ErabaruNews – Menjeleng penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin, dunia khawatir terjadinya perubahan situasi yang tiba-tiba di semenanjung Korea. Beijing juga turut meningkatan penjagaan di perbatasan dengan Korea Utara.
Bahkan banyak kamera pengintai baru yang dipasang di sepanjang perbatasan antara Dandong dengan Korea Utara. Selain itu pemerintah daerah setempat juga menghimbau masyarakat untuk berkoordinasi dengan petugas keamanan jika menemukan ada orang yang dicurigai melakukan kegiatan spionase.
Korea Utara yang dalam perundingan dengan Korea Selatan di Panmunjom menyepakati untuk mengambil bagian di Olimpiade tiba-tiba berubah sikap dan mengancam. Mereka mengaku bisa sewaktu-waktu menarik diri dari Olimpiade musim dingin.
Delegasi yang dipimpin oleh Hyon Song-wol, Kepala kelompok Samjiyon Orchestra Korea Utara yang mengadakan peninjauan ke Pyeongchang pada 20 Januari 2018 juga melakukan pembatalan sepihak. Itu menimbulkan kecurigaan, bahwa kemungkinan ada sesuatu yang tidak beres.
Dalam situasi yang sulit diprediksi ini, pihak Tiongkok memilih lebih baik berjaga-jaga. Menurut informasi yang dilansir ‘Suara Amerika’ pada 20 Januari 2018, dikatakan bahwa otoritas Beijing telah menambah kekuatan penjagaan di perbatasan Dandong.
Upaya Tiongkok itu termasuk memasang sejumlah kamera pengintai baru dan menggunakan detektor radiasi. Detektor digunakan untuk memantau lebih intensif, terhadap radiasi nuklir di perbatasan antara Tiongkok dengan Korea Utara.
Dilaporkan pula bahwa sebuah spanduk besar bertuliskan, “Masyarakat atau organisasi dihimbau untuk melaporkan kepada otoritas keamanan nasional bila menemukan ada kegiatan spionase,” yang digantungkan di atas pagar perbatasan di wilayah Dandong. Tiongkok diduga telah meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan spionase dari Korea Utara.
Warga yang tinggal di sekitar perbatasan juga membenarkan bahwa otoritas keamanan nasional Tiongkok belakangan ini memperbanyak frekuensi patroli perbatasan.
Laporan mengutip penduduk setempat yang mengatakan bahwa pada bulan Oktober tahun lalu, sebuah pos pemeriksaan baru didirikan di sebuah jalan menuju Sungai Yalu. Sebuah sungai yang menghubungkan kedua negara.
Sedangkan penduduk kota Longjing, di bagian utara Provinsi Jilin membentuk unit perlindungan perbatasan. Otoritas setempat juga melatih warga teknik bela diri.
Pengamatan eksternal menemukan bahwa otoritas Tiongkok telah melakukan serangkaian antisipasi terhadap kemungkinan meletusnya perang nuklir di semenajung.
Pada 6 Desember 2017 tahun lalu, Harian Jilin mempublikasikan sebuah artikel tentang ‘Pengenalan Umum dan Perlindungan terhadap Senjata Nuklir’. Isinya membimbing pembaca untuk menyelamatkan diri dari radiasi nuklir. Artikel tersebut menimbulkan spekulasi dan kegelisahan di antara penduduk setempat.
Suara Amerika mengutip ucapan seorang warga yang melaporkan, “Provinsi Jilin itu ‘kan dekat dengan Korea Utara dan Harian Jilin yang koran milik pemerintah secara tiba-tiba mempublikasikan hal-hal tentang menyelamatkan diri dari serangan nuklir, tentu akan langsung memicu orang menduga apakah perang akan segera meletus?”
Pada 24 Desember, Nihon Keizai Shimbun mengutip sumber-sumber di dalam tubuh PKT yang mengungkapkan bahwa otoritas Beijing di bawah pimpinan Xi Jinping telah menginstruksikan percepatan pembangunan kamp-kamp pengungsian. Tenda tersebut diperkirakan memiliki kapasitas 500.000 orang, dibangun di Jilin dan Liaoning yang berbatasan dengan Korea Utara.
Selain itu mereka juga menambah kekuatan militer dalam rangka mempersiapkan kemungkinan terjadinya perang di Semenanjung Korea. Saat ini, peralatan yang diperlukan seperti makanan dan tenda sudah mulai didirikan.
Dari rekaman video yang diunggah netizen ke media sosial luar negeri dapat kita lihat begitu banyaknya kendaraan militer Tiongkok yang bergerak menuju perbatasan dengan Korea Utara. Kondisi ini menambah besarnya dugaan bahwa perang akan segera meletus. (NTDTV/Luo Tingting/Sinatra/waa)