Tiongkok Sangat Bergantung Pada Chip Taiwan Sehingga Melemahkan Fungsi Pembalasan Perdagangan

oleh Chen Ting

Para ekonom percaya bahwa sanksi ekonomi yang dijatuhkan rezim Beijing terhadap Taiwan karena menyambut baik kunjungan Ketua DPR-AS Nancy Pelosi, hanya berdampak kecil karena Tiongkok masih sangat bergantung pada produk teknologi tinggi Taiwan.

Menurut laporan Bloomberg (tautan: https://www.bloomberg.com/news/articles/2022-08-17/china-s-reliance-on-taiwan-would-make-trade-retaliation-costly), para ekonom mengatakan bahwa meskipun pemerintah melarang impor beberapa produk makanan asal Taiwan, tetapi nilai perdagangannya yang cuma 1% berkontribusi kecil terhadap produk domestik bruto (PDB) Taiwan. Meskipun Beijing masih dapat meningkatkan sanksi melalui pembatas impor lebih banyak komoditas seperti produk makanan, kayu, atau mineral dari Taiwan. Tetapi mengingat ketergantungan Tiongkok terhadap produk teknologi mutakhir Taiwan masih sangat tinggi, jadi sanksi apa pun yang dapat merusak perekonomian Taiwan nyaris tidak dapat menunjukkan efektivitasnya.

Ma Tieying, seorang ekonom DBS Group Holdings Ltd. mengatakan : “Jika Anda melihat peran Taiwan dalam pasokan semikonduktor global, Anda bisa tahu bahwa ia (Taiwan) sangat diuntungkan. Jika semikonduktor buatan Taiwan dilarang (oleh Beijing), maka Tiongkok akan sulit untuk menemukan pasokan alternatif”.

Ekonom Goldman Sachs Group dalam sebuah catatan penelitian pekan lalu menunjukkan bahwa produk makanan yang diekspor Taiwan hanya menyumbang 0,4% dari perdagangan lintas selat. Pembatasan yang baru-baru ini diterapkan rezim Beijing terhadap produk buah-buahan jeruk dan produk daging beberapa jenis ikan asal Taiwan juga berdampak kurang 0.1% dari PDB Taiwan.

Adapun rezim Beijing juga membatasi ekspor pasir alam ke Taiwan, ekonom di JPMorgan percaya bahwa Taiwan telah mampu mengurangi ketergantungannya pasir alam Tiongkok  1 tahun sejak larangan itu diberlakukan Beijing pada tahun 2007. Jadi, itu cuma bersifat simbolis saja yang tanpa berpengaruh.

Bloomberg menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Taipei terus berupaya untuk mengurangi ketergantungan ekonominya pada Tiongkok dan memperkuat perdagangan dan investasi di negara-negara Asia Tenggara, India, Australia, dan Selandia Baru. Ini juga secara signifikan mengurangi pengaruh dari pembalasan perdagangan yang dilakukan Beijing.

Secara keseluruhan, perdagangan antar selat tahun 2021 mencapai USD. 328,3 miliar. Namun, produk teknologi menyumbang hampir 70% dari total ekspor Taiwan ke Tiongkok.

Taiwan adalah basis pasokan semikonduktor kelas dunia, hal ini berkat keuntungan besar dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang dengan sendirinya menyumbang sekitar setengah dari pasar pengecoran chip global.

Gambar logo dan bangunan TSMC. (Sam Yeh/AFP)

Jika pemerintah Tiongkok melarang impor chip dari Taiwan, terutama chip 5nm dan 7nm yang masih tergolong canggih saat ini, maka mereka akan sulit untuk menemukan pemasok alternatif.

Meskipun belakangan ini perusahaan Tiongkok berusaha untuk membuat kemajuan dalam memproduksi chip canggih, tetapi menurut penjelasan pakar industri, bahwa mereka masih jauh tertinggal di belakang standar TSMC.

Selain itu, banyak perusahaan elektronik utama Taiwan memiliki basis produksi di daratan Tiongkok, seperti halnya Foxconn Technology Group yang termasuk salah satu perusahaan swasta terbesar di Tiongkok. Ia ditunjuk perusahaan Apple sebagai perakit iPhone utama yang mempekerjakan sekitar 200.000 orang tenaga kerja di Kota Zhengzhou, Tiongkok. 

Ini mungkin menyulitkan pihak berwenang Tiongkok untuk “menyerang” perusahaan Taiwan semacam itu, karena khawatir juga akan menimbulkan efek domino terhadap ekonomi daerah.

Pariwisata adalah item lain yang mungkin ditargetkan Beijing, meskipun dampaknya mungkin terbatas karena sebelum lockdown COVID-19, otoritas Tiongkok telah membatasi warga negara Tiongkok untuk memperoleh visa berkunjung ke Taiwan.

Latihan militer Tiongkok yang mengepung Taiwan juga dapat memengaruhi rute pasokan di Selat Taiwan yang merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Namun, hal ini juga berpengaruh signifikan terhadap pasokan barang ke daratan Tiongkok.

Hua Joo Tan, seorang konsultan di perusahaan analisis peti kemas Linerlytica, mengatakan bahwa latihan militer Tiongkok baru-baru ini berdampak terbatas pada lalu lintas kapal peti kemas di Selat Taiwan. Ia menambahkan, kapal yang masuk ke pelabuhan Taiwan tidak harus melalui Selat Taiwan, namun bagi kapal peti kemas yang masuk ke pelabuhan di Hongkong dan Tiongkok bagian utara seringkali harus melalui Selat Taiwan. Dengan demikian, sebenarnya latihan militer bagi lalu lintas kapal peti kemas lebih merugikan Tiongkok sendiri ketimbang Taiwan.

Mengingat pengalaman dua minggu terakhir, Hua Joo Tan menilai bahwa otoritas Tiongkok jelas-jelas tidak berniat memblokir rute perdagangan karena perdagangannya sendiri akan terpengaruh jika ada pembatasan transit kapal peti kemas. (sin)