Sepanjang 2017 Dilanda 2.057 Bencana Akibatkan 282 Jiwa Meninggal dan 3,2 Juta Jiwa Mengungsi

BNPB mengingatkan, selain itu kerusakan lingkungan, degradasi lahan, daerah aliran sungai kritis dan banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana juga makin meningkatkan risiko bencana.

Apalagi, saat ini sesungguhnya darurat ekologi. Luas lahan kritis di Indonesia sekitar 24,3 juta hektar. Laju kerusakan hutan rata-rata berkisar 750.000 hektare per tahun.

Sementara kemampuan pemerintah melakukan rehabilitasi hutan dan lahan rata-rata berkisar 250.000 hektare per tahun.

Menurut Sutopo, masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir di dataran banjir dan bantaran sungai seperti di sepanjang pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, Kalimantan dan lainnya harus waspada terhadap ancaman banjir.

Begitu pula masyarakat yang bermukim di daerah rawan longsor di perbukitan, pegunungan atau tebing dan lereng hendaknya waspada dari ancaman longsor.

Kenali lingkungan sekitarnya. Jika di bagian hulu atau di daerahnya hujan deras hendaknya waspada. Awasi anak-anak bermain saat banjir. Seringkali musibah anak-anak hanyut saat bermain air banjir yang kemudian terseret arus sungai atau banjir.

Hal yang sama, masyarakat perlu melakukan pemantauan lingkungan sekitar akan tanda-tanda longsor seperti adanya retakan, amblesan tanah, mata air berubah keruh, tiang listrik atau pohon menjadi miring, dan lainnya.

Peta rawan banjir dapat diakses di website BNPB. Begitu juga peta rawan longsor dapat diakses di website Badan Geologi. Prediksi cuaca dapat diperoleh dari BMKG.

“Hendaknya peta dan informasi tersebut dijadikan dasar bagi pemda dan aparat untuk memberikan informasi, sosialisasi dan peringatan dini kepada masyarakat,” pungkasnya. (asr)