Ratusan Pakar Chip WN AS Etnis Tionghoa Pilih Hengkang dari Tiongkok Pasca Berlakunya UU Chip Baru AS

oleh Xia Song

Untuk pertama kalinya, undang-undang yang mengontrol ekspor chip canggih AS dan peralatan manufaktur terkait ke Tiongkok mencakup sampai para personel ilmiah dan teknologi kelas atas yang mendukung pengembangan dan produksi chip kelas atas di Tiongkok. Aturan baru yang berlaku mulai 12 Oktober ini menyebabkan ratusan insinyur warga negara Amerika Serikat etnis Tionghoa yang telah lama menjadi tokoh kunci di perusahaan-perusahaan semikonduktor Tiongkok memilih hengkang dari perusahaan sebelum peraturan berlaku demi mempertahankan kewarganegaraan AS mereka dan keluarganya.

Ratusan karyawan warga negara AS etnis Tionghoa bergegas meninggalkan perusahaan sebelum 12 Oktober

Pada 7 Oktober, pemerintah AS mengumumkan “Kontrol Ekspor Baru pada Komputasi Tingkat Lanjut dan Produk Manufaktur Semikonduktor ke Republik Rakyat Tiongkok (New Export Controls on Advanced Computing and Semiconductor Manufacturing Items to the People’s Republic of China). Salah satu peraturan khusus itu membatasi kemampuan personel AS untuk mendukung pengembangan atau produksi sirkuit terpadu pada “fasilitas” manufaktur semikonduktor yang berlokasi di daratan Tiongkok tanpa lisensi dari pemerintah AS. Pembatasan tersebut mulai berlaku sejak 12 Oktober 2022.

Menurut sebuah laporan di Wall Street Journal yang diterbitkan pada 13 Oktober, Kevin Wolf, seorang mantan pejabat Kementerian Perdagangan AS dan mitra di firma hukum “Akin Gump Strauss Hauer & Feld LLP” mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan warga negara AS itu adalah para pemegang paspor AS dan kartu hijau, serta perusahaan AS.

“Nikkei Asian Review” melaporkan pada 11 Oktober bahwa ratusan insinyur WN Amerika Serikat etnis Tionghoa yang telah menjadi tokoh kunci di perusahaan Tiongkok yang berhubungan dengan semikonduktor mulai perang batin setelah larangan baru AS keluar. Para eksekutif dan analis industri percaya bahwa pembatasan itu dapat memberikan pukulan besar bagi industri chip terkemuka Tiongkok.

Radio Free Asia mengatakan bahwa pada hari larangan itu mulai berlaku, sejumlah karyawan berkewarganegaraan Amerika Serikat yang bekerja di perusahaan semikonduktor Tiongkok seperti Yangtze Memory Technologies Co., Ltd., ChangXin Memory Technologies, Shanghai IC R&D Center Jiading Factory, Hefei Changxin Storage, dan Hangzhou Jihai berusaha mengundurkan diri demi mempertahankan kewarganegaraan mereka.

Gu Pan, seseorang yang berkecimpung dalam industri semikonduktor Jiangsu mengatakan kepada Radio Free Asia pada 13 Oktober, bahwa sebagian besar manajer senior dan insinyur di industri semikonduktor Tiongkok yang merupakan warga negara AS asal Tiongkok menghadapi pilihan antara mempertahankan kewarganegaraan AS atau risiko kehilangan pekerjaan. Tetapi mereka lebih memilih kehilangan pekerjaan.

Dia mengatakan : “Para eksekutif ini pada dasarnya sudah bermaksud mengundurkan diri. Mari kita tinjau 4 unsur yang menunjang keberhasilan sebuah perusahaan. Pertama adalah teknologi, kedua adalah bakat, ketiga adalah manajemen, dan yang terakhir adalah pasar. Tiongkok hanya memiliki pasar, tetapi ketiga unsur lainnya semuanya nihil, jadi perusahaan semikonduktor Tiongkok ini bisa menghadapi kepunahan”.

