Ditinggal Mati Aktivis Pawang Gantikan Peran Induk Bayi Gajah Yatim Piatu

EpochTimesId – Populasi Gajah Afrika semakin terancam karena maraknya perburuan yang menyasar gading. Terlebih, anak-anak gajah kehilangan induk karena tertangkap pemburu ditinggalkan tidak berdaya. NTD.TV melaporkan, sekitar 100 gajah terbunuh karena perburuan liar guna mendapatkan gading mereka setiap harinya. Seperti dilansir dari laporan World Elephant Day.

Bahkan ketika pemburu tidak berhasil menemukan gajah dewasa, mereka seringkali membunuh gajah remaja dan mengambil gadingnya. Kondisi ini membuat sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM/NGO) merasa kecewa dan iba.

Sebuah organisasi penyelamat yang geram akan aksi para pemburu berusaha untuk membuat anak gajah yang tak memiliki orangtua ini betah di bawah pengawasan mereka. Mereka mengambil Peran sebagai induk bagi bayi-bayi gajah yatim piatu.

Mereka seolah tidak ingin populasi gajah terus turun, walau gajah dewasa yang kehilangan nyawa seringkali meninggalkan bayi mereka yang tidak berdaya. Organisasi nirlaba bernama David Sheldrick Wildlife Trust yang berpusat di Kenya melakukan semua yang mereka bisa untuk membantu anak gajah yang masih kecil.

Mereka menyelamatkan bayi gajah dari aksi perburuan liar, dan kemudian bekerja untuk mensimulasikan lingkungan alami yang akan membuat mereka merasa nyaman. Bayi-bayi gajah akan mengalami suasana seperti yang akan mereka alami jika dipelihara oleh ibu mereka.

Penanganan seperti ini dilakukan untuk menjaga anak gajah sampai mereka siap dan bisa menjaga diri saat dikembalikan ke alam liar.

Sejak awal, orang-orang yang terlibat dalam ‘Proyek Perlindungan Gajah Yatim Piatu’ ini telah berhasil mengumpulkan dan menyelamatkan lebih dari 150 gajah bayi. Penanganan hewan ini meniru hubungan antara ibu dan bayi gajah sedekat mungkin dan sengaja dimiripkan dengan aslinya. Mereka bahkan tinggal bersama gajah 24 jam sehari.

Gajah bayi dihiasi dengan selimut, yang mensimulasikan undercarriage seorang ibu saat menyusui susu. Bahkan aktivis tidak akan memberi makan tanpa selimut karena memberi rasa aman dan nyaman. Para pawang, orang yang mengurusi anak gajah, memberi makan gajah itu dengan susu melalui botol.

Pawang gajah ini pun rela berada dekat dengan binatang ini setiap saat. Ini karena, dalam keadaan normal, gajah bayi juga tidak pernah lepas dan jauh dari ibu mereka.

Mereka selalu melakukan interaksi normal dan berhubungan dengan anak gajah. Pertemuan menyenangkan ini memfasilitasi mereka untuk bisa kuat dan beradaptasi dengan baik ketika mereka dikembalikan ke alam liar dengan kawanan gajah dewasa.

Dengan begitu banyak waktu yang dihabiskan bersama, ikatan antara pawang dan gajah bisa menjadi sangat dekat. Banyak pawang memiliki anak sendiri dan mereka melihat kesamaan dalam cara mengasuh anak-anak mereka dan anak gajah ini.

Mereka bahkan harus bangun di tengah malam untuk memenuhi kebutuhan bayi gajah. Salah seorang pawang, Keeper Mishak, menegaskan, “Gajah adalah alarm kami Setiap tiga jam, mereka harus diberi makan dan minum!”

Pekerjaan pawang gajah nampaknya berat, tapi bagi mereka ini cukup memuaskan pada saat bersamaan. Kita bisa membayangkan betapa sulitnya bagi para pawang gajah untuk melepaskan hewan yang mereka angkat dan besarkan dengan begitu banyak gairah, dikembalikan ke alam liar. (intan/asr)