Nasib Tragis Pameran Mao Zedong dan Para Perempuan Mao

Oleh Ping Yuan

Para Aktor Berwajah Khusus yang Memerankan Mao Zedong

Gu Yue adalah aktor yang paling banyak memerankan Mao Zedong dalam 80 lebih karya film dan televisi. Tanggal 2 Juli 2005, pada saat dia berada di suatu pusat Sauna di daerah Sanshui Guangdong tiba-tiba teserang infark otot jantung dan tewas mendadak dengan aneh, sekujur jasadnya hijau kebiruan, saat itu usianya 68 tahun. Sebelum Gu Yue sama sekali tak pernah mengalami gejala jantung.

Wang Lixian adalah aktor khusus yang memerankan Mao Zedong dianggap oleh kalangan industry film RRT sebagai professional yang paling menjanjikan untuk menggantikan Gu Yue dalam berperan sebagai Mao Zedong. Baru saja menyelesaikan syuting serial televisi berjudul Kisah Seputar Mao Zedong pada 2 Oktober 2006 malam, ia meninggal di tempat dalam kecelakaan mobil di Kabupaten Nantou, Taiwan saat ia berusia 52 tahun.

Ma Yufei, Presiden Komisaris Pusat Penyiaran Seni Budaya Feiming Albert Film dan Televisi Beijing adalah aktor khusus yang memerankan Mao Zedong. Pada 16 Oktober 2008, ketika Ma Yufei pergi syuting di Hegang, Provinsi Heilonjiang, Tiongkok, dalam perjalanannya ke Harbin dan melewati sekitar kota Suihua, meninggal di tempat saat tejadi kecelakaan mobil, ketika itu usianya 5 tahun

He Mingzhi seorang pebisnis yang direkomendasikan menjadi aktor khusus berperan sebagai Mao Zedong, setelah memainkan beberapa serial drama sebagai Mao, ia didiagnosa menderita penyakit kanker liver. Di acara “Pagelaran Musik Merah (komunis) di Chongqing, selesai memainkan sesi Mao berpidato tak lama kemudian ia meninggal dunia dalam usia 51 tahun.

Setelah Jiang Qing mengetahui perselingkuhan Mao dengan Sun Weishi, dia bertekad suatu hari kelak akan membalas. Di zaman Revolusi Kebudayaan, Sun dijebloskan ke penjara oleh Jiang Qing yang kala itu sangat berkuasa, kemudian Zhou Enlai (kanan) menandatangani perintah eksekusi mati Sun Weishi yang notabene adalah anak angkatnya sendiri, Sun yang kala itu berusia 38 tahun, tewas disiksa dan ditemukan dengan tubuh bugil serta dikepalanya tertancap sebatang paku besar.

Para Perempuan Mao :

Nona Luo

Ketika Mao Zedong berusia 14 tahun atas pengaturan orangtua, ia dinikahkan dengan seorang gadis yang 6 tahun lebih tua. Untuk kisah perkawinannya itu Mao memilih diam. Ia pernah mengatakan kepada wartawan : “Saya tidak suka dengan pernikahan itu dan tidak pernah menggaulinya.”

Segala hal ehwal tentang nona Luo, perpustakaan di masyarakat juga tidak memiliki banyak informasi, hanya diketahui bahwa setelah menjadi menantu keluarga Mao, pada tahun ketiga perkawinannya dia meninggal dunia karena sakit.

Tao Siyong

Setelah Mao keluar dari desa kelahirannya Shao Shanchong, pacar pertamanya adalah Tao Siyong. Wanita ini berasal dari Xiangtan, Provinsi Hunan, putrid dari keluarga terkenal, lembut dan baik hati, termasuk sekampung dengan Mao dan sekelas di IKIP-1 Kota Changsha, Provinsi Hunan. Pada tahun 1919 hingga 1920, Mao dan Tao bersama-sama membuka took buku “Wen Hua” di Changsha, mereka berpacaran.

