Home Blog Page 995

Ahli Epidemiologi : Puncak Kedua Gelombang Serangan Wabah COVID di Tiongkok Diprediksi pada Mei atau Juni

0

Kathleen Li dan Lynn Xu

Wabah COVID-19 di Tiongkok saat ini diperkirakan akan mencapai puncak kedua dalam beberapa bulan mendatang, menurut ahli epidemiologi Tiongkok. Gelombang pertama terus melanda negara ini, menewaskan sejumlah besar kader veteran Partai Komunis dan selebritas di berbagai bidang dan membebani sistem medis Tiongkok.

Tanggal puncak untuk gelombang kedua infeksi intensif akan terjadi antara Mei dan Juni tahun ini. Prediksi tersebut datang dari Zhang Wenhong, direktur Pusat Nasional Penyakit Menular Tiongkok dan kepala penyakit menular di Rumah Sakit Huashan Shanghai, menurut laporan 10 Januari dari portal berita daratan Tiongkok, Sina.

Sementara itu, ahli epidemiologi Tiongkok Zeng Guang mengatakan dalam laporan Caixin News, yang diterbitkan pada 12 Januari, bahwa gelombang nasional akan bertahan pada puncaknya selama 2-3 bulan, dengan kasus-kasus yang parah berlangsung sedikit lebih lama. Zeng adalah anggota kelompok ahli senior dari Komisi Kesehatan Nasional dan kepala ilmuwan di Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok.

Prediksi ini muncul ketika gelombang pertama virus masih menerjang daratan Tiongkok.

Serentetan obituari kematian harian orang terkenal dalam beberapa minggu terakhir telah menjadi bukti skala wabah tersebut. Sampel harian pada 13 Januari termasuk Mao Ahi, anggota Akademi Teknik Tiongkok, Xuan Ke, seorang etnografer musik, dan penyanyi terkenal Xie Lisi. Meskipun berita kematian kader Partai Komunis, akademisi, dan tokoh-tokoh hiburan telah menjadi berita di seluruh dunia, laporan resmi tidak menyebutkan COVID-19, dan umumnya hanya merujuk pada “penyakit.”

Wabah eksplosif telah melanda Tiongkok sejak awal Desember, ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) melonggarkan kebijakan Nol COVID-19 yang telah diterapkan selama bertahun-tahun. Lonjakan kematian  dramatis pun terjadi.

Lansia Menanggung Beban Terbesar dari Virus

“Banyak orang lanjut usia yang meninggal dunia dalam gelombang epidemi ini, seperti pensiunan pejabat senior dan seniman seni pertunjukan, yang sudah berusia 80-an dan 90-an,” Komentator Jepang Li Wenzheng mengatakan kepada The Epoch Times pada 13 Januari.

Li menempatkan beberapa tanggung jawab atas kematian tersebut pada PKT. Para anggota partai yang sudah lanjut usia tidak lagi berguna bagi rezim, tetapi menikmati uang pensiun yang tinggi dan perawatan medis khusus serta asuransi sebagai hadiah atas kesetiaan mereka kepada partai. Kematian mereka meringankan beban ekonomi rezim, di saat Tiongkok sedang berjuang secara ekonomi setelah tiga tahun menghadapi pandemi.

Dalam sebuah postingan di Weibo pada 21 Desember, ekonom Tiongkok Mei Xinyu, seorang peneliti di Kementerian Perdagangan, meratapi kematian ayah mertuanya, Hu Angang – seorang anggota partai yang sudah lanjut usia dan dihormati.

Mei mengatakan bahwa ayah mertuanya “berakhir di lantai kamar mayat rumah sakit menunggu untuk dikremasi” karena “200-300 mayat menunggu untuk dikremasi setiap hari di pemakaman Babaoshan Beijing, dan hari ini tidak ada antrean untuknya.” Hu bukanlah warga biasa. Dia adalah seorang profesor di Universitas Tsinghua, direktur Institut Studi Nasional, dan kepala ahli di Institut Tata Kelola Nasional dan Global.

Terpaksa Menyimpan Jenazah di Rumah

Situasi ini bahkan lebih sulit bagi warga Tiongkok pada umumnya. Mendapatkan perawatan medis sangat sulit, dan ketika gagal, sama sulitnya untuk mendapatkan tempat untuk kremasi. 

Pihak keluarga kadang-kadang terpaksa menyimpan mayat orang yang dicintai di rumah atau di dalam kendaraan mereka, kata seorang warga Shanghai yang tidak disebutkan namanya kepada The Epoch Times. 

Sedangkan, warga Shanghai Zhang Pei (nama samaran) mengatakan kepada The Epoch Times bahwa seorang teman membayar tambahan 5.000 dolar AS untuk mendapatkan kremasi tepat waktu bagi seorang anggota keluarga yang sudah lanjut usia.

Warga Shanghai Wu Fangyan (nama samaran) mengatakan pada 13 Januari bahwa “rumah sakit masih penuh sesak. Hanya satu obat yang diberikan untuk setiap kunjungan, dan satu obat tersebut tidak menurunkan demam, jadi Anda harus kembali pada sore hari dan mengantri berjam-jam … terus mendaftar, mengantri, menemui dokter, dan mendapatkan obat.”

Wu mengungkapkan rasa frustasinya karena dokter tidak mau memberikan lebih dari satu dosis obat. “Kadang-kadang Anda bahkan tidak bisa mendapatkan [satu dosis] obat setelah mengantre berjam-jam.”

“Sikap pemerintah terhadap kami adalah mengabaikan apakah kami bisa bertahan hidup atau tidak.”  Yang kuat bertahan hidup, sisanya mati, kata Wu.

Pejabat : ‘Pertempuran yang telah dipersiapkan’

Para pembuat kebijakan Tiongkok memiliki cerita yang berbeda. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin mengklaim pada konferensi pers pada 9 Januari bahwa Tiongkok sedang berjuang dalam “pertempuran yang telah dipersiapkan” untuk melawan epidemi.

Seluruh dunia terus menyatakan keprihatinannya tentang data kematian dan infeksi yang tidak jelas dari Tiongkok. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada 11 Januari bahwa mereka bekerja sama dengan Tiongkok tetapi mengatakan bahwa respon negara itu ditantang oleh kurangnya data. 

“Ada beberapa kesenjangan informasi yang sangat penting yang sedang kami upayakan untuk diisi oleh Tiongkok,” kata pemimpin teknis COVID-19 WHO Maria Van Kerkhove. (asr)

Misteri Epidemi Tiongkok : Mengapa Strain Virus yang Sama Menimbulkan 2 Keadaan yang Berbeda ?

0

oleh Lin Yutang dan Zhang Ruizhen 

Setelah Tiongkok membuka perbatasannya pada 8 Januari, media resmi Tiongkok melaporkan bahwa rata-rata setiap hari ada sekitar 500.000 orang warga yang melakukan lintas perbatasan melalui berbagai bandara. Kementerian Taiwan dalam upayanya untuk mengumpulkan strain virus “bawaan” wisatawan asal daratan Tiongkok yang memasuki Taiwan menemukan bahwa, strain virus “bawaan” mereka masih terutama BA.5 dan BF.7.

Hal yang menarik perhatian kalangan medis dunia adalah mengapa strain virus yang sama tetapi hanya di daratan Tiongkok yang menyebabkan epidemi yang begitu serius ?

Seorang wisatawan asal Tiongkok di Bandara Internasional Ibukota Beijing mengatakan : “Kami merasa senang karena kami sudah bisa melakukan perjalanan keluar kota, pergi ke tempat-tempat yang tidak bisa kami kunjungi dalam waktu 3 tahun terakhir.”

Warga negara Tiongkok kini telah terbebas dari jeratan larangan ekstrim dan tidak manusiawi dari pemerintah komunis Tiongkok selama tiga tahun terakhir. Mulai dari 7 Desember tahun lalu, mereka tidak perlu lagi menjalani tes asam nukleat dan memeriksa kode kesehatan setiap hari, dan mereka dapat dengan bebas bepergian ke luar negeri mulai 8 Januari 2023. Namun, akibat PKT terus menyembunyikan data epidemi yang sebenarnya, menyebabkan banyak negara memperkuat pengendalian terhadap penyebaran epidemi terutama dengan masuknya wisatawan asal Tiongkok.

Guido Bertolaso, Kepala Dinas Kesehatan Lombardy, Italia mengatakan : “Dari gelombang pertama wisatawan asal Tiongkok yang datang, terdapat 35 dari 92 orang yang dinyatakan positif COVID-19. Yang lebih celaka adalah 62 dari 120 orang wisatawan yang datang pada gelombang berikutnya telah dinyatakan positif COVID-19.”

Pada akhir Desember tahun lalu, Italia melakukan skrining COVID-19 terhadap seluruh wisatawan asal Tiongkok yang masuk Italia, dan menemukan bahwa lebih dari separuh wisatawan tersebut telah didiagnosis positif COVID-19. Setelah itu, pemerintah Jepang, Korea Selatan, termasuk banyak negara Eropa dan Amerika Serikat juga memperkuat pengendalian dan pencegahan, tetapi ada juga negara yang memilih untuk tidak menerapkan inspeksi wajib, termasuk Selandia Baru, Indonesia, dan Thailand.

Wisatawan asal Tiongkok yang tiba di Thailand mengatakan : “Kami sangat senang bisa kembali ke Thailand, kami telah menunggu selama tiga tahun !”

Pada 11 Januari media Tiongkok melaporkan bahwa hampir setengah dari wisatawan asal Tiongkok melakukan perjalanan ke Thailand. Media Thailand “The Bangkok Post” mengutip informasi dari penanggung jawab Bandara Suvarnabhumi memberitakan bahwa selama periode Tahun Baru Imlek dari 16 hingga 28 Januari, wisatawan asal daratan Tiongkok yang datang diperkirakan mencapai 1,8 juta orang.

Menurut sekuensing gen yang dirilis oleh Pusat Komando Epidemi Pusat Taiwan, strain virus utama yang menyebar di daratan Tiongkok masih terutama BA.5 dan BF.7. Secara umum, tingkat penyakit parah dan kematian yang disebabkan oleh strain virus ini seharusnya relatif lemah, tetapi mengapa ada di daratan Tiongkok justru menyebabkan tingkat kematian yang begitu tinggi ? Ini yang perlu menjadi perhatian. Mungkinkah epidemi menarget PKT itu benar adanya.

Tang Jingyuan, seorang komentator dan pemerhatian urusan Tiongkok mengatakan : “Virus yang sama, tetapi di daratan Tiongkok ia berpenampilan seperti ledakan bom nuklir, bahkan infeksi ulang yang menyebabkan penyakit berubah serius sering muncul. Lalu mengapa orang yang terinfeksi virus yang sama di daratan, setelah tiba di luar negeri, strain virus itu langsung menunjukkan penampilan yang berbeda ?”

