Diplomat Rusia Peringatkan Skenario Kehancuran Dunia dari Semenanjung Korea

Seorang diplomat Rusia telah memperingatkan sebuah skenario apokaliptik, sebuah skenario yang menggambarkan penghancuran total dunia, di Semenanjung Korea. Peringatan itu disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan antara Korea Utara dengan Korea Selatan dan negara-negara Asia Timur lainnya.

“Sebuah skenario perkembangan apokaliptik dari situasi di Semenanjung Korea ada, dan kita tidak dapat menutup mata terhadapnya,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Morgulov, seperti dikutip The Epoch Times dari Reuters, Kamis (29/11/2017).

Menurut kantor berita TASS yang dikelola Negara Rusia, Wamenlu Igor menyampaikan kekhawatiran itu di Seoul, Korea Selatan, baru-baru ini. “Saya berharap bahwa akal sehat, pragmatisme dan naluri pelestarian diri akan terjadi di antara rekan-rekan kami untuk menyingkirkan skenario negatif semacam itu,” tambah Igor.

Ketegangan meningkat saat Korea Utara secara aktif mencoba mengembangkan senjata nuklir dan kemampuan peluncuran rudal jarak jauh yang mampu menyerang Amerika Serikat. Pada 3 September 2017, Korea Utara mengklaim berhasil menguji bom hidrogen, dan awal tahun ini, mereka meluncurkan dua rudal melompati wilayah Jepang.

“Kami telah mengatakan kepada Korea Utara berkali-kali bahwa bagi kami, status nuklirnya tidak dapat diterima,” tambah diplomat tersebut. “Kami melanjutkan pekerjaan ini dengan rekan-rekan Korea Utara yang mempresentasikan kepada mereka posisi kami.”

Pemerintah Trump telah meminta negara tetangga Korut, Tiongkok untuk menekan Pyongyang mengenai program nuklirnya. Tiongkok pun menyetujui sanksi PBB terhadap tetangganya yang nakal, pada bulan September lalu. Ada tanda-tanda bahwa sanksi tersebut sedang berjalan.

Awal tahun ini, Trump mengejek Korea Utara Kim Jong Un sebagai manusia roket untuk tes misilnya, dan mengancam akan mengirim api dan kemarahan jika dia terus melakukan provokasi.

“Amerika Serikat memiliki kekuatan dan kesabaran yang besar, namun jika dipaksa untuk mempertahankan diri atau sekutunya, kita tidak punya pilihan selain menghancurkan Korea Utara secara total,” kata Trump kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September.

“Manusia roket sedang dalam misi bunuh diri untuk dirinya dan rezimnya.”

Tembakan bom menyerang target di lokasi latihan tempur Pilseung Firing Range di Gangwon-do, Korea Selatan, pada 31 Agustus 2017. (Handout/Kementerian Pertahanan Korea Selatan via Getty Images/The Epoch Times)

Tak lama setelah pidatonya di PBB, kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Kami melihat pidato tersebut sebagai menggambarkan sikap tegas dan spesifik mengenai isu-isu kunci terkait menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat internasional dan masalah yang dihadapi Perserikatan Bangsa-Bangsa.”

“Ini jelas menunjukkan betapa seriusnya pemerintah Amerika Serikat memandang program nuklir Korea Utara karena presiden menghabiskan waktu yang tidak biasa untuk membahas masalah ini,” kata pernyataan Istana Blue House, yang dilansir oleh Reuters.

Gambar tak bertanggal yang dirilis Kantor Berita Korea Utara (KCNA) pada 4 November 2017, menunjukkan diktator Korea Utara, Kim Jong Un mengunjungi pabrik 16 Maret 2017 di tempat yang tidak diungkapkan. (STR/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Sekutu Amerika, Jepang, yang sering kali dirusak oleh Pyongyang, telah mengambil garis tegas secara konsisten di Korea Utara, guna mendorong peningkatan sanksi dan tekanan.

“Kami sangat menghargai pendekatan Presiden Trump untuk mengubah sikap kebijakan Korea Utara. Denuklirisasi negara dan menyerukan kepada masyarakat internasional, termasuk Tiongkok dan Rusia, atas kerja sama mereka untuk memperkuat tekanan terhadap Korea Utara,” ujar Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga kepada wartawan pada pertengahan September.(waa)