Ketegangan Memuncak Setelah Rezim Tiongkok Luncurkan Retorika Agresif Pengumuman Latihan Militer di Selat Taiwan

Rezim Tiongkok telah mengobarkan retorika agresifnya terhadap Taiwan dalam beberapa pekan terakhir, memuncak dalam sebuah pengumuman pada 12 April bahwa militer Tiongkok akan mengadakan latihan militer langsung di Selat Taiwan pada 18 April.

Taiwan memiliki sistem politik dan ekonomi yang terpisah dari daratan Tiongkok dan, untuk sebagian besar, merupakan sebuah negara yang terpisah, namun Beijing memandang Taiwan sebagai wilayah yang suatu hari akan bersatu kembali dengan daratan tersebut.

Rejim Tiongkok tidak melepaskan penggunaan kekuatan militer untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya. Bahkan, para pejabat Beijing semakin asertif.

Dalam artikel 9 April yang diterbitkan di situs web Global Times yang dikelola negara, purnawirawan Letnan Tentara Pembebasan Rakyat, Wang Hongguang, mengatakan rezim Tiongkok memiliki semua kemampuan militer untuk menyerang Taiwan, dan itu dapat dicapai dalam 100 jam, “tanpa memberi peluang pasukan Amerika atau Jepang untuk memerintahkan pasukan militer besar-besaran untuk membantu [Taiwan],” tulisnya.

invasi tiongkok ke taiwan
Tank M60 A3 buatan AS ditembakkanselama latihan oleh pasukan Taiwan, empat mil dari kota Magong di pulau Penghu yang terpencil pada 25 Mei 2017. (Sam Yeh / AFP / Getty Images)

Pada tanggal 10 April, pada sebuah panel yang diadakan di forum ekonomi Bo’ao di pulau Hainan, Tiongkok, pemimpin Tiongkok Xi Jinping mendesak para pebisnis Taiwan untuk menentang kemerdekaan Taiwan.

Taiwan adalah sekutu strategis AS di kawasan Asia-Pasifik. Sementara Amerika Serikat hanya mempertahankan hubungan diplomatik resmi dengan Tiongkok, negara tersebut terus menjual senjata ke Taiwan untuk mempertahankan sendiri pulau tersebut. Baru-baru ini, Presiden Donald Trump menandatangani RUU yang disahkan dengan suara bulat yang akan memungkinkan lebih banyak pertukaran diplomatik di antara para pejabat AS dan Taiwan.

Sementara itu, militer Tiongkok terus mengembangkan kemampuan militer untuk mempersiapkan invasi Taiwan. Dalam laporan tahunan tentang kekuatan militer Tiongkok yang dirilis pada tahun 2017, Departemen Pertahanan AS mencatat bahwa militer Tiongkok menganggap Taiwan “salah satu wilayah geografis dimana kepemimpinan tersebut mengenalinya sebagai kepentingan strategis yang telah dianugerahi.”

upaya agresi cina tiongkok ke taiwan
Kapal perusak Tipe 052D Hefei (kanan) dan kapal pengawal Tipe 054A Yuncheng milik Tiongkok, berlabuh di Saint Petersburg, Rusia, pada 27 Juli 2017. (Olga Maltseva / AFP / Getty Images)

Laporan tersebut menguraikan berbagai sistem artileri Tiongkok yang memiliki jangkauan untuk menyerang di dalam atau di seberang Selat Taiwan. Tiongkok memiliki sekitar 1.200 rudal balistik jarak pendek yang mampu menyerang Taiwan dalam inventarisnya dan baru-baru ini menambahkan rudal jelajah darat pada susunan rudal yang disebar di hadapan Taiwan, menurut laporan tersebut.

Namun, Ian Easton, seorang peneliti di Project 2049 Institute yang baru-baru ini menulis buku, “The Chinese Invasion Threat: Taiwan’s Defense and American Strategy in Asia,”mengatakan kepada The Epoch Times bahwa invasi militer oleh rezim Tiongkok akan sulit untuk dilakukan.

Rezim Tiongkok memiliki beberapa kelemahan: fitur geografis Taiwan berfungsi sebagai pertahanan alami, sementara militer Tiongkok tidak memiliki cukup kendaraan amfibi, kapal, atau pesawat terbang yang dapat dengan cepat mengangkut pasukan melintasi selat tersebut, kata Easton.

Penilaian Departemen Pertahanan tersebut juga mencatat bahwa pasukan bersenjata Taiwan memiliki keunggulan teknologi, namun investasi militer Tiongkok baru-baru ini sekarang menjadi “tantangan utama bagi keamanan Taiwan.”

Menanggapi komentar Wang di artikel Global Times tersebut, wakil kepala staf Departemen Pertahanan Taiwan, Jenderal Chen Baoyu, mengatakan pada 12 April bahwa pernyataan Wang “benar-benar mustahil,” menambahkan bahwa reaksi pertamanya terhadap berita tersebut adalah tertawa.

Dia mengatakan bahwa angkatan udara Taiwan adalah salah satu yang paling terorganisir di dunia, dan akan siap untuk bereaksi terhadap kekuatan militer Tiongkok dengan cepat.

Dalam Rencana Lima Tahunan rezim Tiongkok yang ke-13 (2016 hingga 2020) yang diresmikan pada tahun 2016, negara tersebut juga mengusulkan pembangunan terowongan rel berkecepatan tinggi yang menghubungkan Beijing ke Taipei, ibu kota Taiwan. Namun, belum ada jadwal yang diusulkan dan para pejabat Taiwan sangat menentang gagasan tersebut pada saat itu. Banyak orang di Taiwan khawatir terowongan seperti itu dapat digunakan untuk mengangkut pasukan Tiongkok jika terjadi invasi. (ran)

Qin Yufei berkontribusi pada laporan ini.

ErabaruNews