EtIndonesia. Gala tahunan Tahun Baru Imlek Tiongkok yang disiarkan di televisi pemerintah sekali lagi menarik kemarahan untuk apa yang dirasakan pemirsa sebagai propagandanya yang terang-terangan.
Setiap tahun, CCTV melakukan iring-iringan lagu, tarian, dan sketsa komedi yang memuji Partai Komunis Tiongkok tersebut. Kecaman atas pesan-pesan politik terang-terangan dan pertunjukan hambar dari acara tersebut juga telah menjadi olahraga nasional bagi banyak pemirsa.
Netizen Tiongkok baru saja mempertanyakan sebuah lukisan era Dinasti Ming (1368-1644) yang diperlihatkan pada saat gala tersebut.
Menurut rezim Tiongkok, lukisan tersebut, gulungan lansekap sepanjang 30 meter yang dilukis pada kain sutra, adalah sebuah penggambaran kartografi Tiongkok tentang rute Silk Road (Jalan Sutra) dari perbatasan barat kekaisaran Tiongkok melalui Asia Tengah dan Timur Tengah sekarang, termasuk Mekah, Arab Saudi.
Milik istana kekaisaran Ming, namun setelah jatuhnya dinasti Qing kaisar terakhir, lukisan tersebut telah membuat arahnya menelusuri jalan-jalan tersebut dan dibeli oleh seorang konglomerat Jepang dari sebuah toko barang antik kuno di tahun 1930-an. Pada tahun 2002, lukisan tersebut dibeli oleh seorang kolektor Tiongkok. Pada bulan November 2017, pengusaha Hongkong, Hui Wing Mau, membeli lukisan tersebut dan menyumbangkannya ke Palace Museum (Museum Istana) di Beijing. Lukisan tersebut kemudian diberi nama “Landscape Map of the Silk Road.”
Pada saat itu, rezim Tiongkok memuji kembalinya lukisan tersebut sebagai tindakan pemilihan waktu yang bertanda baik oleh karena inisiatif ‘One Belt, One Road’ baru berlangsung. Diluncurkan oleh pemimpin Tiongkok Xi Jinping pada tahun 2013, ini adalah proyek infrastruktur besar yang dimaksudkan untuk menghubungkan bekas negara-negara Jalan Sutra, dan sarana untuk memperkuat pengaruh geopolitik Tiongkok.
Pada siaran gala 15 Februari tersebut, direktur Museum Istana Shan Jixiang menjelaskan bahwa lukisan tersebut menggambarkan Jalan Sutra dan di ujung yang paling ujung, kota Mekkah. Dia menyebutnya penemuan “terobosan.”
Namun segera setelah itu, para netizen mempertanyakan kebenaran pernyataan Shan. Beberapa mencatat bahwa istilah ‘Jalan Sutra’ tidak dapat digunakan sampai ahli geografi Jerman Ferdinand von Richthofen menciptakannya pada abad ke-18.
Seorang pengguna di WeChat, sebuah platform pesan instan dan media sosial Tiongkok yang populer, menunjukkan kemiripan-kemiripan antara lukisan peta tersebut dengan lukisan istana kekaisaran Qing yang ada, menunjukkan bahwa keduanya adalah salinan asli yang belum teridentifikasi, dan karenanya mungkin tidak signifikan mengacu pada kejadian masa lalu secara historis seperti yang disarankan Shan. Pengguna, yang sering posting tentang sejarah Tiongkok, menganalisis kesamaan dalam penempatan penanda geografis pada kedua lukisan tersebut.
Rezim Tiongkok juga menyebut lukisan tersebut “lukisan lansekap Mongolia”, yang sekali lagi menarik pertanyaan dari para netizen, yang mencatat bahwa selama dinasti Ming, suku Mongol yang berbeda yang menjelajahi kawasan-kawasan Asia Tengah tidak akan disebut sebagai “Mongolia.”
Pengguna mengeluhkan bahwa para ilmuwan di Tiongkok sekarang harus melakukan pekerjaan yang dapat membenarkan narasi propaganda negara dan bukan kesarjanaan sesungguhnya. “Apapun yang disuka oleh junjungannya, mereka mencoba membuktikan dengan segala cara,” tulisnya.
Banyak komentar di Sina Weibo, platform mirip dengan Twitter, pun segera diblokir dan dihapus. Setiap tangkapan layar atau segmen video juga dihapus, dengan peringatan “pelanggaran hak cipta” muncul di layar.
Menurut Deutsche Welle, Administrasi Hak Cipta Nasional Tiongkok mengirimkan pemberitahuan pada 12 Februari yang melarang setiap foto, video, atau audio dari gala CCTV 2018 untuk tidak tersebar secara online.
Namun, di Weibo, jika seseorang mencoba mengetikkan hasil pencarian tentang kritik terhadap gala, misalnya menggunakan kata kunci seperti “gala disgusting,” atau “roasting the gala” di Tiongkok, pesan kesalahan akan muncul: “sesuai dengan undang-undang yang relevan, peraturan, dan kebijakan, hasil pencarian ini tidak akan muncul. “Jadi, terlepas dari ada masalah hak cipta atau tidak, kritik terhadap gala CCTV telah dibungkam oleh pihak berwenang Tiongkok tersebut. (ran)
Ling Yun dan Chen Han memberikan kontribusi untuk laporan ini.