Pada Musim Panas 1920. Tao Suyong tak sejalan dengan Mao yang berhaluan keras dan berjiwa pemberontak ekstrem, dan pada saat yang sama dia menemukan karakter Mao yang kejam dan sewenang-wenang serta mengkhianatinya cintanya dengan menjalin kasih bersama Yang Kaihui. Dengan perasaan hancur dia meninggalkan Changsha dan mendirikan took buku “Li Da” di Shanghai, meninggal dunia pada tahun 1932 dalam usia hanya 30 tahun lebih.

Sosok Yang Kaihui, saat di IKIP-1 Changsha, Hunan, salah seorang guru Mao, Yang Changji, intelektual  dua zaman di Hunan yang bertugas  mengajar di Changsha selama 5 tahun. Pada saat itulah Mao berkenalan dengan putri Yang Changji yang bernama Yang Kaihui.

Yang Kaihui

Yang Kaihui bersekolah di “SMA Kristen Wanita Xiangfu” yang didirikan oleh orang Amerika. Saat itu Mao sering berkunjung dan berpacaran dengan Yang Kaihui serta mengkhianati sang pacar Tao Siyong.

Mereka kemudian menikah pada 1920, antara 1922 – 1926, Yang Kaihui berturut-turut melahirkan dua putera dari Mao masing-masing bernama Mao Anying dan Mao Anqing. Tidak lama setelah Mao Anlong lahir, sifat Mao yang doyan berpetualang cinta, berselingkuh dengan istri Li Lisan (pemimpin teratas PKT 1928 – 1930). Masalah itu setelah terbongkar, Yang Kaihui dan Mao bertengkar hebat.

Menurut penulis wanita Jung Chang dalam buku “Mao: The Untold Story” yang mengungkapkan bahwa meskipun Yang selamanya setia terhadap Mao, tetapi yang dibalas adalah kebalikannya.

Foto Mao Zedong semasa di Yan-an pada 1935-an, setelah pasukannya, Tentara Merah PKT, pendahulu Tentara Pembebasan Rakyat, lari terbirit-birit dan mengalami korban besar akibat dikejar-kejar serta digempur Pasukan Nasionalis dalam peristiwa Long March. (photo: public domain)

Sejak 1927 Mao meninggalkan Yang Kaihui yang baru melahirkan putra ketiganya untuk menuju ke provinsi Hunan Timur menggalang pemberontakan berdarah kelompok petani komunis, hingga pada suatu hari di bulan November 1930, lantaran bersikukuh menolak melepaskan status sebagai istri Mao, Yang Kaihui yang sebelumnya ditangkap oleh pasukan Kuomintang (Nasionalis) dijatuhi hukuman mati.

He Zizhen

Selama Yang Kaihui menderita dalam tahanan pasukan Kuomintang, ketika di provinsi Jiangxi, Mao yang mata keranjang telah menjalin hubungan dengan gadis berusia 17 tahun yakni He Zizhen. Mao tak peduli lagi dengan anak istri yang ditinggalnya di provinsi Hunan, dan meski mendapat tentangan dari orang-orang terdekatnya, Mao nekad bertempat tinggal serumah dengan He. Kemudian tersiar khabar Yang Kaihui telah tewas, mereka pun berstatus suami-isteri.

Meskipun He Zizhen mendampingi Mao berperang, dia memberinya sejumlah anak tapi semuanya mati keguguran dalam pelarian mereka ketika dikejar-kejar pasukan Kuomintang, Mao terlibat affair dengan seorang penerjemah.

Tentu He Zizhen tidak terima dan mereka bertengkar setiap hari. Tak lama kemudian, PKT mengirim He ke Rusia untuk berobat dengan dalih mengidap “penyakit mental”. Ketika He atas bantuan seorang teman berhasil kembali ke Beijing pada 1946 namun kala itu Mao sudah resmi didampingi oleh Jiang Qing dan tak lama kemudian dia meninggal karena nelangsa.

Jiang Qing

Perjumpaan Mao dengan Jiang Qing (dibaca: Ciang Jing) tatkala usianya sudah diatas 45. Mengenai bagaimana Jiang Qing berhasil tiba di Yan An (basis PKT pada zaman perlawanan dengan Jepang) terdapat banyak skenario.

Nama asli Jiang Qing adalah Li Yunhe, nama artisnya Lan Ping. Aktris berasal dari Shanghai yang pernah menikah 3 kali dan dengan mengandalkan pesona penampilannya dia berhasil menggaet Mao yang memang doyan perempuan.

