NASA Katakan Penghancuran Satelit India Ancam Stasiun Luar Angkasa Internasional

EpochTimesId – NASA mengatakan bahwa kehancuran satelit India pekan lalu menimbulkan ancaman bagi Stasiun Luar Angkasa Internasional. Termasuk para astronot yang ada di dalamnya.

Pekan lalu, India dengan sengaja menghancurkan salah satu satelitnya dengan rudal. Menurut Perdana Menteri Narendra Modi, kemampuan itu menjadikan India sebagai ‘kekuatan antariksa’.

Pemimpin NASA, Jim Bridenstine mengatakan uji coba itu adalah hal yang mengerikan. Sebab, penghancuran itu menciptakan sekitar 400 keping puing di orbit Bumi. Dia mengatakan risiko puing untuk menabrak ISS telah meningkat secara signifikan.

“Tidak jelas berapa banyak potongan puing yang dibuat dalam uji coba itu. Banyak potongan puing cukup besar untuk mengancam ISS, tetapi mereka tidak cukup besar untuk dilacak,” kata Bridenstine, seperti dikutip dari Business Insider.

“Apa yang kami lacak sekarang, benda-benda yang cukup besar untuk dilacak. Kami membicarakan benda sekitar 10 cm (4 inci) atau lebih besar, sekitar 60 buah sudah berhasil dilacak,” sambung Bridenstine.

Dua puluh empat keping mengarah ke orbit di atas ISS. Satelit yang dihancurkan itu mengorbit di atas stasiun ruang angkasa.

“Itu adalah hal yang mengerikan, mengerikan untuk menciptakan sebuah peristiwa yang mengirimkan puing-puing di sebuah area yang melampaui Stasiun Luar Angkasa Internasional,” tambah Bridenstine. “Kegiatan semacam itu tidak kompatibel dengan masa depan penerbangan antariksa dengan manusia.”

Modi mengumumkan pada 27 Maret 2019, bahwa ‘prestasi bersejarah’ telah dicapai setelah India berhasil menembak jatuh satelit dengan rudal dari darat, CNN melaporkan. Hanya Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia yang memiliki rudal sejenis itu.

Kementerian Luar Negeri India menyatakan bahwa uji coba rudal dilakukan pada atmosfer yang lebih rendah untuk memastikan bahwa tidak ada puing-puing angkasa. “Apa pun puing yang dihasilkan akan hancur dan jatuh kembali ke Bumi dalam beberapa minggu,” menurut laporan tersebut.

Namun, Bridenstine menambahkan bahwa tidak dapat diterima untuk mengizinkan seseorang membuat bidang puing orbital yang membahayakan penduduk Bumi.

“Kami ditugasi untuk memungkinkan lebih banyak kegiatan di luar angkasa daripada yang pernah kami lihat sebelumnya dengan tujuan memberi manfaat bagi kondisi manusia, apakah itu obat-obatan atau mencetak organ manusia dalam 3-D untuk menyelamatkan nyawa di Bumi, atau kemampuan manufaktur di luar angkasa ketika Anda tidak dapat melakukan gravitasi dengan baik. Semua itu berada dalam risiko, ketika peristiwa semacam ini terjadi,” katanya, dikutip dari CNN.

Pemandangan Bumi terlihat dari Cupola di sisi yang menghadap Bumi dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 12 Juni 2013. (Foto : NASA)

NASA melacak ada sekitar 23.000 potongan puing ruang angkasa yang lebih besar dari empat inci.

Para pejabat India mengatakan uji coba itu dilakukan di atmosfer yang lebih rendah untuk memastikan tidak ada potongan yang mengorbit di sekitar Bumi.

Kementerian Luar Negeri di New Delhi mengatakan bahwa India tidak melanggar undang-undang atau perjanjian apa pun, seperti dikutip dari the Hindu Business Line.

Bridenstine minggu ini menambahkan bahwa uji anti-satelit 2007 yang dilakukan oleh Tiongkok menciptakan sejumlah puing yang signifikan, yang hingga kini masih berada luar angkasa, menurut Business Line.

“Dan kita masih menghadapinya. Kami masih, kami sebagai bangsa bertanggung jawab untuk melakukan kesadaran situasional ruang angkasa dan manajemen lalu lintas antariksa, analisis konjungsi untuk seluruh dunia,” tutupnya. (JACK PHILLIPS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M