Warga dan pemegang kartu hijau AS perlu menentukan pijakan, mereka memilih “memberikan suara lewat kaki”

Netizen Twitter pengguna nama “Li Dang”, yang mengaku sebagai pengusaha Amerika Serikat, pengusaha teknologi, pengamat teknologi keuangan, mengatakan dalam serangkaian tweet : “Banyak orang tidak tahu apa yang terjadi kemarin … Biden memaksa semua WN AS yang bekerja di daratan Tiongkok untuk menentukan 1 dari 2 pilihan : Segera mengundurkan diri, atau kehilangan kewarganegaraan Amerika Serikat. Lantaran adanya peraturan itu, semua eksekutif dan insinyur WA AS yang berdinas di semua perusahaan manufaktur semikonduktor Tiongkok mengundurkan diri bersama pada hari itu, membuat manufaktur semikonduktor Tiongkok langsung lumpuh dalam semalam. Sanksi Biden tampaknya lebih mematikan daripada lusinan sanksi gaya kinerja pemerintahan Trump dalam 4 tahun”.

“Li Dang” kemudian mengatakan : “Hampir setiap perusahaan semikonduktor teknologi canggih di Tiongkok menghadapi terputusnya pasokan, semua personel WN AS mengundurkan diri, decoupling terwujud dalam semalam membuat perusahaan langsung lumpuh. Kalau ada yang bertanya apa itu bencana yang mematikan ? Inilah yang dimaksud : Separo “keberhasilan” manufaktur semikonduktor Tiongkok langsung runtuh, harga sahamnya jadi nol tak tersisa”.

Dalam kolom komentar ada seseorang netizen yang bertanya, mengapa media corong PKT tidak melaporkan hal ini ? “Li Dang” menjawab : “Saya tidak tahu. Tetapi satu-satunya penjelasan adalah bahwa berita penting ini dan serangkaian kegiatan lanjutan telah merugikan seluruh keamanan nasional Tiongkok dan industri semikonduktor yang sudah “kempas kempis”. Selain itu tingkat rasa malunya tidak lebih rendah daripada insiden ‘kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan’ “

“Banyak orang tidak mengerti apa itu bencana yang mematikan. ASML telah berhenti memberikan layanan dan dukungan kepada perusahaan di daratan Tiongkok”, tambahnya.

Bloomberg juga melaporkan pada 12 Oktober bahwa, menurut email internal yang dikirim ke karyawan, perusahaan Belanda ASML telah menginstruksikan karyawannya yang berada di Amerika Serikat untuk tidak melayani pelanggan Tiongkok sebagaimana yang diatur oleh undang-undang baru yang dikeluarkan oleh pemerintahan Biden.

Menurut email tersebut, larangan berlaku untuk seluruh karyawan ASML di AS, termasuk warga negara dan pemegang kartu hijau AS, dan warga asing yang tinggal di Amerika Serikat. Bloomberg melaporkan bahwa Monique Mols, Kepala Komunikasi Perusahaan SML membenarkan bahwa email yang beredar di media sosial pada hari Rabu itu dimaksudkan sebagai suatu komunikasi nyata, tetapi tidak untuk umum.

ASML yang berbasis di Belanda telah menjual mesin-mesin UV atau DUV kepada pelanggannya di daratan Tiongkok, tetapi akibat tekanan dari AS, pihaknya belum dapat menawarkan mesin UV atau EUV ekstrem yang lebih canggih kepada pelanggannya di Tiongkok.

“Li Dang” kembali menekankan : “Sanksi ini adalah bencana yang mematikan bagi perusahaan semikonduktor Tiongkok, ini bukan lagi sanksi gaya kinerja era Trump tetapi benar-benar mewujudkan pemenggalan kepala industri. Semua perusahaan Tiongkok yang tersisa adalah perusahaan yang belum dikenai sanksi lebih lanjut oleh AS. Tetapi setiap perusahaan Tiongkok yang telah dikenai sanksi menyeluruh, tingkat kematiannya adalah 100%. Setiap warga negara atau pemegang kartu hijau AS, kali ini terpaksa menentukan pijakan, dan mereka cenderung ‘memberikan suaranya lewat kaki’ “

Risalah rapat para ahli semikonduktor Grup Lam : Persediaan chip domestik terpengaruh

“Li Dang” menyebutkan dalam serangkaian tweet-nya : “Lam Research dalam rangkumannya terhadap UU. baru AS ini adalah : 1. Semua perusahaan desain chip berdaya komputasi tinggi Tiongkok masuk cakupan pembatasan, dan mereka akan ditolak oleh TSMC. 2. Semua chip untuk drone juga termasuk dalam cakupan pembatasan. 3. Pembatasan ini adalah retrospeksi tanpa batas untuk memastikan bahwa produk dan teknologi AS tidak digunakan (tanpa seizin AS). 4. Perusahaan atau individu mana pun yang melanggar sanksi akan langsung ditangkap oleh pihak Kementerian Kehakiman AS”.

