Guaido Kembali ke Venezuela Ketika Aksi Massa Banjiri Jalanan Ibukota

EpochTimesId – Presiden interim Venezuela, Juan Guaido kembali ke negaranya pada tanggal 4 Maret 2019 waktu setempat. Dia pulang di bawah ancaman penangkapan oleh rezim diktator sosialis yang dinilai ilegal, Nicolas Maduro.

“Sudah ada di tanah air kita tercinta! Venezuela, kami baru saja melewati migrasi dan kami akan memobilisasi massa dimana orang-orang kami berada!” Guaido menulis dalam bahasa Spanyol di Twitter. “Kami memasuki Venezuela sebagai warga negara bebas, tidak ada yang memberi tahu kami sebaliknya.”

Guaido, yang diakui oleh lebih dari 50 negara demokrasi sebagai pemimpin sah Venezuela, merahasiakan rincian perjalanannya kembali ke Venezuela. Dia telah meminta rakyat Venezuela untuk turun ke jalan dan memprotes rezim Maduro pada 4 dan 5 Maret. Tentunya kehadirannya sangat diharapkan oleh para pendukungnya.

Pejabat senior pemerintah AS memperingatkan Maduro agar tidak mengganggu dan melukai Guaido, atau mencegahnya masuk kembali ke Venezuela.

“Kembalinya Guaido ke Venezuela yang aman adalah yang terpenting bagi AS,” tulis Wakil Presiden AS, Mike Pence di Twitter.

“Segala ancaman, kekerasan, atau intimidasi terhadapnya tidak akan ditoleransi & akan ditanggapi dengan cepat. Dunia sedang mengawasi,” kicau Pence, beberapa menit sebelum Guaido mengumumkan kembalinya Dia ke Venezuela.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton juga mengirimkan peringatan.

“Ancaman atau tindakan apa pun terhadap kembalinya yang aman akan disambut dengan respons yang kuat dan signifikan dari Amerika Serikat dan komunitas internasional,” tulis Bolton di Twitter.

Guaido telah menyerukan kepada rakyat Venezuela untuk turun ke jalan pada jam 11 pagi pada tanggal 4 Maret 2019. Aksi ini untuk meningkatkan tekanan internal pada Maduro untuk menyerahkan kendali pemerintah.

Guaido mendarat pukul 12.20 malam pada 4 Maret di bandara Internasional Simon Bolivar di La Guaira, kurang dari satu jam berkendara dari ibukota Venezuela, Caracas. Rekaman video dari tempat kejadian menunjukkan kerumunan pendukung menyapa Guaido ketika Dia berjalan ke mobilnya.

Guaido menulis di Twitter bahwa Dia berencana untuk kembali langsung ke Caracas setelah mengunjungi pendukungnya di pantai. Beberapa menit kemudian, gambar yang diposting di media sosial menunjukkan Guaido menyapa pendukung di pantai.

Di Caracas, kerumunan pendukung Guaido membanjiri jalan-jalan sebelum kedatangannya.

Para pendukung presiden sementara Venezuela Juan Guaido ambil bagian dalam sebuah demonstrasi menentang pemerintah diktator sosialis yang tidak sah Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela, 4 Maret 2019. (Foto : Manaure Quintero/Reuters/The Epoch Times)

Menurut Senator Marco Rubio (Republikan/Florida), Rezim Maduro telah memblokir jalan raya utama yang menghubungkan Caracas ke bandara.

Guaido meninggalkan Venezuela ke Kolombia bulan lalu untuk membantu konvoi bantuan internasional menyeberang ke negaranya. Bantuan itu dipenuhi dengan blokade, kekerasan, gas air mata, dan bahkan peluru. Pasukan keamanan Maduro menewaskan enam orang selama bentrokan itu.

Menurut saksi mata, para operator yang bersekutu dengan Maduro membakar setidaknya dua truk yang sarat dengan makanan dan obat-obatan yang ditujukan untuk rakyat Venezuela yang miskin.

Maduro, yang kebijakan sosialisnya melumpuhkan negara yang dulunya kaya minyak itu, menyangkal ada krisis. Padahal, sembilan dari 10 rakyat Venezuela hidup dalam kemiskinan, sementara lebih dari setengahnya kelaparan setiap hari.

Ketika ditunjukkan dengan gambar-gambar orang yang makan sisa makanan dari belakang truk sampah minggu lalu, Maduro justru memotong sebuah wawancara dengan jurnalis kenamaan Meksiko-AS, Jose Ramos. Militer juga sempat menahan kru, dan menyita alat perekam dan ponsel.

Hanya segelintir rezim komunis saat ini dan bekas negara komunis yang masih terus mendukung Maduro, termasuk Tiongkok, Rusia, Korea Utara, dan Kuba. Pejabat AS terus menunjukkan bahwa Maduro adalah boneka bagi rezim komunis Kuba. Lebih dari 90.000 proksi Kuba bekerja di pemerintah Venezuela dan perusahaan milik negara. Sementara itu, lebih dari 20.000 personel pasukan keamanan Kuba membantu kepolisian negara di Venezuela.

“Peran Kuba dalam menumbangkan demokrasi dan mengobarkan penindasan di Venezuela sangat jelas,” kata Bolton. “Itulah sebabnya AS akan terus memperketat pembatasan keuangan pada layanan militer dan intelijen Kuba. Negara-negara demokrasi di kawasan itu harus mengutuk rezim Kuba.”

Setelah pasukan Maduro memblokir konvoi bantuan, Guaido mengusulkan bahwa ‘semua opsi tetap terbuka’ untuk menjatuhkan Maduro.

“Presiden Guaido dengan selamat kembali ke Venezuela hari ini,” kata Bolton di Twitter. “Amerika Serikat sepenuhnya mendukung Guaido dan Majelis Nasional. Keamanannya harus dijamin. Dunia sedang menonton.”

Rezim Maduro telah memenjarakan puluhan pemimpin oposisi dan aktivis karena berusaha menggulingkan Maduro melalui demonstrasi jalanan yang penuh kekerasan pada tahun 2014 dan 2017, termasuk mentor Guaido, Leopoldo Lopez, yang masih dalam tahanan rumah.

Pada 3 Maret, Guaido mengatakan transisi ke pemerintahan baru akan menjadi proses yang panjang dan sulit.

Dia telah menawarkan amnesti di masa depan kepada pejabat negara dan tentara, meskipun militer sebagian besar tetap loyal kepada Maduro. Namun, agen imigrasi Kolombia melaporkan beberapa ratus desersi militer Venezuela terjadi dan lari ke negara tetangga itu sejak 23 Februari 2019. (IVAN PENTCHOUKOV dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M