Mengapa Komunis Tiongkok Begitu Nekat Merampas Kebebasan Warga Hong Kong?

oleh Diana Zhang

Lebih dari sepuluh ribu orang turun ke jalan-jalan di Hong Kong pada akhir pekan lalu, setelah Komunis Tiongkok pada pertemuan tahunan legislatif stempel karetnya, mengusulkan sebuah Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional baru versi Hong Kong. 

Langkah Beijing sudah dilakukan secara cermat dan dihitung dengan dorongan putus asa  yang mengingatkan pada permainan Russian Roulette.  

Mengutip dari VOA, Russian Roulette berasal dari bahasa Rusia “Russkaya Ruletka.” Ini adalah suatu permainan yang sangat berbahaya dan menyebabkan kematian.

Untuk diketahui, contoh klasik permainan ini adalah dua orang yang menggunakan sebuah pistol yang diisi dengan satu peluru. Tujuannya untuk menyelesaikan sengketa yang sulit. Kedua orang tadi secara bergantian memutar silinder pistol dan menarik pelatuk senjata yang diarahkan ke kepalanya sendiri, sampai salah seorang tewas karena tembakan peluru pistol itu.

Kembali ke topik Hong Kong, jika rancangan undang-undang ini disahkan, ini adalah akhir dari “satu negara, dua sistem” yang sempat dijanjikan oleh Partai Komunis Tiongkok . 

Nantinya, kantor pusat Beijing akan mendirikan kantor keamanan nasional di Hong Kong. 

Orang-orang kemudian dapat ditangkap secara sewenang-wenang. Mereka bakal diseret ke daratan untuk dituntut dalam suatu sistem tanpa aturan hukum. 

Bisa jadi, orang-orang dapat ditangkap dan ditangani di Hong Kong setelah sistem hukum Hong Kong ditumbangkan dan diubah menjadi replika daratan Tiongkok. 

Warga Hong Kong mencurigai polisi militer Komunis Tiongkok sudah dikirim ke Hong Kong.

Beijing mengambil tindakan ini setelah kekacauan merebak akibat pandemi. Lebih dari 122 negara menginginkan penyelidikan tentang bagaimana wabah virus Komunis Tiongkok terjadi di Tiongkok. 

Mengapa mengambil langkah seperti itu? mengetahui kejadian itu akan membawa lebih banyak kecaman internasional terhadap Komunis Tiongkok. Rezim Komunis Tiongkok sebenarnya sudah mempertimbangkan risiko politik dan keuangan dengan cermat. Pada akhirnya, keamanan politik tampak lebih mendesak dan kritis bagi partai Komunis Tiongkok.

September 2020 ini Hong Kong akan memilih anggota untuk legislatifnya, LegCo. 

Dalam pemilihan distrik November lalu, Beijing meremehkan sikap rakyat Hong Kong. Sebanyak 388 kursi menjadi pro-demokrasi, sementara hanya 62 kursi yang dipegang oleh kandidat pro-Komunis Tiongkok. Hasil serupa dalam pemilihan LegCo akan memiliki dampak yang jauh lebih besar. 

Komunis Tiongkok tidak dapat mentolerir tantangan politik seperti ini, dan karenanya ingin mengambil tindakan saat ini juga.

Lalu, ada aksi protes. Pada April 2019, Komunis Tiiongkok memperkenalkan RUU ekstradisi,  seperti undang-undang keamanan nasional yang baru saja diusulkan.  Dinilai oleh warga Hong Kong sebagai upaya untuk mengambil hak-hak sipil mereka. 

Komunis Tiongkok dikejutkan oleh hasilnya: protes massa yang terus-menerus selama setengah tahun. Kadang-kadang, dua juta orang turun ke jalanan, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya di bawah kekuasaan Komunis Tiongkok. 

Khawatir bahwa jika Hong Kong tidak dapat dikendalikan, daratan Tiongkok akan mengikuti contoh Hong Kong.

Akhirnya, Beijing merasa harus bertindak.  Dikarenakan pertikaian politik di tingkat elit semakin serius. Hong Kong telah menjadi basis bagi elit daratan selama lebih dari dua dekade. 

Faksi yang berbeda memiliki orang-orang di Hong Kong, termasuk penentang pemimpin Partai Komunis Tiongkok,  Xi Jinping. Hong Kong berfungsi sebagai pusat utama : aset ditahan di sana, informasi orang dalam dirilis di sana, dan kota menyediakan jendela yang nyaman untuk mendapatkan uang dari Tiongkok.

Bagi orang awam, Hong Kong seperti Berlin Barat pada zaman dulu. 

Bagi Xi, ini bisa menjadi basis anti-Xi. Beijing menangkap seorang penjual buku Hong Kong, yang menerbitkan sebuah buku yang mengkritik Xi dan miliarder Xiao Jianghua, yang mengelola aset untuk  putra mahkota partai atau anak-anak pemimpin top partai komunis Tiongkok. 

Ada lebih banyak orang yang ingin ditangkap oleh Beijing. Sedangkan undang-undang keamanan nasional yang baru membuat penangkapan semacam itu lebih mudah dilakukan.

Komunis Tiongkok selalu menggunakan Hong Kong untuk melakukan apa yang ingin dilakukan tetapi tidak dapat melakukannya di daratan. 

Dulunya merupakan pusat manufaktur, Hong Kong telah kehilangan itu ke daratan dan sekarang hanya berfungsi sebagai pusat keuangan. 

Satu-satunya jendela Beijing untuk mengakses pasar internasional adalah Hong Kong.

Jika Komunis Tiongkok menempatkan Hong Kong di bawah “satu negara, satu sistem,” Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa akan mengambil status pelabuhan bebasnya. Satu-satunya jendela keuangan yang dimiliki Beijing akan ditutup.Untuk Komunis tiongkok, ini bunuh diri. 

Tetapi Partai Komunis Tiongkok tak memiliki pilihan yang baik. Setiap langkahnya baru-baru ini terlihat menghancurkan dirinya sendiri. Tak heran warga Hong Kong memegang poster di jalan-jalan yang berbunyi, “Langit memusnahkan Partai Komunis Tiongkok.” (asr)

Diana Zhang, Ph.D., adalah seorang penulis staf dengan pengalaman 20 tahun dalam studi di Tiongkok. Berbasis di Amerika Serikat, dia menggunakan nama pena untuk melindungi anggota keluarganya di Tiongkok.

FOTO : Protes terhadap RUU Keamanan Nasional yang diusulkan Beijing di Pulau Hong Kong di Hong Kong pada 24 Mei 2020. Para peserta pawai mengangkat lima jari yang melambangkan tuntutan mereka dan memegang poster yang mengatakan “Langit Memusnahkan Partai Komunis Tiongkok.” (Anthony Wallace / AFP via Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=nI2IJV1AGJM