Tang Jingyuan yang juga memiliki latar belakang medis, percaya bahwa dengan perkembangan epidemi, fakta sebenarnya akan menjadi semakin jelas. (sin)

Xi Jinping Berada dalam Dilema Hadapi Epidemi yang Telah Diprediksikan Menarget PKT

0

 oleh Luo Tingting

Pada 18 Januari, Xi Jinping untuk pertama kalinya berbicara secara terbuka tentang situasi di Tiongkok pasca pelonggaran pencegahan epidemi, dan menjelaskan soal kebijakan pencegahan epidemi ketat yang telah berlangsung selama 3 tahun terakhir. Fakta membuktikan bahwa Xi Jinping sedang menghadapi dilema dalam upaya mencegah penyebaran epidemi. Pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi beberapa tahun sebelumnya telah memprediksikan bahwa epidemi ini menarget partai Partai Komunis Tiongkok.

Xi Jinping Mengklaim kebijakan Nol Kasus adalah Benar

Media Partai Komunis Tiongkok “CCTV News” dalam laporannya menyebutkan bahwa Xi Jinping menyampaikan rasa simpatinya kepada pejabat partai akar rumput dan pemerintah melalui konferensi video di Balai Agung Rakyat, Beijing pada 18 Januari. Xi juga menghubungi Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Harbin untuk menanyakan ihwal situasi perawatan rumah sakit setelah adanya penyesuaian kebijakan pencegahan epidemi.

Xi Jinping mengatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir, pemerintah Tiongkok telah secara ketat menerapkan “Kontrol kelas A terhadap penyakit kelas B” (yaitu, kebijakan lockdown ketat) adalah pilihan yang tepat. Karena ia sanggup menekan tingkat keparahan penyakit dan tingkat kematian.

Xi juga mengatakan bahwa sekarang pencegahan epidemi telah memasuki tahap baru, yang masih membutuhkan “perjuangan keras”.

Seorang pasien yang menerima oksigen di koridor rumah sakit Beijing pada 2 Januari 2023. (Getty Images)

Pejabat WHO Mengungkapkan Kebenaran

Namun, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia pernah mengungkapkan bahwa kebijakan Nol Kasus tidak efektif melawan virus (COVID-19). Sebelum Beijing memutuskan untuk melonggarkan secara total pencegah penyebaran, epidemi di Tiongkok sudah menyebar tanpa dapat dikendalikan. Otoritas PKT sangat menyadari hal ini, jadi mereka memutuskan untuk mengubah kebijakan pencegahan epidemi.

Pejabat Politik dan Hukum Senior di Beijing : PKT Menyembunyikan Informasi tentang Sejumlah Besar Pejabat Senior telah Meninggal Sebelum Pencegahan Epidemi Dilonggarkan

Pada 19 Desember tahun lalu, Radio Free Asia mengutip informasi yang disampaikan oleh seorang pejabat politik dan hukum senior di Beijing memberitakan bahwa sebelum Beijing melonggarkan langkah-langkah pencegahan epidemi, telah terjadi infeksi yang luas dalam sistem medis, banyak staf medis dan warga lansia yang positif terinfeksi, jumlah kematian melonjak tinggi, rumah duka / krematorium harus bekerja di luar batas kemampuan, sistem layanan medis menjadi lumpuh akibat kelebihan beban, tetapi situasi ini terus disembunyikan oleh pihak berwenang.

Pejabat senior ini juga mengungkapkan bahwa kerabatnya meninggal dunia karena terinfeksi virus COVID-19 saat menjalani pemulihan kesehatan di rumah sakit, tetapi kesimpulan kematian yang ditulis oleh dokter adalah infeksi saluran kemih. Butuh lima hari bagi jenazah untuk dikremasi.

Dia juga mengungkapkan bahwa penyembunyian fakta tentang epidemi secara langsung menyebabkan kematian sejumlah besar pensiunan pejabat tinggi, dan lebih banyak warga sipil. Dia mengaku bahwa dirinya yang sudah termasuk 1% tingkat sosial golongan atas saja menghadapi banyak hambatan, sulit untuk membayangkan bagaimana situasi yang harus dihadapi oleh rakyat kebanyakan.

Karena PKT terus menutupi fakta mengenai epidemi, data epidemi resmi dipertanyakan secara luas oleh dunia luar, tetapi data yang akurat tidak dapat diperoleh.

Pada 16 Januari, media Epoch Times melaporkan bahwa Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong mengatakan bahwa selama 3 tahun terakhir PKT terus menutupi fakta tentang epidemi. Epidemi di Tiongkok telah menyebabkan 400 juta orang meninggal dunia. Ketika gelombang epidemi ini berakhir, Tiongkok akan kehilangan 500 juta jiwa.

Guru Li Hongzhi juga mengatakan bahwa ketika SARS muncul terakhir kali, 200 juta orang meninggal di Tiongkok. Bertahun-tahun kemudian, PKT menemukan bahwa populasi telah menurun, dan segera merilis sistem dua dan tiga anak.

Guru Li mengungkapkan bahwa 400 juta orang meninggal akibat wabah di Tiongkok, mengejutkan dunia. Banyak ahli melalui verifikasi dan analisis menemukan bahwa angka ini tidak berbeda jauh dengan fakta yang terjadi.

Misalnya, PKT secara resmi mengumumkan pada 17 Januari bahwa populasi nasional pada akhir tahun 2022 adalah 1,41 miliar jiwa. Namun pada bulan Juli 2022, data yang bocor dari sistem Biro Keamanan Umum Shanghai menunjukkan bahwa setelah epidemi menyebar selama tiga tahun, populasi Tiongkok yang tersisa hanya 1 miliar jiwa.

Pada 22 Desember 2022, sejumlah besar mobil pengangkut jenazah sedang mengantri masuk gerbang krematorium di Beijing. (STF/AFP/Getty Images)

Negara Barat Tidak Menerapkan Lockdown, Justru Membuat Epidemi Cepat Mereda

Selain itu, penutupan kota, karantina berskala besar yang sering dilakukan oleh PKT, dan tes asam nukleat yang terus menerus selama tiga tahun terakhir telah menyebabkan bencana kemanusiaan yang serius, menimbulkan keluhan publik yang meluas, dan akhirnya memicu terjadinya Revolusi Kertas Putih di seluruh negeri. Sejumlah besar warga sipil Tiongkok turun ke jalan, meneriakkan slogan politik “Partai Komunis Tiongkok mundur”.

Otoritas PKT terpaksa mengeluarkan “10 Aturan Baru” untuk pencegahan epidemi pada 7 Desember, mengumumkan pencabutan kebijakan Nol Kasus. Namun, pelepasan kendali tanpa peringatan dan persiapan itu telah memicu gelombang epidemi yang lebih besar.

Namun, sangat berbeda dari kebijakan Nol Kasus PKT, negara-negara di seluruh dunia lebih memilih untuk hidup berdampingan dengan virus, akhirnya epidemi pun mereda dalam lebih dari dua tahun, roda ekonomi dapat berputar kembali dan kehidupan masyarakat berangsur pulih.

Contoh paling khas adalah penyelenggaraan sepakbola Piala Dunia di Qatar pada bulan November 2022, dimana para pecinta sepak bola dari seluruh dunia berkumpul di stadion. Adegan puluhan ribu orang dalam stadion yang menyaksikan karnaval juga disiarkan secara langsung oleh media resmi PKT. Dan, hal mana sempat berdampak sensorik yang besar terhadap orang-orang Tiongkok yang dikurung dalam rumah dan hanya menjalani tes asam nukleat dari hari ke hari.

Banyak komentar-komentar di Internet yang membandingkan antara kebijakan ketat dalam pencegahan epidemi di Tiongkok dengan “puluhan ribu orang yang bersuka ria di Piala Dunia, mengapa di sana tidak ada wabah, dan mengapa mereka tidak takut tertular?”

Virus  (COVID-19) Menarget Partai Komunis Tiongkok

Setelah PKT gagal dalam memberantas epidemi, baru mau mulai belajar dari model Barat yakni hidup berdampingan dengan virus, dan melonggarkan kebijakannya dalam pencegahan yang ketat. Akibatnya, sejumlah besar kasus parah dan kematian terjadi. Rumah sakit dan rumah duka di seluruh negeri penuh, jenazah terus didatangkan tanpa henti-hentinya ke krematorium.

Berita duka yang diposting di media sosial terus bermunculan, dan sejumlah besar merupakan pejabat senior PKT, anggota partai, dan selebritas dari semua lapisan masyarakat serta dari segala usia yang pro-PKT telah meninggal dunia. Komunitas internasional dikejutkan oleh situasi epidemi di Tiongkok saat ini, banyak ahli berspekulasi bahwa virus varian baru dengan tingkat kematian yang lebih tinggi mungkin sedang menyebar di daratan Tiongkok.

Faktanya, ketika epidemi merebak di Wuhan pada awal tahun 2020, pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi telah memperingatkan dalam artikelnya yang berjudul “Rasional” : “Tetapi saat ini wabah “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT. Jika tidak percaya kalian coba lihatlah, saat ini negara-negara yang paling parah, semuanya adalah yang dekat dengan partai jahat, begitu juga dengan manusia”.

Guru Li Hongzhi memperingatkan manusia di dunia : “Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat, karena di belakangnya adalah iblis merah, perilaku permukaannya adalah berandal, bahkan berani melakukan segala kejahatan. Dewa akan mulai memberantasnya, dan mereka yang berdiri di pihaknya juga akan disingkirkan. Jika tidak percaya tunggu dan lihat saja”.

Jadi bagaimana kita bisa terhindar dari bencana ini ? Guru Li Hongzhi menunjukkan : “Manusia seharusnya dengan tulus bertobat kepada Dewa, ‘diri saya ada kesalahan di mana, mohon diberikan kesempatan untuk berubah’, ini barulah caranya, ini barulah obat mujarab”.

Guru Li Hongzhi juga memberitahu murid-muridnya cara menyelamatkan orang yang berada dalam bahaya : “Seperti mengklarifikasi fakta – mengajukan 3 pemunduran dan secara tulus melafalkan kata-kata yang mengandung kebenaran,  semuanya itu adalah obat mujarab dan cara menyelamatkan manusia yang terbaik.” (sin)

Kominfo Tutup 7 Situs dan Grup Medsos yang Memuat Jual Beli Organ Tubuh

0

ETIndonesia- Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memutus akses tujuh situs dan lima grup media sosial yang memuat konten jual beli organ tubuh manusia. Pemutusan akses itu sudah dilakukan sejak Kamis (12/01/2023). 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel A. Pangerapan menyatakan pemutusan akses itu dilakukan sesuai permintaan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Kepolisian Negara RI. 

