Perusahaan Besar Telekomunikasi Tiongkok Menipu Pelanggan dengan Skema iPhone

Perusahaan besar telekomunikasi Tiongkok dicurigai telah menipu pelanggan di Kota Changsha, sebuah kota besar yang terletak di Propinsi Hunan Tiongkok tengah. Sementara itu, media lokal dan pihak berwenang telah menutup mata terhadap kemalangan mereka.

Menurut 212 korban, sejak tahun 2012, seorang manajer bermarga Hu bekerja di Changsha cabang dari China Telecom telah mempromosikan paket investasi di mana para pelanggan dapat menyetor deposito terlebih dahulu ke rekening bank perusahaan, dan sebagai imbalannya, menerima model terbaru dari Apple iPhone bersama dengan menerima kembali deposito mereka, dalam waktu beberapa bulan.

Namun, korban mengatakan uang mereka telah dicuri.

“Kami tidak pernah berpikir bahwa ini adalah penipuan. Kami pikir itu adalah 100 persen bagian dari operasi perusahaan telekomunikasi tersebut,” kata Li dalam wawancara telepon dengan The Epoch Times. Li mengatakan bahwa ia telah mencicil 14 juta yuan (sekitar $2,2 juta) dalam bentuk deposito, tetapi ia hanya menerima kembali sekitar 6 juta yuan (sekitar $941.690).

China Telecom, perusahaan telekomunikasi terbesar yang dikelola negara Tiongkok, adalah penyedia layanan telepon kabel dan jaringan seluler. Menurut situs web perusahaan, memiliki sekitar 250 juta pelanggan seluler, per akhir tahun 2017.

Selama bertahun-tahun, karena model iPhone yang lebih baru lebih mahal, jumlah simpanan yang diperlukan meningkat, menurut Li. Manajer mengatakan kepada investor bahwa mereka bisa mendapatkan beberapa iPhone jika mereka menempatkan setoran lebih tinggi.

Sejak paruh kedua tahun lalu, Li mengatakan bahwa dia belum menerima kembali simpanan uang yang telah diajukan pada waktunya sesuai yang dijanjikan. Dia kemudian mengunjungi kantor China Telecom di Changsha, tetapi dia diberitahu bahwa perusahaan tidak pernah menawarkan paket investasi semacam itu, sementara Hu telah menghilang.

investasi bodong perusahaan telekomunikasi tiongkok
Para korban memegang spanduk di luar China Telecom cabang Changsha. (Ms. Li)

Awal tahun ini, Li menjelaskan bahwa dia telah berhasil mengajukan gugatan terhadap cabang Changsha China Telecom di pengadilan setempat. Namun, kasus tersebut diputus pada 25 April, meskipun Hu ditangkap sehari sebelumnya.

Pada sore hari tanggal 3 Mei, Li mengatakan dia dan beberapa korban lainnya mengangkat spanduk-spanduk dan melakukan protes di luar kantor perusahaan tersebut, tetapi petugas keamanan perusahaan secara paksa merampas spanduk-spanduk mereka. Li ingat melihat beberapa petugas polisi di dekatnya, tetapi mereka tidak campur tangan.

Menurut Li, perusahaan tersebut telah gagal mengembalikan total hampir 50 juta yuan (sekitar $7,8 juta) simpanan dari 212 orang yang disebut investor.

Media lokal telah berbicara dengan beberapa korban, menurut Li, tetapi penipuan itu tidak pernah muncul di berita.

Tidak jelas apakah Hu mengantongi simpanan-simpanan itu, atau apakah para eksekutif di cabang Changsha telah memainkan peran di balik penipuan tersebut.

Namun, kasus ini adalah salah satu dari banyak contoh perusahaan besar dan lembaga keuangan utama di Tiongkok yang semakin menawarkan opsi investasi berisiko.

Pada Juni 2016, koran yang dikelola pemerintah Beijing Morning Post melaporkan penipuan di bank yang tidak disebutkan namanya. Seorang wanita bermarga Zhang tidak bisa mendapatkan uangnya kembali setelah menginvestasikan 3 juta yuan (sekitar $470.970) pada reksadana satu tahun. Dana tersebut, ternyata, tidak ada dalam portofolio bank. Seorang manajer bermarga Wang, yang menjual reksadana tersebut, telah bekerja secara diam-diam untuk sebuah perusahaan investasi di Kota Shenyang di Tiongkok timur laut.

Perusahaan investasi tersebut kemudian di bawah penyelidikan polisi karena mengumpulkan dana secara ilegal. Beberapa eksekutifnya sedang dalam pelarian.

Sesudahnya beberapa karyawan bank, termasuk Wang, dipecat, Zhang telah mengajukan gugatan di Kota Tianjin terhadap bank tersebut untuk mencari ganti rugi hukum. Pengadilan menolak gugatannya, dengan alasan bahwa bank tidak bertanggung jawab atas kerugian Zhang. (ran)

ErabaruNews