Israel Jadikan Donald Trump Nama Stasiun Kereta di Tembok Ratapan Yerusalem

Oleh Jasper Fakkert

Epochtimes.id- Pemerintah Israel memutuskan memberikan penghormatan kepada Presiden Donald Trump dengan mengabadikan namanya pada sebuah stasiun kereta api di tempat suci Yahudi di Tembok Barat Yerusalem.

“Tembok Barat adalah tempat paling suci bagi orang-orang Yahudi, dan saya memutuskan untuk memberi nama stasiun kereta api yang mengarah ke sana setelah Presiden Trump mengikuti keputusan bersejarah dan berani untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Negara Israel,” kata Menteri Transportasi Israel, Katz kepada Jerusalem Post.

Trump mengumumkan awal bulan ini bahwa Amerika Serikat secara resmi akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS ke Yerussalem.

Amerika Serikat diharuskan memberlakukannya oleh Undang-Undang negara tersebut sejak 1995 silam. Namun presiden sebelumnya menggunakan keringanan khusus untuk menunda menerapkan UU tersebut.

Presiden Trump juga menjadi Presiden AS pertama yang mengunjungi Tembok Barat di bulan Mei.

Presiden Donald Trump berdoa di Tembok Barat, Yerusalem pada 22 Mei 2017. (RONEN ZVULUN/AFP/Getty Images)

Selama kunjungannya, Trump mengenakan yarmulke hitam, dan meletakkan tangannya di dinding saat dia berdoa “untuk kebijaksanaan dari Tuhan.”

Dalam kunjungan tersebut, dia didampingi oleh menantunya, Jared Kushner, seorang Yahudi Orthodox, dan putrinya Ivanka Trump, yang masuk agama Yahudi pada 2009 silam.

Stasiun kereta api yang akan dinamai Trump akan menjadi bagian perpanjangan jalur kereta api yang berangkat dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Proyek ini akan mencakup pembangunan dua stasiun bawah tanah dan terowongan sepanjang 1,8 mil. Proyek ini diperkirakan menghabiskan biaya hampir $ 720 juta dan diperkirakan akan selesai dalam lima tahun.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali memuji Trump atas dukungannya terhadap Israel.

Presiden Donald Trump mendengarkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang berbicara pada sebuah pernyataan untuk pers sebelum pertemuan di Palace Hotel pada sidang 72 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pada 18 September 2017. (BRENDAN SMIALOWSKI/AFP/Getty Image/The Epoch Times)

Hubungan antara Amerika Serikat dan Israel semakin tegang di bawah mantan Presiden Barack Obama, terutama setelah berlakunya kesepakatan nuklir Iran pada tahun 2015.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Iran siap untuk dapat memperoleh senjata nuklir pada tahun 2026 karena pembatasan pengayaan uranium akan dicabut.

Iran kerap menyerukan kehancuran Israel dan Amerika Serikat.

Meskipun ada kesepakatan nuklir, Iran terus mengembangkan teknologi rudal balistiknya. Berdasarkan kesepakatan yang ada, perkembangan teknologinya tidak menjadi bagian. Oleh karena itu, Trump mengatakan dirinya bermaksud untuk memasukkan dalam kesepakatan yang akan dinegosiasi ulang.

Menyaksikan pidato Trump di Majelis Umum PBB ke 72 pada September, Netanyahu mengatakan : “Dalam lebih dari 30 tahun pengalaman saya dengan PBB, saya tidak pernah mendengar pidato yang lebih berani atau lebih berani.” (asr)

Sumber : The Epochtimes