“Kami sudah menerima surat dari Bareskrim Polri kemarin dan hari ini. Isinya meminta Kominfo untuk melakukan pemutusan akses atas tujuh situs yang memuat konten manipulasi data tersebut,” jelasnya di Jakarta Pusat, Jumat (13/01/2023) dalam siaran pers Kominfo.

Menurut Dirjen Semuel, sebelumnya Tim AIS Kementerian Kominfo telah melakukan pemantauan terhadap beberapa situs dan akun media sosial yang diduga memuat konten jual beli organ tubuh. 

“Kami melakukan pencarian situs jual beli organ tubuh manusia seperti yang disampaikan penyidik Kepolisian yang tengah menangani kasus di Makassar dengan laporan adanya situs jual beli organ tubuh lewat Yandex,” tuturnya.

Selain menemukan situs, Tim AIS Kementerian Kominfo juga menemukan lima grup media sosial Facebook dengan konten serupa. Hasil temuan itu kemudian disampaikan ke Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri untuk mengonfirmasi pelanggaran yang terjadi. 

“Semua datanya kami kirimkan untuk memastikan situs tersebut benar-benar melanggar hukum. Lalu Bareskrim Polri mengirim surat untuk memutus akses 3 situs pada Kamis dan hari ini (Jumat) ada 4 situs,” tuturnya. 

Berdasarkan hasil penyelidikan, ketujuh situs tersebut melanggar Pasal 192 jo Pasal 64 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

“Ketiga situs tersebut sudah tidak bisa diakses secara normal per Kamis, 12 Januari 2023 pukul 22.00 WIB. Dan empat situs akan diputus aksesnya dalam kurun waktu satu kali 24 jam ke depan,” jelas Dirjen Semuel.

Dirjen Aptika Kementerian Kominfo menyatakan pemutusan akses situs dan akun media sosial dilatari pertimbangan ada indikasi tindak pidana memperjualbelikan atau jaringan tubuh dengan dalih apapun yang dilarang dan sangat meresahkan masyarakat.  

“Berdasarkan hasil profiling dan analisis semua situs itu berada atau dibuat di luar negeri,” tandasnya. 

Dirjen Semuel mendorong masyarakat untuk segera melapor ke Kementerian Kominfo jika menemukan situs sejenis agar bisa dilakukan penanganan sesuai perundangan yang berlaku. 

“Peran masyarakat penting untuk membantu penyidikan. Dan kami mengharapkan masyarakat dapat melaporkan lewat aduankonten.id,” ungkapnya. (asr)

Ramai Konten Ngemis Online di Medsos, Kemensos Tindak Kegiatan yang Mengeksploitasi Lansia, Anak dan Penyandang Disabilitas

ETIndonesia- Menteri Sosial Tri Rismaharini mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada pemerintah daerah untuk menindak maraknya ngemis online di platform media sosial TikTok . 

Sebelumnya, Menteri Sosial berjanji akan menyurati Pemda terkait isu yang sedang ramai di media sosial.

“Nanti saya surati ya. Ndakndak (bukan ke kepolisian). Saya imbauan ke daerah, itu (ngemis online) memang engga boleh,” katanya di Jakarta, Rabu (18/1) dalam siaran persnya.

Edaran tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penertiban Kegiatan Eksploitasi dan/atau Kegiatan Mengemis yang Memanfaatkan Lanjut Usia, Anak, Penyandang Disabilitas, dan/atau Kelompok Rentan lainnya. 

Dalam edaran yang diterbitkan tanggal 16 Januari 2023 itu, para gubernur dan bupati/wali kota dihimbau untuk mencegah adanya kegiatan mengemis, baik yang dilakukan secara offline maupun online di media sosial yang mengeksploitasi para lanjut usia, anak, penyandang disabilitas, dan/atau kelompok rentan lainnya.

Edaran Mensos juga mengatur tindakan yang harus dilakukan jika menemukan kegiatan eksplotasi. Pemerintah daerah dan masyarakat diminta melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Satuan Polisi Pamong Praja apabila menemukan kegiatan mengemis dan/atau eksploitasi para lanjut usia, anak, penyandang disabilitas, dan/atau kelompok rentan lainnya. 

Tidak hanya itu, Pemda diminta untuk memberikan perlindungan, rehabilitasi sosial, dan bantuan kepada para lanjut usia, anak, penyandang disabilitas, dan/atau kelompok rentan lainnya yang telah menjadi korban eksploitasi melalui mengemis, baik yang dilakukan secara offline maupun online di media sosial. 

Baru-baru ini, masyarakat dibuat resah oleh maraknya konten mengemis online di TikTok yang mengeksploitasi lansia. Ibu-ibu paruh baya diminta mengguyur air ke tubuh mereka untuk mendapatkan gift atau bayaran dari penonton. Lebih memprihatinkan, eksploitasi ini dilakukan oleh anaknya sendiri.

Lansia adalah salah satu kluster yang menjadi tanggung jawab Kementerian Sosial sehingga fenomena ini menjadi perhatian Menteri Sosial. Dalam beberapa kesempatan, Mensos mengatakan bahwa lansia berperan besar dalam membesarkan anak dan keturunannya. Oleh karena itu, lansia tidak boleh ditelantarkan, apalagi dieksploitasi.

Kemensos sendiri memiliki berbagai program untuk kesejahteraan lansia. Salah satu yang terbaru adalah bantuan permakanan bagi lansia tunggal. Selain itu, Kemensos melalui Sentra Rehabilitasi Sosial yang tersebar di daerah juga memberikan berbagai program perlindungan, jaminan dan perlindungan, serta layanan asistensi rehabilitasi sosial bagi lansia terlantar. (asr)

Kelompok Sipil Korea Selatan: Kampanye Pengusiran Institut  Konfusius  Diluncurkan

Jin Yan dan Lin Hu melaporkan dari Busan, Korea Selatan

Sejumlah kelompok masyarakat sipil Korea mengadakan unjuk rasa di depan Universitas Dongseo di Busan baru-baru ini. Mereka menunjukkan bahwa Partai Komunis Tiongkok menggunakan Institut Konfusius untuk melakukan kegiatan spionase dan menyerukan kepada pemerintah untuk menutup Institut Konfusius di Korea Selatan.

“Kami yakin bahwa polisi rahasia Tiongkok ada di setiap sudut kecuali Menara Mutiara Oriental. Pemerintah Yoon Suk-yeol  harus menganggap penting masalah ini secara serius dan lebih proaktif dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan kita.”

Baru-baru ini, di depan Universitas Dongseo di Distrik Sasang, Busan, sejumlah kelompok warga yang menghadiri unjuk rasa berpendapat bahwa Institut Konfusius adalah agen propaganda dan spionase Partai Komunis Tiongkok dan kelompok yang bernama Front Persatuan harus diusir dari negara tersebut.

Menurut MBN, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan telah memulai penyelidikan apakah Institut Konfusius terlibat dalam kegiatan propaganda dan spionase untuk sistem Partai Komunis Tiongkok.

Universitas Dongseo di Busan membuka Institut Konfusius pada 2007, dan Universitas Dong-A juga mendirikan institut tersebut pada tahun yang sama.

Pada konferensi pers, beberapa kelompok warga bergabung bersama untuk mendesak Kementerian Pendidikan Korea Selatan dan Pengawas Pendidikan Kota dan provinsi untuk menutup Institut Konfusius dan Kelas Konfusius di 22 universitas dan 16 sekolah menengah pertama dan atas di Korea Selatan. 

Han Min Ho, Wakil Bersama dari Kampanye Korea untuk Mengungkap Kebenaran tentang Institut Konfusius, berkata :  “Kami mengeluarkan peringatan keras kepada para rektor universitas dan staf Institut Konfusius bahwa mempertahankan Institut Konfusius adalah pengkhianatan terhadap negara dan pelanggaran kepercayaan terhadap para mahasiswa, dan kami menyerukan kepada para rektor dan profesor bahwa Institut Konfusius harus segera dihapuskan.”

Sejak tahun lalu, peserta unjuk rasa telah menggelar konferensi pers di depan universitas-universitas Korea di mana Institut Konfusius berada untuk mendesak pengusiran lembaga itu. (hui)

Dengan Menurunnya Populasi, Tiongkok Kehilangan Pamor Sebagai Pasar Terbesar Dunia

0

 oleh Yang Wei

Pada 17 Januari, pemerintah komunis Tiongkok mengumumkan bahwa populasi Tiongkok tahun 2022 mengalami pertumbuhan negatif. Sebelumnya, dunia luar telah menduga bahwa Beijing terus menciptakan data palsu tentang jumlah total penduduk Tiongkok. Ketika epidemi menyebabkan banyak kematian, pemerintah komunis Tiongkok tidak dapat lagi menutupi tren penyusutan populasi. Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong dengan jelas menyatakan : PKT telah menutupi fakta tentang epidemi selama lebih dari tiga tahun, dan epidemi di Tiongkok telah menyebabkan kematian 400 juta orang. Ini berarti bahwa populasi Tiongkok sekarang telah anjlok hingga 1 miliar jiwa atau sudah kurang. Selain itu juga mencerminkan bahwa dalam 3 tahun terakhir ini ekonomi Tiongkok mengalami penyusutan yang tajam, sehingga pamor Tiongkok sebagai pasar terbesar di dunia telah memudar.

Tiongkok bukan lagi negara terpadat di dunia

Dalam konferensi pers Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang diadakan pada 17 Januari, seorang reporter media bertanya : Sebagaimana yang dilaporkan bahwa jumlah populasi Tiongkok pada akhir tahun 2022 adalah 1.411.750.000 jiwa, sedangkan jumlah penduduk India yang diumumkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun lalu diperkirakan mencapai 1,412.000.000 jiwa, yang mana menunjukkan India telah melampaui Tiongkok dalam jumlah penduduk dan menjadi negara terpadat di dunia. Bagaimana pendapat pihak Tiongkok tentang masalah ini ?

Jawaban yang disampaikan secara samar-samar oleh pejabat Kementerian Luar Negeri Tiongkok itu tidak penting, tetapi bagaimana pun juga terpaksa harus mengakui bahwa Tiongkok bukan lagi negara terpadat di dunia. Entahlah, apakah pada waktu PKT menciptakan angka 1,41 miliar jiwa itu tidak sadar bahwa angka itu lebih rendah dari jumlah penduduk India ? Tetapi yang jelas, dampaknya yang bakal muncul di kemudian hari adalah apa yang tidak diinginkan oleh rezim Beijing dan PKT.

Pengakuan Beijing terhadap pertumbuhan populasi yang negatif tidak akan menghilangkan keraguan dunia luar, tetapi hanya akan menambah keraguan dan kekhawatiran. Sebuah penilaian yang dibuat lembaga Jepang pernah menggunakan jumlah total garam dapur sebagai parameter untuk memperkirakan jumlah penduduk Tiongkok, dan hasil kesimpulannya adalah bahwa populasi Tiongkok sekitar 800 juta jiwa.