Ia juga melampirkan artikel dalam situs web daratan Tiongkok “Mianbao xīnyu” pada 12 Oktober, yang mempublikasikan artikel mengenai risalah rapat para ahli peralatan semikonduktor Lam Research, diikuti dengan pengenalan yang lebih lengkap tentang Lam Research, kemudian adalah analisis tentang larangan AS.

Situs web “Mianbao xīnyu” memiliki rilis berita elektronik dan sumber daya platform publik elektronik, yang berfokus pada forum semikonduktor, pengujian dan pengukuran, robotika/elektronik industri, dan area rantai pasokan.

Risalah rapatnya panjang dan disajikan dalam format tanya jawab.

Risalah tersebut menyebutkan : “Changxin dan Yangtze Memory adalah yang paling terpukul. Orang Amerika tidak dapat secara langsung melayani Logic, DRAM, NAND, seperti SMIC, Huali, Changxin, dan Yantze Memory. Tampaknya seluruh personel termaksud harus meninggalkan perusahaan selambat-lambatnya pada 12 Oktober”.

“Warga negara AS tidak bisa datang lagi, dan Changxin tidak bisa mendapatkan dukungan teknis dari markas besar mana pun yang berada di AS. Sekarang staf WN AS yang di manufaktur Changxin dan Yangtze Memory sibuk menjalani prosedur pengunduran diri. Mereka sedang menghadapi 2 pilihan antara mempertahankan kewarganegaraan AS atau hengkang dari perusahaan di Tiongkok”.

“WN AS tidak akan mengambil risiko ini. Jika mereka ini tetap melanjutkan pengembangan semikonduktor di Changxin, mereka akan menghadapi risiko penangkapan ketika mereka kembali ke Amerika Serikat atau melewati negara di mana Amerika Serikat dapat mengekstradisi mereka”.

Perusahaan AS terkait chip bergegas menarik karyawannya dari Tiongkok

Setelah UU chip baru ini diberlakukan, para pemasok AS mulai menarik karyawannya dari perusahaan chip terkemuka Tiongkok.

Bloomberg yang mengutip ungkapan dari seorang sumber yang enggan disebutkan namanya memberitakan pada 12 Oktober bahwa Applied Materials, KLA Corp. dan Lam Research Corp. telah memulai atau sedang bersiap untuk menarik kembali seluruh karyawannya yang ditugaskan di perusahaan pembuat chip memori milik negara Tiongkok Yangtze Memory sekaligus menghentikan bisnisnya.

Menurut sumber tersebut, perusahaan-perusahaan AS mulai melepaskan modal mereka minggu ini setelah pembatasan dikeluarkan pemerintahan Biden.

Perusahaan seperti Applied Materials, yang membuat mesin pembuat chip, sering mengirim teknisinya ke fasilitas pelanggan untuk membantu mereka menyempurnakan proses manufaktur, kata laporan itu. Namun tidak jelas apakah perusahaan telah menarik personel karena dimasukkannya Yangtze Memory dalam daftar yang tidak diverifikasi atau pembatasan lainnya. Perusahaan-perusahaan AS perlu dinilai berdasarkan aturan baru pemerintahan Biden.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, pemasok AS telah menangguhkan sementara dukungan untuk peralatan yang dipasang Yangtze Memory dan menghentikan pemasangan alat baru, dan menarik kembali teknisi mereka dari Tiongkok.

Pembuat peralatan chip AS memiliki belasan karyawan yang ditempatkan di pabrik Yangtze Memory. Mereka memainkan peran penting dalam menjalankan pabrik dan mengembangkan kemampuan manufaktur karena mereka memiliki keahlian dalam memproduksi chip berteknologi tinggi. Kepada Wall Street Journal, sumber tersebut mengatakan, jika pembatasan ini berlangsung lama, maka pelanggan seperti Yangtze Memory akan menghadapi kehilangan peluang untuk mengakses ke peningkatan teknologi, keahlian dalam pemeliharaan, dan teknologi masa depan yang diperlukan untuk mengembangkan chip. (sin)