuangan, serta selebriti di industri hiburan — yang memiliki hubungan dengan faksi Jiang Zemin — dalam mempercepat terselenggaranya Kongres Nasional ke-20. 

Ini semua adalah tanda yang menunjukkan bahwa, faksi Xi Jinping sedang mencoba untuk menyapu bersih faksi Jiang Zemin, dan menunjuk perjuangan internal untuk Jiang Zemin sendiri. (Vv)

Winnie Han saat ini terlibat dalam pelaporan berita Tiongkok untuk The Epoch Times. Dia adalah dosen di Nantong University of China dan editor untuk Epoch Times Selandia Baru. Dia memegang BA dan MA dalam Psikologi Pendidikan dan Perkembangan serta Magister Filsafat dan Ph.D. dalam Studi Wanita

“Rudal Jelajah Strategis” Korut Diluncurkan, Gedung Putih: Masih Siap Dihadapi

0

Jin Shi – NTD

Baru-baru ini, korea Utara mengumumkan keberhasilan menguji “rudal jelajah jarak jauh yang baru dikembangkan” selama akhir pekan lalu. Rudal itu terbang 1.500 kilometer di atas Korea Utara dan mengenai sasaran.

Korea Utara secara resmi merilis dua foto uji coba rudal. Pihak korut mengatakan bahwa rudal jelajah yang diuji kali ini “strategis.” Analisis percaya, ini berarti bahwa rudal itu mungkin dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir.

Harry Kazianis, seorang ahli dari The Center for the National Interest mengatakan: “Teknologi rudal jelajah memungkinkan Korea Utara menjangkau hampir semua pulau di Jepang. Jika hulu ledak nuklir dapat dipasang pada rudal, masalahnya akan menjadi lebih serius dan mengkhawatirkan.”

Rudal jelajah tidak secepat rudal balistik, tetapi mungkin lebih sulit dideteksi. Para ahli menunjukkan bahwa teknologi rudal jelajah Korea Utara kemungkinan berasal dari Komunis Tiongkok.

Richard Fisher, pakar masalah militer Asia menuturkan, rudal jelajah terbang dengan kecepatan subsonik. Jika Anda dapat menemukannya tepat waktu, Anda memiliki peluang lebih baik untuk menembaknya jatuh. Tetapi, karena rudal jelajah lebih kecil dan lebih tersembunyi, mereka lebih sulit untuk dideteksi. Terutama ketika mereka terbang dekat dengan darat. Kebanyakan rudal jelajah dirancang dengan cara ini.”

Setelah Korea Utara mengumumkan uji coba misilnya, pemerintah Jepang menyatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat dan mengikuti perkembangan.

Menteri luar negeri Australia dan Korea Selatan bertemu di Seoul  dan menuntut agar Korea Utara melanjutkan negosiasi tentang denuklirisasi.

Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne berkata: “Saya mengulangi pernyataan konsisten Australia dan menyerukan Korea Utara untuk melanjutkan komitmennya untuk berbicara dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.”

Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan , “Sehubungan dengan Korea Utara, posisi AS tidak berubah dan kami masih siap untuk menghadapi mereka.”

Richard Fisher menegaskan : “Setelah kegagalan Afghanistan (penarikan diri), Tiongkok (Komunis Tiongkok) semakin tidak takut pada Amerika Serikat. Tentu saja, Korea Utara akan membuat penilaian serupa. Pengujian rudal jelajah menunjukkan bahwa mereka tidak begitu takut pada Joe.Biden.  Kita mungkin melihat Korea Utara menguji lebih banyak rudal baru dalam beberapa minggu atau bulan mendatang.”

Sejak tahun 2017, Korea Utara belum menguji coba rudal balistik antarbenua dan senjata nuklir. Pada tahun 2019, negosiasi antara Korea Utara dan Amerika Serikat gagal, karena kedua pihak memiliki perbedaan besar tentang cara melonggarkan sanksi terhadap Korea Utara.

Pada Maret tahun ini, Korea Utara menguji dua rudal balistik jarak pendek, yang dianggap sebagai ujian sikap pemerintahan baru AS.

Sejauh ini, pemerintahan Biden  belum merilis niatnya untuk memperlambat sanksi terhadap Korea Utara. (hui)

Seorang Pria Muda di Tiongkok Bertanya pada Ayahnya Apakah Dia Pernah Membuatnya Menangis

0

ETIndonesia-Seorang pria muda Tiongkok telah menginspirasi banyak orang di dunia maya setelah berbagi cerita yang menghangatkan hati tentang pertama kali dalam hidupnya ia membuat ayahnya menangis.