Sejak 2017, PKT terus bertahan untuk mengklaim bahwa populasi Tiongkok adalah 1,4 miliar lebih jiwa, meskipun dunia luar bersikap pesimis terhadap angka itu dan memperkirakan total populasi Tiongkok berkisar antara 800 juta hingga 1,2 miliar. Beberapa waktu lalu, Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong dengan jelas menyatakan : PKT telah menutupi fakta tentang epidemi selama lebih dari tiga tahun, dan epidemi di Tiongkok telah menyebabkan kematian 400 juta orang. Ini berarti bahwa populasi Tiongkok saat ini telah turun tajam menjadi sekitar 1 miliar jiwa. Jika angka 1,4 miliar yang diumumkan oleh PKT pada tahun 2019 juga merupakan angka buatan, bisa jadi populasi aktual Tiongkok yang saat ini sedang menghadapi parahnya epidemi sudah menurun hingga di bawah 1 miliar. Mungkin saja tidak jauh dengan angka hasil kesimpulan lembaga Jepang yang 800 juta jiwa. 

Guru Li Hongzhi juga menyatakan bahwa ketika gelombang epidemi ini berakhir, Tiongkok akan kehilangan 500 juta jiwa. Ini berarti populasi Tiongkok pada tahun 2023 masih akan berkurang sebanyak 100 juta jiwa.

Tentu saja menyedihkan bahwa begitu banyak warga negara Tiongkok yang telah dan akan meninggal dunia. Meskipun demikian, PKT masih saja berusaha menutupi kenyataan yang membuat masyarakat dalam dan luar negeri marah. Fakta tidak akan berubah. Perekonomian Tiongkok telah mengalami kesulitan selama tiga tahun terakhir. Kegilaan PKT terlihat jelas bagi semua orang. Penurunan populasi yang tajam berarti ekonomi Tiongkok seharusnya menyusut .

Perekonomian Tiongkok sepertinya tidak tumbuh dalam tiga tahun terakhir

Lebih dari setahun yang lalu, pada 10 Desember 2021, konferensi kerja ekonomi PKT telah mengakui bahwa perkembangan ekonomi sedang menghadapi 3 tekanan kuat dari permintaan yang menyusut, guncangan pasokan, dan ekspektasi yang melemah. Pada saat itu konferensi kerja ekonomi juga menghasilkan keputusan yang menghendaki seluruh partai dan organ pemerintah untuk “mengencangkan tali pinggang” untuk menghadapi hari-hari mendatang yang lebih sulit.

Pada tahun 2021, PKT mengumumkan bahwa PDB tahunan akan menjadi RMB. 114 triliun, meningkat 8,1%, dan telah berulang kali mengklaim bahwa pencegahan dan pengendalian epidemi serta pembangunan ekonomi “jauh lebih unggul” dari negara mana pun di dunia. Namun, pada akhir tahun 2021, PKT mengklaim bahwa pembangunan ekonomi menghadapi 3 tekanan kuat, bahkan mencantumkan “permintaan yang menyusut” di daftar urutan teratas sebagai alasan ekonomi gagal ditumbuhkan. Ini menunjukkan bahwa para pemimpin puncak PKT sepenuhnya memahami data sebenarnya tentang jumlah kematian akibat epidemi, dan penurunan tajam populasi pasti akan menyebabkan kontraksi permintaan. Ini mungkin juga menjelaskan mengapa PKT dengan cemas mendesak rakyat jelata untuk memiliki anak kedua atau ketiga secepat mungkin.

Pada tahun 2020, Tiongkok dan seluruh dunia “menutup diri” akibat COVID-19 sehingga pertumbuhan ekonomi pun terganggu. Namun, PKT mengklaim bahwa epidemi hanya menyebabkan ribuan orang meninggal. Pada akhir tahun, masih mengarang data palsu pertumbuhan PDB tahunan Tiongkok yang sebesar 2,3%, dan mengklaim bahwa total PDB mencapai lebih dari RMB. 100 triliun. Yang pasti, pemerintah komunis Tiongkok telah menutupi sejumlah besar kematian akibat epidemi. Ekonomi Tiongkok kemungkinan besar telah menyusut saat itu, dan tidak ada harapan untuk melampaui Amerika Serikat pada tahun 2020.

Di tahun 2021, epidemi di Tiongkok belum benar-benar mereda, masih banyak kematian sehingga jumlah populasi terus menurun, skala ekonomi masih menyusut. Perekonomian negara-negara di seluruh dunia berangsur pulih, kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh PKT untuk mengklaim bahwa pesanan asing mulai berdatangan untuk menutupi fakta bahwa ekonomi Tiongkok sebenarnya masih terus menyusut. Jika “pesanan asing mulai berdatangan” itu benar, mengapa PKT pada akhir tahun 2021 menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi menghadapi 3 tekanan kuat, bahkan “kontraksi permintaan” menempati urutan pertama alasan. Rahasia jadi bocor.

Pada tahun 2022, pemerintah Tiongkok mungkin menghadapi kesulitan dalam mengarang angka-angka tersebut akibat penutupan kota yang terus menerus yang membuat perekonomian terhenti sama sekali. Sehingga mereka hanya memunculkan pertumbuhan PDB sebesar 3% pada tahun 2022, itu saja tanpa embel-embel. Pada saat yang sama mereka terpaksa mengakui tentang populasi yang tubuhnya negatif.

Dalam tiga tahun terakhir, dengan penurunan tajam dalam jumlah penduduk dan terus menyusutnya ekonomi Tiongkok, skup pasar jadi ikut mengecil. Dengan berkurangnya orang, konsumsi harian juga menurun, permintaan perumahan berkurang. Karena itu, banyak usaha besar dan kecil bangkrut, PHK terjadi di mana-mana.

Pada 9 Januari, Li Keqiang, Perdana Menteri Tiongkok yang masa jabatannya tingga beberapa bulan. Saat mengunjungi Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar, ia mengatakan : “Entitas pasar, terutama usaha kecil, menengah dan mikro, industri rumah tangga dan komersial individu saat ini sedang menghadapi kesulitan besar dan masalah baru”. Sebelum lengser, Li Keqiang tampaknya masih berusaha mengungkap situasi sebenarnya di Tiongkok.

“Tiongkok merupakan pasar yang sangat besar” sebagaimana yang sering diklaim oleh para pemimpin Partai Komunis Tiongkok dengan cepat kehilangan nilainya.

Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He saat berpidato di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss pada 17 Januari 2023. (Fabrice Coffrini/AFP/Getty Images)

Seberapa besar pasar Tiongkok yang masih tersisa ?

Mengingat fakta bahwa populasi Tiongkok telah menurun tajam dalam tiga tahun terakhir, rangkaian data ekonomi yang dibuat oleh PKT pada dasarnya tidak memiliki nilai referensi. Ketika belum lama ini pemerintah Tiongkok mengumumkan data ekonominya untuk tahun 2022, ia masih mengklaim bahwa Tiongkok belum mampu membebaskan diri dari 3 tekanan kuat yakni permintaan domestik yang menyusut, guncangan pasokan, dan ekspektasi yang melemah.

Dari 15 hingga 16 Desember 2022, Konferensi Kerja Ekonomi Tiongkok tiba-tiba membalikkan kebijakan ekonomi yang sudah diputuskan dalam Kongres Nasional ke-20, mereka tidak lagi menekankan “sirkulasi internal” dan “Berdikari”, tetapi tiba-tiba beralih ke “berfokus terhadap masalah yang dihadapi perusahaan swasta, dan melakukan hal-hal praktis”. Pada saat yang sama mereka mengklaim “ingin terus memainkan peran ekspor dalam mendukung perekonomian”, juga “lebih menggencarkan upaya untuk menarik dan memanfaatkan modal investasi asing”.

Jelas, para pemimpin tertinggi PKT menyadari sepenuhnya berapa banyak warga negara di daratan Tiongkok yang telah meninggal akibat epidemi, dan mereka juga menyadari keseriusan penyusutan ekonomi akibat penurunan tajam populasinya. Mereka harus mencoba lagi untuk menipu perusahaan swasta dan modal asing untuk menyelamatkan rezim PKT yang saat ini sudah kritis. Permintaan domestik Tiongkok tidak lagi dapat diandalkan, dan “sirkulasi internal” bahkan tidak lagi dapat dijadikan slogan. Pemimpin puncak PKT dipaksa untuk menekankan perlunya memulihkan “kepercayaan” dalam pembangunan ekonomi.

Pada 17 Januari, di Forum Ekonomi Dunia yang diadakan di Davos, Swiss, Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He berpidato, mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok “akan tetap mempertahankan perluasan keterbukaan di segala arah kepada dunia luar”.

Saat ini, rantai pasokan negara-negara Barat sedang dengan cepat meninggalkan daratan Tiongkok. PKT lagi-lagi menyembunyikan jumlah kematian kasus epidemi membuat negara-negara merasa lebih berisiko untuk berinvestasi di Tiongkok. Propaganda PKT sudah tidak ada yang mau percaya. Saat ini, Beijing terdesak untuk mengakui bahwa jumlah populasi Tiongkok sudah tumbuh secara negatif, yang selanjutnya membenarkan keraguan dari berbagai negara bahwa pasar besar Tiongkok sudah tidak lagi sebesar dulu.

Dalam pemasaran, basis populasi merupakan indikator penelitian pasar utama, dan berbagai perusahaan multinasional yang memasuki pasar Tiongkok telah berusaha mendapatkan statistik nyata tentang populasi Tiongkok. Kesimpulan mereka adalah bahwa pengecer internasional besar yang pernah masuk ke Tiongkok, kecuali Wal-Mart, yang masih bertahan, semuanya telah mundur dari Tiongkok. Costco, yang baru saja memasuki Tiongkok dan mampu menggeser supermarket lokal, mungkin dalam waktu tak lama lagi dapat menemukan bahwa untuk melanjutkan ekspansi di luar kota-kota besar Tiongkok akan menghadapi risiko yang tidak kecil.

Pada 17 Januari, Kantor Berita Xinhua mengutip ucapan Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang menyebutkan : “Seiring dengan membaiknya situasi epidemi di Tiongkok, yang mempercepat normalisasi kehidupan dan produksi, vitalitas ekonomi, kegiatan masyarakat dan potensi Tiongkok yang sepenuhnya dapat dilepaskan, maka itu akan menjadi pendorong bagi pemulihan ekonomi dunia”.

Epidemi belum berakhir, tetapi teriakan kosong PKT itu justru mengungkap kurangnya kepercayaan diri dari para pemimpin puncak PKT. Pada hari yang sama, Kantor Berita Xinhua malahan menerbitkan artikel berjudul “Laporan Forum Ekonomi Dunia Menunjukkan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Eropa dan Amerika pada 2023 Sangat Suram”. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tidak akan diperoleh dengan PKT menjelek-jelekkan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat. Kelesuan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat pasti berpengaruh dan akan membuat investasi asing Tiongkok dan pesanan ekspor terus menurun.

