Harga Minyak Melonjak Karena OPEC+ Memangkas Produksi Sebesar 1 Juta Barel per Hari

oleh Chen Ting

Pada 2 April 2023, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) mengumumkan rencana pemangkasan produksi minyak mentah lebih dari satu juta barel per hari bulan depan. Hal ini menyebabkan harga minyak melonjak pada pembukaan bursa minggu ini. Para ahli percaya bahwa tindakan OPEC+ ini dapat memperketat pasar dan membawa guncangan baru terhadap perekonomian dunia.

Menurut laporan “Financial Times”, pada sesi perdagangan Asia pada Senin (3 April) pagi, harga minyak mentah patokan internasional Brent sempat naik 8,4% ke level tertingginya USD. 86,44 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate naik 8% menjadi USD.81,69 per barel.

Bloomberg mencatat bahwa ini adalah pergerakan intraday terbesar dalam lebih dari setahun terakhir.

Pada Minggu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia mengatakan mereka akan memangkas produksi sekitar 1,16 juta barel per hari (bpd) mulai bulan depan. Di antaranya Arab Saudi memimpin dengan pemangkasan sebesar 500.000 bpd. Pejabat energi kerajaan Timur Tengah mengatakan keputusan itu adalah “tindakan pencegahan” untuk “mendukung stabilitas pasar minyak”.

Anggota OPEC+ lainnya juga mengikuti. Irak mengumumkan pengurangan produksi sebesar 211.000 bpd, diikuti oleh Uni Emirat Arab sebesar 144.000 bpd, Kuwait sebesar 128.000 bpd, Kazakhstan sebesar 78.000 bpd, Aljazair sebesar 48.000 bpd dan Oman sebesar 40.000 bpd.

Kesepakatan tersebut membuat total pengurangan produksi OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari, atau 3,7% dari total permintaan global, demikian menurut perhitungan Reuters.

Sebelumnya, OPEC+ mengatakan akan mempertahankan pengurangan produksi 2 juta barel per hari yang telah diterapkan hingga akhir 2023. Selain itu, Rusia juga mengumumkan pada bulan Maret bahwa mereka akan memangkas produksi minyak mentah sebanyak 500.000 barel per hari sebagai pembalasan atas langkah negara-negara Barat mengenakan batasan atas terhadap harga ekspor minyak lintas lautnya tadinya berlaku selama 3 bulan kemudian diperpanjang hingga akhir tahun 2023.

Para trader pernah menduga bahwa OPEC+ akan menjaga output minyak mentah tetap stabil. Sedangkah langkah OPEC+ yang mengejutkan pada hari Minggu ini dengan cepat menyebar melalui pasar minyak global.

Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga minyak untuk tahun ini dan tahun depan.

“Ukuran ini mengirimkan sinyal yang cukup kuat ke pasar bahwa hal mana akan mendukung kenaikan harga”, kata Daniel Hynes, ahli strategi berjangka senior di ANZ kepada Bloomberg. Dia menambahkan bahwa kemungkinan minyak mentah kembali naik ke USD.100,- per barel “pasti meningkat”.

Gedung Putih mengatakan keputusan OPEC+ tidak tepat, menambahkan bahwa AS akan bekerja sama dengan produsen dan konsumen untuk fokus pada harga bensin.

“Mengingat ketidakpastian di pasar, kami tidak menyarankan pemangkasan produksi saat ini, dan kami telah dengan jelas menyatakannya”. 

Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional mengatakan : “Kami akan terus bekerja dengan semua produsen untuk memastikan bahwa pasar energi mendukung pertumbuhan ekonomi dan harga yang lebih rendah untuk konsumen Amerika Serikat”.

“Presiden kecewa dengan keputusan berpandangan pendek OPEC+ untuk memangkas produksi karena ekonomi global bergulat dengan dampak negatif yang sedang berlangsung dari invasi Putin ke Ukraina”, sebut Gedung Putih dalam sebuah pernyataannya.

“Pada saat yang genting untuk menjaga pasokan energi global, keputusan ini akan berdampak paling buruk pada negara berpenghasilan rendah dan menengah yang mengalami kesulitan ekonomi karena kenaikan harga energi”, sebut pernyataan itu.

Harga minyak turun tajam bulan lalu menyusul runtuhnya Silicon Valley Bank dan akuisisi paksa Credit Suisse oleh UBS, hal mana memicu kekhawatiran terhadap risiko penularan di pasar keuangan global dan penurunan tajam permintaan minyak mentah. 

Sebelum OPEC+ mengurangi produksi, harga minyak turun menjadi USD.70,- per barel pada Maret, level terendah dalam 15 bulan terakhir. Namun harga minyak pekan lalu mulai naik setelah kekhawatiran krisis perbankan global mereda.

Namun, harga minyak yang mahal setelah pemangkasan produksi OPEC+ dapat memacu inflasi yang masih tinggi, mempersulit bank sentral, termasuk Federal Reserve untuk menekan harga.

The Fed menaikkan suku lagi bulan lalu, dan para pejabat berencana untuk bertemu selanjutnya untuk menetapkan kebijakan moneter pada Mei.

“Langkah OPEC+ ini dapat mendorong pasar ke dalam defisit pasokan pada kuartal kedua tahun ini, padahal ekspektasi sebelumnya adalah kelebihan pasokan”, kata Vandana Hari, pendiri firma analis energi Vanda Insights di Singapura.

Harga yang lebih tinggi juga dapat mengurangi beberapa permintaan, serta memicu inflasi yang membandel yang sedang berusaha untuk diatasi oleh bank sentral. Hal ini jelas akan meningkatkan risiko resesi, kata Vandana Hari. (sin)