Wawancara Khusus dengan “Bapak Coronavirus” Michael Ming-Chiao Lai

oleh Chang Chun

Menanggapi dahsyatnya penyebaran virus COVID-19 di daratan Tiongkok saat ini, serta masalah munculnya fenomena “paru-paru putih” dan “infeksi ulang” yang telah menarik banyak perhatian dari pakar, NTDTV telah berhasil melakukan wawancara dengan seorang akademisi Taiwan yang juga dikenal sebagai “Bapak Coronavirus” Profesor Michael Ming-Chiao Lai, ia adalah seorang sarjana mikrobiologi dan virologi.

Epidemi di Tiongkok telah menyebabkan banyak pasien yang terinfeksi mengalami fenomena “paru-paru putih” akibat radang paru-paru akut, yang bahkan membuat para dokter panik menanganinya.

Dokter daratan Tiongkok mengatakan : “Lebih dari sepertiga pasien yaitu lebih dari 40 orang penyakitnya menjadi parah, dan ada belasan hingga 20 yang “paru-paru putih” hampir total”. Yang mengalami paru-paru memutih hampir total itu tidak cuma orang lanjut usia, tetapi juga mereka yang berusia 20-an, 40-an, ada juga yang 60-an, yang membuat saya sedikit panik”.

Tingkat kematian akibat epidemi di Tiongkok telah melonjak tinggi, sampai krematorium di mana-mana memiliki antrean panjang dan kelebihan beban.

Staf krematorium sedang memanggil antrian : “No. 397, No. 397, No. 398”.

Di negara-negara lain, manifestasi utama dari strain virus Omicron adalah merusak saluran pernapasan bagian tubuh atas manusia, dan jarang merusak paru-paru secara langsung. Mengapa virus di Tiongkok berperilaku sangat berbeda ? Apakah strain virus yang menyebar di daratan Tiongkok itu adalah strain Omicron ?

Profesor Michael M. C. Lai mengatakan : “Informasi yang dikirim dari daratan Tiongkok tidak ada yang lengkap. Misalnya, strain dari jenis coronavirus apa ? Itu belum diketahui. Jadi ada kemungkinan strain virus di daratan Tiongkok itu berbeda dari tempat lain. Dan semuanya belum memiliki data yang cukup untuk menilainya, sehingga ia dapat menyebabkan gejala yang berbeda, karena varian virusnya yang berbeda”.

Selain menyebabkan paru-paru memutih, “kembali positif” atau infeksi ulang,  juga merupakan fenomena khusus pada epidemi di Tiongkok. Kini, menjelang Tahun Baru Imlek, apakah sejumlah besar pekerja migran yang pulang kampung tidak akan terinfeksi kembali telah menjadi topik hangat diskusi di Weibo.

“(Infeksi ulang) itu tidak normal, tetapi ada banyak laporan seperti ini, masalahnya adalah infeksi dapat terjadi dan terjadi lagi. Itu karena kekebalan tubuh tidak dapat sepenuhnya memblokir infeksi yang disebabkan oleh virus. Maka ada dugaan bahwa kemungkinan besar strain mutan di Tiongkok itu sedikit berbeda. Kami masih harus menunggu sampai kami memiliki cukup data sebelum dapat membuat keputusan”, kata profesor Michael M. C. Lai.

Profesor Michael M. C. Lai menunjukkan bahwa inti masalahnya adalah apakah virus yang menyebar di daratan Tiongkok sama dengan virus sebelumnya ?

“Sedikit saja perubahan pada asam amino dan urutan gennya dapat mengubah sifat kekebalannya dan menjadi galur mutan baru. Masalahnya adalah galur mutan baru tersebut tidak akan dilumpuhkan oleh sistem kekebalan asli, sehingga virus baru mampu menginfeksi ulang (orang yang sama)”, katanya.

Pemerintahan partai komunis Tiongkok juga terus menyembunyikan jumlah kematian akibat epidemi tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia telah berulang kali mengungkapkan bahwa pemerintah Tiongkok tidak melaporkan data kematian yang sebenarnya.

Pada 16 Januari, WHO kembali mengeluarkan pernyataan yang menghimbau pemerintah Tiongkok untuk memantau kematian berlebih yang disebabkan oleh virus partai komunis Tiongkok (COVID-19).

Profesor Michael M. C. Lai  mengatakan : “Semua orang masih belum berani mempercayai data (kematian akibat epidemi), karena tidak ada informasi yang akurat tentang situasi internal di Tiongkok, jadi sulit untuk menilai apakah itu benar atau tidak. Tapi itu sudah terlihat begitu banyak orang yang meninggal, situasi epidemi pasti sangat serius. Karena kebijakan Nol Kasus mengatakan bahwa setiap infeksi memiliki isolasi yang ketat, tetapi tiba-tiba semuanya berubah dalam semalam, infeksi atau tidak semuanya menjadi tidak penting. Itu membuat orang bertanya-tanya angka mana yang benar, jadi saya tidak percaya”.

Setelah merebaknya epidemi, agar secepatnya melintasi kurva puncak infeksi dan mencapai kekebalan kelompok dalam 2 bulan, pemerintah komunis Tiongkok secara resmi mempromosikan apa yang mereka sebut “Nasionalisasi Positif”, membiarkan rakyatnya terinfeksi, seakan mencoba untuk mengorbankan sebagian dari rakyatnya, membiarkan rakyatnya terinfeksi untuk mencapai kekebalan kelompok.

“Itu berarti PKT bersiap untuk mengorbankan sebagian orang untuk membela yang lain. Menurut saya ini tidak layak dalam etika kedokteran. Kita seharusnya tidak memiliki gagasan seperti itu. Kita harus melindungi semua orang”, kata Profesor Michael.

Justru pada saat epidemi sedang merebak dengan hebat, pemerintah Tiongkok membuka kembali negaranya untuk membiarkan warganya bepergian ke luar negeri. Pada 17 Januari, seorang pejabat dari Administrasi Imigrasi Nasional menyatakan bahwa wisatawan asal Tiongkok yang memasuki Taiwan setiap harinya telah meningkat sebesar 48,2%.

Profesor Michael M. C. Lai  mengatakan : “Strain virus yang menyebar di daratan Tiongkok cenderung menyebar ke seluruh dunia. Yang penting adalah kita perlu melihat jenis virus yang mana. Beberapa strain mutan akan menghindari sistem kekebalan, dan beberapa strain virus akan menginfeksi dan menyebabkan penyakit yang lebih serius. Saya menemukan bahwa jenis virus ini menyebar dengan sangat cepat, sehingga orang-orang di seluruh dunia sangat khawatir. Kita harus mencegah jenis virus ini menjadi pandemi yang menyebabkan dunia terinfeksi.”

Akademisi Michael M. C. Lai  telah lama mengabdikan dirinya pada penelitian virus dan mendirikan laboratorium penelitian pertama untuk coronavirus. Setelah wabah SARS, media dalam dan luar negeri menghormatinya sebagai “Bapak Coronavirus”. (sin)