Amerika Serikat dan negara-negara lain menawarkan bantuan kepada Tiongkok dalam perang melawan epidemi, tetapi PKT menolaknya dengan berpura-pura masih sanggup bertahan, dan berulang kali menyembunyikan kebenaran tentang epidemi. Pada 8 Januari, PKT mencabut larangan bagi warganya untuk bepergian ke luar negeri, bahkan memfitnah pembatasan masuk dan pencegahan epidemi turis Tiongkok oleh berbagai negara sebagai “manipulasi politik”.

Pada akhir gelombang epidemi ini, populasi Tiongkok akan berkurang lagi sebanyak 100 juta jiwa. Dan, sejauh mana penyusutan skup pasar Tiongkok akan terus dipantau secara saksama oleh pemerintah dan perusahaan multinasional. Pamor pasar besar Tiongkok benar-benar sedang memudar, dan rakyat Tiongkok yang menderita memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang PKT. Saat ini, slogan “reformasi dan keterbukaan” sudah tidak lagi dapat menyelamatkan rezim Partai Komunis Tiongkok. (sin)

Wawancara Khusus dengan “Bapak Coronavirus” Michael Ming-Chiao Lai

0

oleh Chang Chun

Menanggapi dahsyatnya penyebaran virus COVID-19 di daratan Tiongkok saat ini, serta masalah munculnya fenomena “paru-paru putih” dan “infeksi ulang” yang telah menarik banyak perhatian dari pakar, NTDTV telah berhasil melakukan wawancara dengan seorang akademisi Taiwan yang juga dikenal sebagai “Bapak Coronavirus” Profesor Michael Ming-Chiao Lai, ia adalah seorang sarjana mikrobiologi dan virologi.

Epidemi di Tiongkok telah menyebabkan banyak pasien yang terinfeksi mengalami fenomena “paru-paru putih” akibat radang paru-paru akut, yang bahkan membuat para dokter panik menanganinya.

Dokter daratan Tiongkok mengatakan : “Lebih dari sepertiga pasien yaitu lebih dari 40 orang penyakitnya menjadi parah, dan ada belasan hingga 20 yang “paru-paru putih” hampir total”. Yang mengalami paru-paru memutih hampir total itu tidak cuma orang lanjut usia, tetapi juga mereka yang berusia 20-an, 40-an, ada juga yang 60-an, yang membuat saya sedikit panik”.

Tingkat kematian akibat epidemi di Tiongkok telah melonjak tinggi, sampai krematorium di mana-mana memiliki antrean panjang dan kelebihan beban.

Staf krematorium sedang memanggil antrian : “No. 397, No. 397, No. 398”.

Di negara-negara lain, manifestasi utama dari strain virus Omicron adalah merusak saluran pernapasan bagian tubuh atas manusia, dan jarang merusak paru-paru secara langsung. Mengapa virus di Tiongkok berperilaku sangat berbeda ? Apakah strain virus yang menyebar di daratan Tiongkok itu adalah strain Omicron ?

Profesor Michael M. C. Lai mengatakan : “Informasi yang dikirim dari daratan Tiongkok tidak ada yang lengkap. Misalnya, strain dari jenis coronavirus apa ? Itu belum diketahui. Jadi ada kemungkinan strain virus di daratan Tiongkok itu berbeda dari tempat lain. Dan semuanya belum memiliki data yang cukup untuk menilainya, sehingga ia dapat menyebabkan gejala yang berbeda, karena varian virusnya yang berbeda”.

Selain menyebabkan paru-paru memutih, “kembali positif” atau infeksi ulang,  juga merupakan fenomena khusus pada epidemi di Tiongkok. Kini, menjelang Tahun Baru Imlek, apakah sejumlah besar pekerja migran yang pulang kampung tidak akan terinfeksi kembali telah menjadi topik hangat diskusi di Weibo.

“(Infeksi ulang) itu tidak normal, tetapi ada banyak laporan seperti ini, masalahnya adalah infeksi dapat terjadi dan terjadi lagi. Itu karena kekebalan tubuh tidak dapat sepenuhnya memblokir infeksi yang disebabkan oleh virus. Maka ada dugaan bahwa kemungkinan besar strain mutan di Tiongkok itu sedikit berbeda. Kami masih harus menunggu sampai kami memiliki cukup data sebelum dapat membuat keputusan”, kata profesor Michael M. C. Lai.

Profesor Michael M. C. Lai menunjukkan bahwa inti masalahnya adalah apakah virus yang menyebar di daratan Tiongkok sama dengan virus sebelumnya ?

“Sedikit saja perubahan pada asam amino dan urutan gennya dapat mengubah sifat kekebalannya dan menjadi galur mutan baru. Masalahnya adalah galur mutan baru tersebut tidak akan dilumpuhkan oleh sistem kekebalan asli, sehingga virus baru mampu menginfeksi ulang (orang yang sama)”, katanya.

Pemerintahan partai komunis Tiongkok juga terus menyembunyikan jumlah kematian akibat epidemi tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia telah berulang kali mengungkapkan bahwa pemerintah Tiongkok tidak melaporkan data kematian yang sebenarnya.

Pada 16 Januari, WHO kembali mengeluarkan pernyataan yang menghimbau pemerintah Tiongkok untuk memantau kematian berlebih yang disebabkan oleh virus partai komunis Tiongkok (COVID-19).

Profesor Michael M. C. Lai  mengatakan : “Semua orang masih belum berani mempercayai data (kematian akibat epidemi), karena tidak ada informasi yang akurat tentang situasi internal di Tiongkok, jadi sulit untuk menilai apakah itu benar atau tidak. Tapi itu sudah terlihat begitu banyak orang yang meninggal, situasi epidemi pasti sangat serius. Karena kebijakan Nol Kasus mengatakan bahwa setiap infeksi memiliki isolasi yang ketat, tetapi tiba-tiba semuanya berubah dalam semalam, infeksi atau tidak semuanya menjadi tidak penting. Itu membuat orang bertanya-tanya angka mana yang benar, jadi saya tidak percaya”.

Setelah merebaknya epidemi, agar secepatnya melintasi kurva puncak infeksi dan mencapai kekebalan kelompok dalam 2 bulan, pemerintah komunis Tiongkok secara resmi mempromosikan apa yang mereka sebut “Nasionalisasi Positif”, membiarkan rakyatnya terinfeksi, seakan mencoba untuk mengorbankan sebagian dari rakyatnya, membiarkan rakyatnya terinfeksi untuk mencapai kekebalan kelompok.

“Itu berarti PKT bersiap untuk mengorbankan sebagian orang untuk membela yang lain. Menurut saya ini tidak layak dalam etika kedokteran. Kita seharusnya tidak memiliki gagasan seperti itu. Kita harus melindungi semua orang”, kata Profesor Michael.

Justru pada saat epidemi sedang merebak dengan hebat, pemerintah Tiongkok membuka kembali negaranya untuk membiarkan warganya bepergian ke luar negeri. Pada 17 Januari, seorang pejabat dari Administrasi Imigrasi Nasional menyatakan bahwa wisatawan asal Tiongkok yang memasuki Taiwan setiap harinya telah meningkat sebesar 48,2%.

Profesor Michael M. C. Lai  mengatakan : “Strain virus yang menyebar di daratan Tiongkok cenderung menyebar ke seluruh dunia. Yang penting adalah kita perlu melihat jenis virus yang mana. Beberapa strain mutan akan menghindari sistem kekebalan, dan beberapa strain virus akan menginfeksi dan menyebabkan penyakit yang lebih serius. Saya menemukan bahwa jenis virus ini menyebar dengan sangat cepat, sehingga orang-orang di seluruh dunia sangat khawatir. Kita harus mencegah jenis virus ini menjadi pandemi yang menyebabkan dunia terinfeksi.”

Akademisi Michael M. C. Lai  telah lama mengabdikan dirinya pada penelitian virus dan mendirikan laboratorium penelitian pertama untuk coronavirus. Setelah wabah SARS, media dalam dan luar negeri menghormatinya sebagai “Bapak Coronavirus”. (sin)

Ratusan Pasukan TNI dan Polri Dikerahkan Setelah Bentrokan di Pabrik Smelter Nikel Berujung Maut

0

Reuters via The Epoch Times

Sebanyak dua orang pekerja tewas dalam bentrokan dan kerusuhan di sebuah pabrik peleburan nikel di Morowali Utara, Sulawesi Tengah pada akhir pekan lalu, seperti yang dikonfirmasi para pejabat kepada Reuters pada Senin 16 Januari.  Sementara itu, ratusan personel keamanan dari TNI dan Polri dikerahkan untuk menjaga ketertiban setelah protes mengenai gaji dan keamanan menjadi tidak terkendali.

Seorang pekerja asal Indonesia dan seorang pekerja asal Tiongkok tewas dalam bentrokan di smelter PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), yang dimiliki oleh Jiangsu Delong Nickel Industry dari Tiongkok, yang melibatkan para pengunjuk rasa, pekerja, dan petugas keamanan. Hal demikian dikonfirmasi oleh  Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah, Kombes Pol Didik Supranoto.

Ia juga mengatakan, beberapa kendaraan perusahaan dibakar dan sekitar 100 kamar asrama rusak. 

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, mengatakan bahwa 17 orang jadi tersangka pengrusakan di antara 71 orang yang ditahan karena insiden tersebut, dan lebih dari 500 anggota pasukan keamanan telah dikerahkan untuk mengamankan daerah tersebut, dengan lebih banyak bala bantuan yang akan datang.

“Saat ini personel pengamanan baik dari TNI dan Polri sampai dengan saat ini telah diturunkan kurang lebih 548 orang dan akan kita tambah lagi dengan 2 SSK Brimob dari pusat,” tambahnya.

“Smelter akan kembali beroperasi besok pagi. Saya minta masyarakat dan karyawan tidak mudah terprovokasi,” ujarnya dalam konferensi pers.

Kapolri juga mengatakan Presiden memerintahkan kepada kepolisian untuk menindak tegas terhadap para pelaku tindak pidana, kepada para pelaku pengrusakan, dan para pelaku pelanggar hukum. Presiden meminta kepolisian mengungkap ini seterang-terangnya dan juga menjaga, serta mengawal agar seluruh kegiatan operasional yang dilaksanakan oleh perusahaan kembali bisa berjalan.

Di akhir keterangannya yang disiarkan secara langsung dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kapolri menegaskan bahwa Polri dan TNI siap untuk memberi pengamanan dan pengawalan karena industri tersebut tidak hanya berpengaruh bagi para tenaga kerja, tetapi juga untuk negara.

