Taiwan Mengatakan Beijing Ingin Menciptakannya “Tidak Relevan” Melalui Kesepakatan Vatikan-Tiongkok

VATICAN CITY — Taiwan menuduh Tiongkok berusaha menjadikan negara pulau tersebut “tidak relevan” di komunitas dunia, setelah Beijing dan Vatikan menandatangani perjanjian penting yang mengurangi kerenggangan selama beberapa dasawarsa.

Matthew Lee, duta besar Taiwan untuk Vatikan, membuat komentar dalam pidato selama perayaan menandai hari nasional Taiwan yang dihadiri oleh pejabat-pejabat Vatikan, termasuk beberapa orang yang terlibat langsung dalam perundingan dengan Tiongkok.

“Tiongkok Komunis tetap berkomitmen untuk membuat rakyat Taiwan tidak relevan dengan PBB dan mengecualikan Taiwan dalam memainkan peran yang berarti baik di dalam keluarga Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun di komunitas-komunitas internasional,” katanya.

Pada 22 September, Vatikan dan Beijing telah menandatangani perjanjian sementara yang mendukung pengangkatan para uskup di Beijing. Selama beberapa dekade, rezim Tiongkok telah mengangkat uskup-uskupnya sendiri, yang tidak diakui oleh Paus.

Paus Fransiskus mengatakan pekan lalu bahwa perjanjian tersebut memungkinkan dilakukannya diskusi dengan Tiongkok tentang pencalonan uskup, tetapi akhirnya paus yang akan memutuskan.

Dalam tindakan konkret pertama tentang pelunakan setelah penandatanganan perjanjian tersebut, Vatikan mengumumkan pada 1 Oktober bahwa Beijing akan untuk pertama kalinya mengizinkan para uskup Tiongkok untuk menghadiri pertemuan utama Vatikan, yang dikenal sebagai sinode (synod), yang dimulai pada 3 Oktober.

Sinode menurut sejarah adalah sidang majelis Gereja yang lazimnya diselenggarakan untuk memutuskan perkara doktrin, tadbir (perihal mengelola,memimpin), atau pengajuan permohonan resmi.

Meskipun Vatikan bersikeras bahwa kesepakatannya dengan Beijing tidak bersifat politis, yang ditekankan oleh Lee dalam pidatonya, para diplomat mengatakan kemungkinan itu adalah sebuah pendahuluan bagi Vatikan untuk pada akhirnya mengubah pengakuan diplomatik pada Beijing.

Lee, mengadopsi perbandingan Alkitab, mengatakan negaranya adalah Daud dan Tiongkok adalah Goliat.

“Dengan bantuan mitra-mitra global yang berdiri melawan kekuatan otoriter otoriter yang meningkat (dari Beijing) Taiwan akan bertahan, bertahan dan menang,” kata Lee.

Namun, barisan dari para mitra tersebut telah menipis.

Vatikan adalah sekutu diplomatik terakhir Taiwan di Eropa. Pulau yang memiliki pemerintahan sendiri tersebut memiliki hubungan formal dengan 16 negara lainnya, banyak di antaranya adalah negara kecil yang kurang berkembang di Amerika Tengah dan Pasifik.

Taiwan secara rutin menuduh Tiongkok menggunakan diplomasi dolar dan intimidasi untuk memikat sekutu-sekutunya.

Sejak tahun 1970-an, setelah PBB memberikan suara untuk mengakui Republik Rakyat Tiongkok sebagai satu-satunya negara Tiongkok, Vatikan tidak menunjuk nuncio atau duta besar untuk Taiwan. Sejak itu, status misi tetap di Taipei pada tingkat “charge d’Afaires ad interim” yang lebih rendah, dimana para diplomat mengatakan adalah untuk menenangkan Beijing.

Para kritikus telah memberi label perjanjian antara Vatikan dan Beijing tersebut, yang dibuat selama lebih dari 10 tahun, sebagai telah berkhianat untuk pemerintah Komunis.

Kardinal Joseph Zen dari Hong Kong, ulama Katolik paling senior di tanah Tiongkok, menggambarkan kesepakatan itu sebagai “pengkhianatan yang luar biasa.”

“Mereka memberikan kawanan ke mulut para serigala,” kata Zen berusia 86 tahun kepada Reuters pekan lalu.

Sekitar 12 juta umat Katolik di Tiongkok terpecah antara gereja-gereja bawah tanah yang bersumpah setia kepada Vatikan dan gereja-gereja Asosiasi Katolik Patriotik yang didukung negara.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mendokumentasikan penganiayaan sistematis terhadap orang-orang Kristen bawah tanah di Tiongkok. Menurut Human Rights Watch, lebih dari selusin orang Kristen di Provinsi Yunnan dituduh oleh pejabat PKT pada tahun 2017 dengan tuduhan “menggunakan aliran sesat untuk menyabot penegakan hukum.”

Ia menambahkan: “Pada bulan Oktober, setidaknya tiga orang telah dijatuhi hukuman penjara empat tahun. Salah satu pengacara mereka mengatakan penangkapan tersebut karena kelompok jemaah tidak berkumpul di gereja-gereja resmi.” (ran)

https://www.youtube.com/watch?v=CV1Xbwz9x8Q&t=36s