Oleh karena Jiang Qing pernah kawin cerai dan kumpul kebo, ditambah lagi status Mao belum bercerai dengan He Zizhen, para kolega Mao di kalangan elit PKT meski menyetujui Mao tinggal serumah dengan Jiang namun dengan prasyarat, status Jiang belum sebagai nyonya Mao dan dia tidak diperkenankan terlibat dalam politik.

Tigapuluhan tahun kemudian, di masa Revolusi Kebudayaan, Jiang Qing dipergunakan sebagai sebuah bidak dalam percaturan politik kala itu. Akhirnya Jiang meninggal lantaran bunuh diri di dalam penjara.

Sun Weishi

Pada Desember 1949 ketika Mao Zedong (termasuk PM Zhou Enlai) memimpin delegasi PKT bertandang ke Moskow bersua kepada Stalin, kepala penerjemah bahasa Rusia adalah Sun Weishi, anak angkat Zhou Enlai, dalam perjalanan itu Sun juga berfungsi sebagai guru pribadi bahasa Rusia dari Mao.

Pada suatu malam, Mao usai pelajaran bahasa Rusia, mengunci pintu kamarnya di gerbong Kereta Api menuju Moskau dan berkeluh kesah tentang hubungannya yang tidak harmonis dengan Jiang Qing, kemudian terjadi hubungan suami istri dengan Sun yang kala itu merasa pusing dan setengah tidak sadar.

Keesokan harinya, Sun Weshi sangat terkejut menemukan dirinya terbaring di tempat tidur Mao, hal tersebut dia ceritakan kepada Zhou Enlai, tentunya Zhou tidak akan menyalahkan Mao.

Setelah kembali dari Uni Soviet, Mao sempat mempertimbangkan menceraikan Jiang Qing dan menikahi Sun Weishi, namun kali ini Zhou Enlai tidak setuju. Kemudian, nyonya Zhou Enlai menikahkan Sun Weishi dengan seniman drama Huahua yang bernama Jin Shan yang pernah berselingkuh dengan Lan Ping (Jiang Qing) semasa di Shanghai. Konon, Mao mengatakan kepada Jin Shan bahwa mereka saling tidak berhutang apapun.

Setelah Jiang Qing mengetahui affair Mao Zedong dengan Sun Weishi, dia bertekad di suatu hari kelak hendak membalas. Setelah Revolusi Kebudayaan dimulai pada 1966, Jiang Qing mengurung Sun Weishi dalam sebuah penjara di Beijing, Sun Weishi dilucuti hingga bugil, disiksa disekujur tubuh, kemudian Zhou Enlai menandatangani perintah eksekusi mati Sun Weishi yang notabene anak angkatnya sendiri, Sun yang kala itu berusia 38 tahun, tewas dengan kepala tertancap sebatang paku besar.

Shangguan Yunzhu

Pada tahun 1962 setelah pertemuan akbar 7.000 orang, Mao pergi ke Shanghai dan tinggal di Hotel Xijiao No. 1. Sekretaris Komite Partai kota Shanghai Ke Qingshi mengatur kencan Mao dengan seorang aktris film bernama Shangguan Yunzhu. Tahun kedua, Mao pergi ke Shanghai lagi dan berkencan kembali dengan Shangguan Yunzhu.

Setiap kali berkencan Shangguan harus tinggal dengan Mao selama beberapa hari. Pada tahun 1965, dia bahkan diboyong Mao ke Zhongnanhai (pusat perkantoran dan kediaman para elit partai), berkumpul kebo secara terbuka dan ikut menumpang kereta khusus Mao kembali ke Shanghai. Setelah itu tidak pernah lagi bertatap muka dengan Mao lagi. Di musim gugur 1966, dia ditangkap atas perintah Jiang Qing dan kemudian meninggal dalam penjara.

Selain itu, para saudara lelaki dan putera Mao nyaris tidak ada satupun yang mati wajar. Sebuah catatan fakta sejarah yang patut direnungkan.  (LIN/WHS/asr)

Sumber : Epochtimes.com

ErabaruNews