“Polri dibantu TNI siap untuk mengawal dan mengamankan karena ini tentunya juga berdampak kepada tenaga kerja-tenaga kerja Indonesia yang juga bekerja di situ, dan tentunya produk dari kegiatan smelter ini tentunya kan juga memiliki nilai tambah bagi negara khususnya dalam hal penambahan devisa terkait dengan program hilirisasi industri,” ungkapnya.

Ada sekitar 11.000 pekerja Indonesia di pabrik GNI dan 1.300 tenaga kerja asing, kata Listyo.

GNI memulai pembangunan smelter pada akhir tahun 2021 dengan kapasitas tahunan sebesar 1,8 juta ton dan perkiraan total investasi sebesar $2,7 miliar.

Pengunjuk rasa Minggu Bulu, seorang anggota kelompok buruh dan mantan karyawan GNI, mengatakan bahwa telah terjadi beberapa kecelakaan fatal di fasilitas tersebut pada tahun lalu, termasuk sebuah sepeda motor yang menabrak alat berat dan ledakan di smelter.

GNI tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar atas tuduhan tersebut dan polisi tidak dapat mengonfirmasi apakah telah terjadi kecelakaan yang mematikan.

“Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja sangat buruk, jadi kami meminta perusahaan untuk menerapkannya sesuai dengan hukum,” kata Minggu, seraya menambahkan bahwa para pekerja juga tidak memiliki peralatan keselamatan yang memadai.

GNI dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka sedang melakukan “investigasi yang mendalam dan menyeluruh” dengan polisi.

Protes dengan kekerasan  terjadi secara sporadis di wilayah Sulawesi yang kaya akan mineral, yang baru-baru ini mengalami booming investasi di bidang nikel yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik.

Sebuah tim pemerintah akan dikirim ke lokasi pada Selasa 17 Januari, sementara menteri koordinator yang mengawasi pertambangan, Luhut Pandjaitan, akan memanggil manajemen GNI minggu depan, kata kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenkomarves, Septian Hario Seto

Juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok Wang Wenbin pada Senin mengatakan bahwa kedutaan besar Tiongkok di Indonesia telah melakukan kontak dengan pihak berwenang Indonesia mengenai insiden ini.

” Tiongkok akan terus menjaga komunikasi yang erat dengan pihak Indonesia dan mendorong penyelesaian yang sesuai hukum dan tepat untuk insiden ini,” katanya. (asr)

Oleh Bernadette Christina dan Ananda Teresia

Presiden Vietnam Mengundurkan Diri Setelah Dituduh Partai Berkuasa Melakukan ‘Pelanggaran’

Efthymis Oraiopoulos

Presiden Vietnam mengumumkan pengunduran dirinya karena “pelanggaran dan kesalahan,” demikian diumumkan oleh Partai Komunis Vietnam pada Selasa (17/1/2023).

Nguyen Xuan Phuc, 68 tahun, disalahkan atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para pejabat di bawah pengawasannya ketika ia menjabat sebagai perdana menteri.

Pengunduran diri Phuc adalah yang pertama kalinya seorang anggota pimpinan tertinggi Partai Komunis Vietnam mengundurkan diri lebih awal tanpa alasan sakit. Dia adalah pejabat paling senior yang menjadi target kampanye penumpasan rezim Vietnam.

“Sepenuhnya menyadari tanggung jawabnya di hadapan partai dan rakyat, ia mengajukan permohonan untuk mengundurkan diri dari jabatannya, berhenti dari pekerjaannya, dan pensiun,” ujar rezim Vietnam dalam sebuah pernyataan mengenai Phuc, seperti dikutip dari kantor berita pemerintah Vietnam, VNA.

Menurut VNA, Phuc telah mengundurkan diri dalam sebuah sidang Komite Sentral Partai Komunis Vietnam yang diadakan “untuk mempertimbangkan dan memberikan pendapat mengenai keinginan Kamerad Nguyen Xuan Phuc untuk berhenti dari jabatannya, berhenti dari pekerjaannya, dan pensiun.” Bahasa pengumuman tersebut mengisyaratkan bahwa dia dipaksa untuk mundur.

Pengunduran dirinya membutuhkan persetujuan dari Majelis Nasional negara agar menjadi efektif. Pertemuan luar biasa yang jarang terjadi di majelis tersebut akan diadakan minggu ini.

Phuc adalah perdana menteri dari tahun 2016 hingga 2021 dan secara luas diyakini bahwa ia akan menggantikan sekretaris jenderal.

Sebagai perdana menteri, Phuc mengawasi kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa dan negara-negara Pasifik, termasuk Jepang dan Australia.

Posisi presiden sebagian besar bersifat seremonial di Vietnam, yang tak memiliki penguasa tertinggi. Sebaliknya, negara ini memiliki empat posisi utama, atau “pilar”: sekretaris jenderal Partai Komunis, presiden, perdana menteri, dan ketua legislatif.

Posisi paling berkuasa, sekretaris jenderal Partai Komunis, saat ini dipegang oleh Nguyen Phu Trong, yang pada tahun 2021 memenangkan masa jabatan lima tahun ketiga yang langka. Ciri khasnya adalah kampanye penumpasan yang telah berlangsung lama, yang pada masa jabatan keduanya menargetkan dua mantan menteri Kabinet dan mantan walikota Hanoi.

Kampanye Penumpasan

Partai Komunis Vietnam terlibat dalam kampanye penumpasan yang dipimpin oleh Trong. Kampanye yang disebut sebagai kampanye anti-korupsi ini tampaknya semakin intensif setelah sejumlah besar investigasi dan pemecatan.

Pada  2022 saja, 539 anggota partai dituntut atau “didisiplinkan” karena korupsi dan “kesalahan yang disengaja,” termasuk menteri, pejabat tinggi, dan diplomat, menurut partai yang berkuasa, sementara polisi menyelidiki 453 kasus korupsi, naik 50 persen dari tahun 2021.

Rumor tentang pengunduran diri yang akan segera terjadi oleh Phuc tersebar luas setelah pemecatan dua wakil perdana menteri yang pernah menjabat di bawahnya.

Sebuah pernyataan resmi yang dipublikasikan di media pemerintah memuji Phuc atas upayanya sebagai perdana menteri dalam memerangi pandemi COVID-19. Namun, pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa Phuc bertanggung jawab sebagai eksekutif tertinggi negara atas skandal serius yang melibatkan orang-orang di bawahnya – termasuk dua wakil perdana menteri dan tiga menteri lainnya.

Pernyataan tersebut mencatat bahwa dua wakil perdana menteri telah mengundurkan diri dari posisi mereka dan proses hukum telah diluncurkan terhadap dua menteri lain dan banyak pejabat lainnya. Beberapa skandal tersebut melibatkan korupsi yang berkaitan dengan langkah-langkah pengendalian pandemi COVID-19.

Dua skandal yang mengganggu penanganan pandemi – terutama skandal penyuapan yang terkait dengan menerbangkan pulang warga negara Vietnam yang terdampar di luar negeri, dan pembelian alat tes COVID-19 – mungkin terkait dengan pemecatan tersebut, kata Carl Thayer, seorang ahli diplomasi Vietnam di Akademi Angkatan Pertahanan Australia di Canberra.

Partai Komunis Vietnam pada bulan lalu mendisiplinkan Menteri Luar Negeri Bui Thanh Son atas keterlibatan beberapa pejabat kementerian dan diplomat dalam skandal penerbangan repatriasi.

Dalam tindakan terpisah, polisi di Vietnam pada 5 Januari menangkap mantan duta besar Vietnam untuk Malaysia, Tran Viet Thai, seiring dengan perluasan investigasi atas skandal ini.

Reuters dan The Associated Press berkontribusi dalam laporan ini.

WHO Desak Beijing Memantau Kematian Berlebihan, Reuters Temukan Bukti Beijing Sembunyikan Angka Kematian

0

oleh Li Ming

Pada Senin (16 Januari), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pihaknya telah menyarankan Beijing untuk melakukan pengujian terhadap kematian berlebih akibat COVID-19, sehingga WHO dapat memiliki gambaran yang lebih lengkap tentang dampaknya dari lonjakan kasus COVID-19 di Tiongkok. Pada Selasa (17 Januari) Reuters mengungkapkan bahwa pihaknya menemukan bukti pemerintah Tiongkok dengan sengaja menyembunyikan jumlah kematian karena COVID-19.

WHO membuat pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan Reuters tentang kasus epidemi yang terjadi di daratan Tiongkok pada Senin 16 Januari. WHO juga menekankan bahwa pendeteksian kematian berlebih sangat penting pada saat lonjakan kasus di mana sistem kesehatan di Tiongkok sedang kewalahan.

Sebelumnya, para ahli dari WHO secara terbuka mengkritik otoritas Beijing karena tidak secara terbuka menjelaskan skala epidemi kepada organisasi tersebut, dan mendesak pemerintah Tiongkok untuk memberikan kepada WHO data statistik yang benar dan kredibel tentang kasus dan jumlah kematian yang berlebihan. Setelah itu, pejabat Tiongkok baru merilis angka baru tentang jumlah kematian akibat virus tersebut pada Sabtu lalu, dan mengklaim bahwa hampir 60.000 orang telah meninggal dunia sejak dicabutnya penguncian pada Desember tahun lalu.

Meskipun angka yang diberikan oleh otoritas Beijing ini adalah 10 kali lipat lebih tinggi dari jumlah kasus yang dilaporkan sebelumnya, namun pakar kesehatan masyarakat internasional masih percaya bahwa jumlah kematian sebenarnya akibat epidemi di Tiongkok masih belum menunjukkan kebenaran. Para ahli mendesak otoritas Tiongkok untuk merilis data urutan genetik (GSD) lengkap dari virus yang sedang menyebar di Tiongkok untuk memfasilitasi pemantauan kemungkinan varian baru dari COVID-19.

Pada Selasa 17 Januari, Reuters melaporkan bahwa ada bukti bahwa otoritas Tiongkok melalui operasi “tanpa jejak” untuk menurunkan dan menyembunyikan jumlah kematian akibat epidemi yang terjadi di Tiongkok.

Menurut laporan itu, seorang dokter sebuah rumah sakit swasta di Beijing ketika bertugas di puncak epidemi baru-bari ini melihat sebuah pemberitahuan tercetak di ruang gawat darurat, yang isinya dengan jelas meminta dokter untuk sedapat mungkin menghindari untuk mencantumkan : “Gagal napas akibat COVID-19” dalam kolom penyebab kematian yang terdapat pada surat kematian pasien. 

Menurut pengungkapan, pemberitahuan tersebut dengan jelas menetapkan bahwa jika pasien yang meninggal itu memiliki penyakit dasar, maka penyakit dasar itulah yang disebut sebagai penyebab utama kematian. Jika dokter yakin bahwa kematian tersebut sepenuhnya disebabkan oleh pneumonia karena terinfeksi virus korona jenis baru, mereka wajib melaporkannya kepada atasan, kemudian atasan yang akan mendiskusikan dengan ahli. Setelah “berkonsultasi” dan mendapatkan persetujuan dari para ahli tersebut baru dapat dipastikan kematian adalah akibat terinfeksi virus korona jenis baru (COVID-19).

