Perusahaan Top Korea Selatan Memandang Vietnam Sebagai bagian dari Rantai Pasokan Gobal Alternatif untuk Menggantikan Tiongkok

Jessica Mao dan Lynn Xu

Para CEO perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan akan menghadiri forum ekonomi di Vietnam bulan ini, karena para pemimpin dari kedua negara baru-baru ini, sepakat untuk memperluas perdagangan dan kerja sama ekonomi.

Para analis mengatakan bahwa Vietnam telah menjadi basis manufaktur potensial bagi raksasa teknologi Korea, sementara Tiongkok kehilangan statusnya sebagai “pabrik dunia” di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat.

Forum Ekonomi Korea-Vietnam akan diadakan di Hanoi dan diharapkan dapat menarik para pemimpin bisnis Korea seperti Lee Jae-yong, chairman Samsung Electronics; Chey Tae-won, chairman SK Group; Chung Eui-sun, chairman Hyundai Motor Group; Koo Kwang-mo, chairman LG Group; dan Shin Dong-bin, chairman Lotte Group.

Laporan Dong-A Ilbo mengatakan dalam sebuah laporan pada  3 Juni bahwa Korea Selatan dan Vietnam akan memperluas kerja sama ekonomi bilateral, dan perusahaan-perusahaan besar dari kedua belah pihak diharapkan untuk menandatangani nota kesepahaman dan mengadakan pembicaraan terkait perdagangan.

Ketegangan hubungan AS-Tiongkok dan restrukturisasi rantai pasokan global membuka jalan bagi Vietnam untuk dengan cepat muncul sebagai basis produksi dan jaringan distribusi Samsung Electronics, Hyundai Motor, LG Electronics, Lotte Group, dan perusahaan-perusahaan lainnya.

Dalam sebuah wawancara pada 4 Juni dengan The Epoch Times, Wang He, seorang komentator yang berbasis di AS tentang masalah-masalah Tiongkok saat ini, mengatakan bahwa Amerika Serikat telah memberlakukan beberapa pembatasan untuk melawan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dalam perang dagang AS-Tiongkok, termasuk tarif tinggi.

Ia menambahkan, Efek dari strategi [AS] ini [tarif tinggi terhadap Tiongkok] telah memaksa industri dan perusahaan asing Tiongkok untuk meninggalkan Tiongkok dan beralih ke Vietnam, India, dan negara-negara lain untuk menghindari pajak, menjadikan Vietnam sebagai alternatif yang penting. 

Vietnam sebagai Alternatif Tiongkok

Menurut Wang, banyak negara sedang mempertimbangkan strategi ” Tiongkok Plus Satu “, yang menghindari investasi hanya di Tiongkok dan mendiversifikasi operasi bisnis di negara lain seperti Vietnam, Indonesia, Thailand, atau India. Memindahkan produksi keluar dari Tiongkok akan menjadi langkah yang aman jika hubungan lintas selat memburuk atau Amerika Serikat memperkuat sanksi terhadap PKT.

“Jadi selama bertahun-tahun, Vietnam telah menjadi salah satu pemenang terbesar dari perang dagang AS-Tiongkok.”

Wang mengatakan bahwa Vietnam memiliki banyak potensi, dan sumber daya tenaga kerja yang kaya – dengan populasi 100 juta – memfasilitasi pertumbuhan di berbagai industri, “terutama dengan Samsung yang menginvestasikan puluhan miliar di Vietnam.”

Wang juga menjelaskan, “Perusahaan-perusahaan Korea melihat Vietnam sebagai basis yang penting, di mana posisi Tiongkok sebagai ‘pabrik dunia’ sudah mulai berkurang.”

“Status Tiongkok sebagai ‘pabrik dunia’ telah terguncang karena terjebak dalam dilema,” kata Wang, mencatat bahwa negara-negara Eropa menjauh dari berbagai industri Tiongkok, dan Amerika Serikat menindak industri chip Tiongkok, sehingga menghambat rencana Beijing untuk mengubah dan meningkatkan industri teknologi tinggi.

Satu-satunya hal yang dapat diandalkan oleh PKT saat ini adalah “skala industri, dukungan rantai industri, tenaga kerja yang melimpah, dan infrastruktur yang lengkap,” tetapi keempat kekuatan tersebut tidak seefektif dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, India, dan negara-negara Asia lainnya.

Oleh karena itu, ekonomi Tiongkok memburuk dan berada di ambang gejolak besar. “Hal Ini menjadi cukup sulit untuk mempertahankan stabilitas dasarnya, apalagi pertumbuhannya.”

‘Vietnam Saja’ Tidak Cukup

Sebuah media Vietnam mengatakan pada Maret bahwa Vietnam memiliki potensi dan kesempatan untuk menjadi “pabrik dunia baru” di tengah restrukturisasi rantai suplai global.

Wang percaya bahwa Vietnam sendiri tidak dapat menggantikan Tiongkok dalam perdagangan.

“Barat telah mengusulkan sebuah konsep yang disebut ‘rantai pasokan Asia,’ yaitu, selain Vietnam, seluruh ASEAN, bersama dengan Jepang dan India, kapasitas produksi mereka, skala ekspor ke Amerika Serikat dapat sebanding dengan ekspor daratan Tiongkok.”

Rantai Pasokan Asia Akan Menggantikan Tiongkok

The Economist melaporkan pada 20 Februari bahwa belasan negara dan wilayah, termasuk Taiwan, membentuk rantai pasokan alternatif Asia yang diharapkan secara bertahap akan menggantikan Tiongkok sebagai pusat kegiatan produksi global di tahun-tahun mendatang.

Ini adalah konsep “Altasia” (alternative Asian supply chain atau rantai pasokan alternatif Asia), yang “membentang dalam bentuk bulan sabit dari Hokkaido, di Jepang utara, melalui Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Bangladesh, sampai ke Gujarat, di barat laut India.”

“Agar Altasia dapat benar-benar menyaingi Tiongkok, maka rantai pasokannya harus menjadi jauh lebih terintegrasi dan efisien,” tulis artikel tersebut.

Dalam sebuah artikel pada Maret, The Economist mengatakan bahwa pembentukan Altasia merupakan hasil dari perpecahan geopolitik yang semakin meningkat antara Tiongkok dan Amerika Serikat.

Meskipun “kemampuan produksi Tiongkok akan sulit ditiru… banyak perusahaan yang mencari alternatif selain Tiongkok kini menjadi prioritas. Mereka kemungkinan akan menjajaki peluang di Altasia untuk tahun-tahun mendatang.” demikian bunyi laporan itu.  (asr)