Siapkan tisumu.

(Foto : Instagram / Han.Alexander)

Sepanjang ingatannya, Han tidak pernah melihatnya ayahnya menangis. Suatu hari, Han bertanya pada ayahnya apakah dirinya pernah membuatnya menangis.

Yang membuatnya terkejut, kejadian itu pernah terjadi satu kali, dan kami paham alasan di balik reaksi ayahnya.

Han menulis di Tumblr, “Saya tanya ayah apakah saya pernah membuatnya menangis di depan saya sebelumnya, karena saya tidak ingat pernah melihatnya menangis. Ayah menjawab ‘pernah’.”

(Foto : Instagram / Han.Alexander)

Ketika itu ayahnya melakukan sedikit latihan saat Han berusia 3. Mengatasi rasa bosan, ayahnya meminta Han memilih antara sebuah pena, selembar uang dan sebuah mainan.

“Ayah bilang pada saya bahwa saat saya umur tiga tahun, ia meletakkan sebuah pena, selembar uang dan sebuah mainan berjejer di depan saya.

Ayah ingin melihat benda mana yang akan saya ambil. Saya kira banyak orang Tiongkok yang juga melakukan itu… Hal itu melambangkan sesuatu yang akan kita paling hargai setelah dewasa. Seperti pena itu mewakili kecerdasan, uang, yaah, uang dan mainan itu kesenangan,” sambung Han.

(Foto : Instagram / Han.Alexander)

“Ayah hanya melakukannya karena penasaran dan bosan. Menarik baginya untuk melihat benda mana yang akan saya pilih. Ayah mengatakan bahwa saya hanya duduk di sana dan menatap barang-barang itu. Ayah duduk di depan saya dan menunggu dengan sabar. ”

Ternyata, Han muda memilih sesuatu yang lain dari pilihan-pilihan ayahnya itu.

(Foto : Instagram / Han.Alexander)

“Menurutnya, saya merangkak ke arah benda-benda itu, Ayah menahan napas, dan saya menyingkirkan semuanya dan langsung masuk ke pelukan Ayah. Ayah tidak menyadari bahwa dia adalah salah satu pilihan,” tulis Han.

“Dan itu pertama kalinya, dan satu-satunya saat saya membuat Ayah menangis.”

(Foto : Instagram / Han.Alexander)

Orang-orang di dunia maya telah ikut terharu sejak Han mempublikasikan ceritanya, namun banyak juga orang yang telah terinspirasi untuk berbagi kisah serupa mereka:

Pernahkah Anda membuat ayah Anda menangis?(iin/yant)

Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.

Seorang Siswi Memulihkan Rasa Kemanusiaan Setelah Dia Terlihat Menyuapi Seorang Tunawisma

ETIndonesia-Mahatma Gandhi mengingatkan: “Janganlah sampai kehilangan rasa kemanusiaan. Kemanusiaan adalah sebuah samudera; jika sesuatu yang jatuh ke samudera adalah kotor, maka samudera tidak menjadi kotor.”

Ya, ada sedikit “apel” jelek di dalam masyarakat, tetapi itu tidak berarti seluruh keranjang adalah busuk. Yang harus kita lakukan adalah membuang yang buruk, dan membiarkan yang baik tumbuh.

Generasi muda saat ini telah menunjukkan sisi buruk pada beberapa hal.

Kita melihat anak muda mem-bully orang lebih tua, anak-anak membolos demi main game, dan remaja melakukan hubungan intim di usia yang sangat muda. Tetapi, siswa SMU ini menunjukkan bahwa generasi muda bisa lebih baik.

Pengguna Facebook Joshua Aquiler memperhatikan seorang siswa duduk di samping seorang tunawisma dan memutuskan untuk merekam aksi tak egoisnya.

Nampaknya, dia memberi makan tunawisma , yang mungkin belum makan beberapa hari. Tidak hanya dia memberi makan tunawisma makanan, tetapi dia juga memotongkan daging untuknya!

Ketika ia menyuapinya, dia nampak berbicara dengannya —sesuatu yang tunawisman butuhkan sesekali. Ada beberapa waktu ketika tunawisma hanya butuh seseorang untuk diajak bicara, dan siswa SMU itu melakukan itu untuknya.

Aquiler meresa tercerahkan ada seseorang melakukan sesuatu yang menyentuh, akhirnya dia memutuskan membagikan video itu ke media sosial.

Video itu segera mendapatkan ribuan reaksi dan share dari warganet yang memuji remaja itu karena menyentuh rasa kemanusiaan mereka. (YnY/yant)

Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.