Selain itu, enam dokter dari rumah sakit umum di seluruh Tiongkok juga mengkonfirmasi dalam sebuah wawancara dengan Reuters bahwa mereka telah menerima instruksi lisan untuk mencoba tidak mengaitkan penyebab kematian dengan COVID-19, dan mereka menyadari bahwa ini adalah kebijakan rumah sakit mereka. Beberapa dokter mengatakan bahwa pemberitahuan dan instruksi datang dari “pemerintah”, tetapi tidak ada yang tahu dari departemen pemerintah mana.

Laporan tersebut menjelaskan bahwa di Tiongkok, begitu pemerintah ingin menyampaikan instruksi yang sensitif secara politis, biasanya mereka menggunakan cara “perintah tanpa meninggalkan jejak”, yaitu tidak meninggalkan jejak dan tidak meninggalkan catatan.

Seorang dokter di rumah sakit umum besar di Shanghai mengatakan kepada Reuters : “Sejak penguncian dicabut pada Desember 2022, kami telah berhenti menghitung kematian akibat COVID-19, sia-sia saja menghitungnya karena hampir semua orang dinyatakan positif”.

Michael Baker, seorang scholar kesehatan masyarakat di Universitas Otago di Selandia Baru, mengatakan : “Sebagian besar negara telah menemukan bahwa sebagian besar kematian pasien karena terinfeksi virus COVID-19, bukan penyakit yang mendasari dikombinasikan dengan infeksi virus korona jenis baru, tetapi laporan yang disampaikan Tiongkok bahwa mayoritas (90%) kematian adalah COVID-19 yang dikombinasikan dengan penyakit lain, menunjukkan bahwa Tiongkok masih kurang melaporkan kematian yang langsung disebabkan epidemi.” (sin)

Buka Rakornas  Kepala Daerah dan Forkopimda se Indonesia, Jokowi Mengajak Tangani Inflasi yang Menjadi Momok Semua Negara

0

ETIndonesia- Presiden Jokowi  secara resmi membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepala Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Se-Indonesia Tahun 2023 yang digelar di Sentul International Convention Centre, Kabupaten Bogor,  Jawa Barat, Selasa, 17 Januari 2023. Dalam arahannya, Presiden antara lain mengajak para kepala daerah dan Bank Indonesia untuk bekerja keras menangani inflasi yang menjadi momok bagi semua negara.

“Situasi global masih sangat tidak mudah dan sekarang yang menjadi momok semua negara adalah yang namanya inflasi. Ini momok semua negara. Patut juga kita syukuri inflasi kita terakhir di angka 5,5 persen. Ini patut kita syukuri, berkat kerja keras kita semuanya,” ujar Presiden.

“Saya minta seluruh gubernur, bupati, dan wali kota, bersama-sama dengan Bank Indonesia terus memantau harga-harga barang dan jasa yang ada di lapangan sehingga selalu terdeteksi sedini mungkin sebelum kejadian besarnya itu datang sehingga bisa kita kejar dan kita antisipasi untuk kita selesaikan,” imbuhnya.

Lebih jauh, Presiden mengingatkan soal kenaikan harga bahan pangan utamanya beras. Menurut Presiden, saat ini harga beras mengalami kenaikan yang tidak sedikit di 79 daerah. Selain beras, telur juga mengalami kenaikan harga di 89 daerah, tomat naik di 82 daerah, dan daging ayam ras naik di 75 daerah.

“Tolong bupati, wali kota, gubernur sering-sering masuk pasar, cek betul di lapangan apakah data yang diberikan itu sesuai dengan fakta-fakta di lapangan. Jangan sampai, sudah enggak musim sekarang ini, yang namanya bawahan ABS (asal bapak senang) ‘Pak, baik Pak. Enggak ada yang naik Pak. Harga stabil Pak’. Saya cek langsung ke lapangan. Jadi BPS di daerah informasikan angka-angka yang apa adanya kepada kepala daerah,” tegasnya.

Di samping itu, Presiden juga meminta agar para kepala daerah berhati-hati dalam menentukan tarif yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, misalnya tarif air dan angkutan. Kepala Negara meminta agar penyesuaian tarif dihitung secara tepat karena bisa berpotensi menaikkan tingkat inflasi di daerah tersebut.

“Yang berkaitan dengan tarif angkutan misalnya, tarif PDAM, hati-hati menentukan itu bisa menjadikan inflasi naik. Jadi dihitung betul, kalau masih kuat ditahan, kalau enggak kuat naik enggak apa-apa tapi sekecil mungkin. Jangan sampai ada PDAM menaikkan lebih dari 100 persen karena data yang masuk ke saya ada,” ungkapnya.

Presiden juga meminta Kementerian Dalam Negeri dan Bank Indonesia terus menyampaikan informasi ke daerah sehingga daerah memiliki data terkait inflasi. Selain itu, Presiden juga kembali mengingatkan sejumlah upaya yang bisa dilakukan oleh para kepala daerah untuk mengintervensi kenaikan inflasi di wilayahnya.

“Semuanya sudah tahu bagaimana menutup ongkos transportasi, meningkatkan produktivitas petani, misalnya tomat mahal, perintahkan tanam tomat, cabai mahal, perintahkan tanam cabai. Saya enggak usah mengulang,” tandasnya.

Tekankan Jajarannya Jaga Stabilitas Politik dan Keamanan

Presiden Joko Widodo meminta seluruh jajarannya untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan menjelang pemilihan umum (Pemilu) tahun 2024. Presiden juga menegaskan agar masyarakat jangan sampai menjadi korban politik, terutama politik identitas.

“Saya minta betul-betul saudara-saudara bisa menjaga situasi kondusif, menjaga agar masyarakat kita tidak menjadi korban politik, namanya politik identitas,” tegas Presiden.

Untuk itu, Presiden Jokowi meminta jajaran TNI dan Polri untuk memetakan potensi kerawanan sebagai bentuk upaya menjaga keamanan menjelang tahun politik. Presiden juga mengingatkan TNI dan Polri untuk tidak melakukan politik praktis.

“Betul-betul harus memiliki, tahun ini sudah masuk tahun politik, harus memiliki sensitivitas dan sering turun ke lapangan sehingga kejadian-kejadian kecil segera diredakan, saya titip betul masalah ini,” lanjut Presiden.

Selain itu, berkaitan dengan stabilitas keamanan dan kehidupan sosial, Kepala Negara juga menegaskan bahwa semua agama memiliki hak yang sama dalam beribadah. Menurut Kepala Negara, kebebasan beragama dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945.

“Ini yang beragama Kristen, Katolik, Hindu, Konghucu, hati-hati, ini memiliki hak yang sama dalam beribadah, memiliki hak yang sama dalam kebebasan beragama dan beribadah,” tegasnya.

Lebih lanjut, Presiden menekankan bahwa konstitusi memiliki kedudukan yang tinggi dan tidak bisa dipatahkan dengan kesepakatan apapun. Oleh karenanya, Presiden meminta kepada jajarannya untuk memahami aturan tersebut yang memberikan kebebasan beragama dan beribadah.

“Ada rapat FKUB misalnya, ini misalnya, sepakat tidak memperbolehkan membangun tempat ibadah, hati-hati lho, konstitusi kita hati-hati lho, menjamin itu. Ada peraturan wali kota atau ada instruksi bupati, hati-hati lho kita semua harus tahu masalah ini, konstitusi kita itu memberikan kebebasan beragama dan beribadah,” tegas Presiden. (BPMI Setpres)

Alumunium : Racun Otak yang Ditemukan Dimana Saja, dan Cara Menghilangkannya

Marina Zhang

Merasa bingung, lemah, atau kehilangan ingatan dan konsentrasi? Anda mungkin menderita keracunan aluminium.

Aluminium adalah logam yang ada di mana-mana, tidak hanya ditemukan di peralatan masak Anda — seperti yang sudah diketahui kebanyakan orang, tetapi juga di sayuran, air, daging, dan bahkan vaksin dan obat-obatan.

Aluminium menumpuk di organ Anda — terutama otak— secara diam-diam.

Aluminium ada di mana-mana

Berada di belakang oksigen dan silikon, aluminium adalah unsur paling umum ketiga di lingkungan alam dan unsur logam paling umum di kerak bumi.

Aluminium sangat reaktif dan larut. Ia ada di udara, tanah, air, dan tanaman yang menyerap air, termasuk sayuran biasa. Oleh karena itu juga pada hewan yang memakan tumbuhan.

Tanaman seperti bayam, teh, dan beberapa bumbu dan rempah-rempah secara alami mengandung aluminium tinggi.

Beberapa tanaman mendapat manfaat dari aluminium. Tanaman teh, misalnya, mengandalkan aluminium sebagai nutrisi penting untuk pertumbuhannya. Tempat penyimpanan aluminium juga dapat memengaruhi kandungan aluminium. Bayam dan teh, misalnya, cenderung menyimpan aluminium di daunnya.

Dalam produk buatan manusia, aluminium ada di mana-mana.

Sangat disukai di bidang manufaktur sebagai bentuk pembungkus dan pengemasan, karena sangat mudah dibentuk dan konduktif terhadap panas dan listrik.

Ia ada di peralatan memasak  seperti  aluminium foil dan wajan. Karena aluminium lebih mudah larut dalam larutan asam, ketika aluminium  foil  dimasak dengan produk asam seperti tomat, dapat menyebab- kan kandungan aluminium lebih tinggi dalam makanan.

Kompleksitas aluminium juga digunakan secara luas dalam makanan olahan. Ini adalah agen pengangkat dalam soda kue dan pengemulsi dalam banyak keju olahan.

Menurut Agency for Toxic Substances and Disease Registry, orang yang sehat dapat menolerir 5 hingga 10 miligram per kilogram aluminium.

Sejak tahun 2000, Food and Drug Administration (FDA) AS telah menerapkan aturan bahwa nutrisi intravena dan obat-obatan yang mengandung aluminium, termasuk dialisis dan vaksinasi, harus memiliki label peringatan, yang menyatakan bahwa untuk orang dengan gangguan fungsi ginjal, seperti bayi prematur, “tingkat parenteral aluminium lebih besar dari 4 sampai 5 μg/kg/hari mengakumulasi aluminium pada tingkat yang terkait dengan sistem saraf pusat dan toksisitas tulang.”

Vaksin umumnya mengandung tidak lebih dari 0,85 mg/dosis, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar vaksin telah dibersihkan oleh tubuh. Produk lain juga umumnya memiliki kadar aluminium yang sangat rendah dengan bioavailabilitas rendah.

