PKT Memperketat Pengawasan Xinjiang Menyebabkan Ribuan Muslim Uighur Hilang

oleh Qin Yufei

Epochtimes.id- Baru-baru ini tidak seorang pun tahu di mana keberadaan seorang mahasiswa Uighur di Xinjiang, Tiongkok sekembalinya ia dari studi di Mesir, dan apa yang terjadi pada dirinya setelah ia dibawa pergi oleh polisi Partai Komunis Tiongkok (PKT). Termasuk ibunya, tetangga, teman sekelasnya tidak ada yang tahu-menahu tentang keberadaannya.

Associated Press melaporkan bahwa kelompok hak asasi manusia dan akademisi memperkirakan, masih ada puluhan ribu etnis Uighur Xinjiang mengalami nasib yang sama dengan mahasiswa tersebut.

Mereka dikirim ke kamp konsentrasi rahasia tanpa persidangan. Mereka didakwa melakukan kejahatan politik, yakni berpandangan ekstremisme sampai melakukan perjalanan ke luar negeri dan belajar.

Sejak tahun lalu otoritas PKT menggunakan teknologi digital dalam pengawasan aktivitas warga untuk membentuk citra sebuah negeri kepolisian di Xinjiang, jumlah warga Uighur Xinjiang yang hilang semakin meningkat.

Ilustrasi/Suasana kota Khasgar, Xinjiang. (Kevin Flayer/Getty Images/EpochTimes)

Seiring dengan dibangunnya kamp-kamp konsentrasi, jumlah petugas polisi yang berjaga di jalan-jalan di Xinjiang juga bertambah hingga mencapai rekor yang belum pernah terpecahkan sebelumnya.

Sistem pengawasan jejak digital yang cukup canggih digunakan untuk melacak keberadaan seorang Uighur yang dicurigai. Dengan siapa ia berbicara dan apa topik pembicaraannya ?

Dalam bayangan PKT, etnis Uighur adalah bagian dari sistem terorisme dan mereka dapat saja ditangkap, diinterogasi pihak berwenang karena berinteraksi dengan kerabat mereka yang berada di luar negeri.

Langkah kebijakan memperketat pengawasan melalui teknologi digital untuk provinsi Xinjiang tersebut dipimpin oleh Chen Quanguo, seorang sekretaris partai propinsi Xinjiang yang baru memperoleh promosi pada tahun 2016.

Chen Quanguo bersumpah untuk memburu siapa saja yang berani menjadi teroris dan menciptakan separatisme. Ia mengklaim bahwa pihak berwenang akan menghabisi semua teroris yang ada di Xinjiang.

Melalui interview terhadap para etnis Uighur di luar negeri, meninjau dokumen pemerintah dan mengunjungi Xinjiang selatan, reporter Associated Press merangkumkan gambaran betapa ‘perang melawan teroris’ yang diciptakan otoritas itu membuat masyarakat Uighur di Xinjiang gemetar ketakutan.

Polisi Xinjiang sedang memantau warga di depan sebuah masjid. (Johannes Eisele/AFP/Getty Images via Epoch Times)

Pejabat Tiongkok mengatakan bahwa tindakan pengamanan sekarang jauh lebih dibutuhkan daripada waktu-waktu sebelumnya, karena militan Uighur Xinjiang berjuang berdampingan dengan ekstremis di Suriah.

Namun, aktivis Uighur dan kelompok hak asasi manusia internasional percaya bahwa tindakan keras tersebut memancing bantahan dari Al-Qaida. Al-Qaida merilis video mengutuk penindasan yang dilakukan PKT dengan menggunakan bahasa Uighur.

“Dengan demikian sejumlah kebencian dan keinginan untuk membalas dendam tumbuh subur” kata Rukiye Turdush, seorang aktivis Uighur di Kanada. “Bagaimana terorisme menyebar? Ketika orang tidak punya tempat untuk pergi.”

Pemerintah komunis mengiklankan kamp konsentrasi mereka sebagai tempat ‘pelatihan kejuruan’ namun tujuan utamanya adalah mencuci otak.

Sebuah dokumen resmi Xinjiang menggambarkan bahwa ‘pelatihan kejuruan’ itu tidak dipungut biaya, benar-benar tertutup dan mengikuti sistem militer.

Warga etnis Uighur pengikut program yang berjalan selama tiga bulan sampai dua tahun ini dapat memperoleh pelajaran-pelajaran seperti bahasa Mandarin, hukum, cara menggalang persatuan nasional, menghapus gagasan ekstrem dan membina patriotisme.

Umat Islam sedang Shalat di Mesjid Kashi, Xinjiang (China Photos/Getty Images)

Selain itu, mereka juga dibina untuk menerapkan ‘5 unsur kebersamaan’ yaitu hidup bersama, berlatih bersama, belajar bersama, makan bersama, dan tidur bersama.

Associated Press melaporkan bahwa ada 3 atau 4 buah kamp konsentrasi semacam ini yang berdiri di kota Korla, Xinjiang yang di dalamnya menampung total ribuan siswa.

Seorang reporter Associated Press mengunjungi sebuah kamp konsentrasi yang di dalamnya terpampang papan nama bertuliskan Rumah Tahanan.

Kamp konsentrasi lainnya terletak di sebuah jalan pada pusat kota, di depan pintu masuk tampak ada polisi yang berdiri menjaga  dengan tangannya memegang sebuah senapan panjang. Kamp konsentrasi ketiga berada dalam lokasi sebuah pangkalan militer.

Xinjiang adalah salah satu daerah otonom yang masuk dalam wilayah teritorial Tiongkok. Wilayah yang berpenduduk sekitar 21 juta jiwa mayoritas dihuni oleh etnis Uighur yang mayoritas sebagai Muslim. (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com