Namun, ketika Anda menggunakan banyak produk yang mengandung aluminium, jumlah yang terpapar dapat melampaui kapasitas ekskresi tubuh — saat itulah aluminium dapat menumpuk dan gejala mulai terlihat.

Tubuh manusia kita tidak menggunakan aluminium. Aluminium justru mengganggu dan menghambat aliran alami mekanisme tubuh.

Aluminium dan Penyakit Alzheimer

Pada tahun 1965, Hipotesis Aluminium dimulai oleh penelitian di Polandia, yang mendalilkan bahwa aluminium berkontribusi terhadap penyakit Alzheimer (AD).

Hipotesis beralasan bahwa Alzheimer adalah penyakit usia lanjut karena semakin tua seseorang, semakin besar paparan aluminium, semakin besar akumulasi aluminium.

Tiga ilmuwan menemukan bahwa menyuntikkan aluminium ke dalam otak tikus menyebabkan serat di neuron mereka rusak, dan membentuk struktur seperti kusut yang biasa terlihat pada pasien penyakit Alzheimer.

Studi tahun 1973 lainnya mengumpulkan sampel otak dari orang yang meninggal karena AD. Studi ini menemukan kadar aluminium yang lebih tinggi di otak orang yang meninggal karena penyakit Alzheimer dibandingkan orang yang meninggal karena kondisi lain.

Namun, dalam studi kelompok yang lebih besar, temuannya sedikit lebih bertentangan.

Satu analisis menemukan bahwa paparan lebih dari 100 mikrogram per liter aluminium dalam air minum atau paparan pekerjaan meningkatkan risiko Alzheimer sebesar 71 persen. Tinjauan tahun 2011 mengevaluasi 13 studi tentang kadar aluminium tinggi dalam air minum dan menemukan sembilan di antaranya menunjukkan korelasi antara AD dan kadar aluminium tinggi.

Namun, analisis besar menemukan bahwa meskipun paparan aluminium dapat menimbulkan faktor risiko, namun kurang signifikan dibandingkan dengan faktor lain seperti aktivitas fisik, depresi, dan diabetes tipe 2.

Pada Juli 1988, 20 ton aluminium sulfat secara tidak sengaja dibuang ke tangki air minum yang memasok Kota Camelford, Inggris. Insiden ini meningkatkan konsentrasi aluminium air minum lebih dari 500 kali batas yang diperbolehkan, dan akibatnya, 20.000 orang terpapar konsentrasi aluminium yang sangat tinggi dari persediaan air mereka.

Pemerintah Inggris mengikuti perkembangan populasi selama bertahun-tahun, bermaksud untuk menyelidiki dampak kesehatan dari pencemaran air. Pemerintah kemudian menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang menghubungkan kecelakaan Camelford tahun 1988 dengan dampak kesehatan di kemudian hari.

Beberapa penelitian yang diterbitkan beberapa tahun kemudian menceritakan tentang penurunan kognitif dan neurologis beberapa orang di kota.

Salah satu contoh menceritakan seorang pria berusia 49 tahun, yang mulai menderita kehilangan ingatan enam tahun setelah kecelakaan itu. Masalah ingatannya memburuk setelah lima tahun bersamaan dengan disfasia, halusinasi, dan sentakan. Dia meninggal pada usia 69 tahun. Analisis post-mortem menunjukkan bahwa dia menderita berbagai penyakit neurodegeneratif, termasuk penyakit Alzheimer, dan kadar aluminium yang tinggi juga ditemukan di bagian belakang otak.

Aluminium Adalah Neurotoksin (Racun Saraf)

Aluminium terutama datang dalam bentuk senyawa seperti aluminium hidroksida dan aluminium sitrat, bukan logam murni.

Saat aluminium berada dalam senyawa ini, logam tersebut memiliki muatan yang sangat reaktif plus 3 (+3). Ini sangat oksidatif dan berpotensi merusak.

Tidak  semua aluminium diserap sama. Unsur aluminium diserap sangat buruk di usus, tetapi aluminium sitrat dapat dengan mudah melewati usus dan masuk ke otak, kata seorang peneliti senior di Massachusetts Institute of Technology, Stephanie Seneff.

Di sistem saraf pusat, aluminium mengaktifkan gen yang mengurangi energi dan aktivitas saraf, meningkatkan peradangan, serta meningkatkan disfungsi saraf dan bahkan kematian.

Aluminium juga mengurangi pertumbuhan saraf dan dapat mempercepat pembentukan protein tau yang biasa ditemukan pada penyakit Alzheimer.

Aluminium dapat bereaksi dengan lipid yang membentuk batas sel, menyebabkan lipid terdegradasi. Sel-sel ini kemudian kehilangan batasnya, dan menjadi stres, meradang, dan berpotensi mati. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian pada sel-sel otak dari tikus dan juga dari manusia

Studi lain menemukan bahwa aluminium juga berpotensi merusak “pabrik energi” manusia.

Dalam sebuah studi laboratorium, semakin lama neuron terpapar aluminium, semakin besar toksisitasnya. Setelah neuron terpapar aluminium selama 48 jam, neuron tidak lagi memiliki aktivitas mitokondria. Mitokondria menghasilkan lebih dari 90 persen energi yang dibutuhkan tubuh dan sel-selnya.

Aluminium juga memperkenalkan perubahan pada DNA manusia, membuat sel-sel ini rentan terhadap kanker.

Selain itu, aluminium telah terbukti menyebabkan peradangan saraf dengan membunuh dan mengaktifkan astrosit—ini adalah “pembersih otak”, membersihkan puing-puing dan neuron mati—namun ketika terlalu aktif, aluminium mulai menghancurkan neuron.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika paparan aluminium dikaitkan dengan kehilangan memori dan penurunan kognitif.

Aluminium sangat terkait dengan demensia dan ensefalitis (radang saraf) akibat toksisitas aluminium dari dialisis pada pasien gangguan ginjal.

Banyak penelitian juga menghubungkan paparan aluminium dengan penyakit neurodegeneratif lainnya seperti penyakit Parkinson dan sklerosis lateral amyotrophic, meskipun penelitian bertentangan.

Ahli toksikologi lingkungan Albert Donnay menulis kepada The Epoch Times menurutnya korelasi itu ada.

“[Amyotrophic lateral sclerosis] membunuh saudara laki-laki saya Robert J. Donnay dan banyak pria lain yang bertempur dalam perang Korea,” tulis Albert.

Data dari Departemen Urusan Veteran A.S. menunjukkan bahwa veteran yang dikerahkan ke Perang Dunia II atau Perang Korea memiliki tingkat sklerosis lateral amiotrofik tertinggi, namun penyebabnya belum teridentifikasi.

“Beberapa peneliti termasuk saya percaya penyebabnya adalah paparan aluminium yang tinggi dari panci masak, peralatan makan yang digunakan semua orang, dan makanan kaleng yang mereka konsumsi,” yang merupakan banyak produk tomat yang melarutkan aluminium, tulis Albert.

Mendiagnosis dan Gejala Keracunan Aluminium

Tanda-tanda neurologis yang umum dari keracunan aluminium termasuk kebingungan, kejang, kelemahan otot, dan masalah bicara. Pada anak-anak, ini juga termasuk pertumbuhan yang lambat.

Dalam kasus ekstrim, orang paruh baya telah melaporkan kabut otak dan gejala mirip demensia, yang dianggap tidak normal untuk kelompok usia tersebut.

Namun, gejala-gejala ini dibagi di banyak penyakit. Praktisi penyakit dalam dan integratif Dr. Ana Mihalcea mengatakan kepada The Epoch Times bahwa mungkin sulit bagi dokter untuk membuat diagnosis.

“Salah satu masalah dengan logam berat adalah bahwa mereka memiliki efek racun yang sinergis,” kata Dr. Ana Mihalcea, “Kita tidak hanya terpapar aluminium, kita juga terpapar timbal, arsenik, kadmium, segala macam hal lainnya.”

“Jika Anda kemudian mendapatkan jumlah yang lebih besar dan lebih besar di dalam tu- buh, maka toksisitasnya meningkat.”

Dr. Ana Mihalcea mengatakan bahwa banyak pasiennya yang mengalami keracunan logam akan memiliki kadar logam beracun yang tinggi dalam darah mereka secara keseluruhan. Faktanya, logam  beracun  seperti  arsenik dan timbal masih cukup banyak terdapat di tanah dan air. Beberapa pipa air yang digunakan di AS masih terbuat dari timbal, dan rumah yang dibangun sebelum tahun 1970-an kemungkinan juga menggunakan cat bertimbal.

Karena timbal dan aluminium keduanya adalah neurotoksin, kedua logam beracun tersebut dapat bekerja secara sinergis untuk memperburuk dampak satu sama lain.

Cara Melepas Aluminium

Pilihan pengobatan umum untuk toksisitas aluminium adalah khelasi.

Pasien diberi obat melalui pil atau intravena, yang mengikat logam beracun — obat dan logam tersebut kemudian dikeluarkan melalui urin.

Chelation memiliki beberapa efek samping, termasuk rasa terbakar di tempat suntikan, mual, sakit kepala, dan demam.

Karena ia juga dapat digunakan untuk menghilangkan mineral penting dari menjadi level beracun, maka terapi khelasi juga dapat mengurangi logam yang bermanfaat.

Beberapa makanan dalam asupan mungkin merupakan khelator alami, termasuk sayuran yang mengandung sulfur seperti brokoli dan bawang putih. Kunyit juga telah disarankan mengandung sifat pengetat alami.

Serat makanan tidak larut seperti dedak gandum, sayuran, dan biji-bijian utuh juga dapat menghilangkan logam beracun, karena penelitian telah menunjukkan bahwa semakin besar tingkat serat makanan tidak larut yang dikonsumsi, semakin rendah tingkat logam beracun dalam darah.

Meminum air mineral kaya silika juga merupakan cara lain untuk menghilangkan aluminium dari tubuh.

Meskipun aluminium dan banyak logam beracun sulit dihindari, orang dapat mencoba mengurangi paparan keseluruhannya dengan mengambil langkah-langkah untuk menghindari produk yang mengandung aluminium dan memilih produk tanpa aluminium.

Mengonsumsi suplemen seperti vitamin A, C, dan D untuk mendukung mikrobioma usus juga dapat membantu.

Usus berfungsi sebagai “garis pertahanan pertama”, melawan makanan dan minuman yang mengandung banyak produk logam beracun, dan oleh karena itu harus didukung agar logam beracun yang tertelan dapat dibersihkan. “Ini adalah perubahan gaya hidup yang lengkap dan benar-benar berusaha untuk menghindarinya,” kata Dr. Ana. (yud)

Marina Zhang adalah penulis kesehatan untuk The Epoch Times, berbasis di New York. Dia terutama meliput berita tentang COVID-19 dan sistem perawatan kesehatan dan memiliki gelar sarjana biomedis dari The University of Melbourne. Hubungi dia di marina.zhang@ epochtimes.com