Tiongkok Bangun Pabrik Batu Bara Baru Setara dengan Kapasitas Armada AS

Tiongkok sedang membangun ratusan pembangkit listrik baru berbahan bakar batu bara yang mampu menghasilkan total 259 gigawatt (GW) listrik, yang setara dengan seluruh armada batu bara AS yang ada sekitar 266 GW, temuan oleh kelompok advokasi dan kelompok penelitian CoalSwarm.

Sebagian besar perkembangan baru tersebut memberikan peningkatan cepat pemberian izin pabrik batu bara oleh otoritas-otoritas provinsi Tiongkok dari akhir tahun 2014 hingga awal tahun 2016, menurut laporan yang dirilis 20 September. Sebanyak tiga kali lipat peningkatan izin pabrik batu bara terlihat pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2013.

“Tarif-tarif yang dijamin, akses mudah untuk kredit-kredit murah, dan pemberian izin baru-baru ini oleh pemerintah provinsi telah menyebabkan peningkatan kapasitas daya batu bara di Tiongkok,” kata laporan tersebut.

Pada tahun 2018, kapasitas batu bara Tiongkok berada di 993 GW. Negara ini bertanggung jawab atas 48 persen pasokan listrik tenaga batu bara di dunia.

Pembangunan-pembangunan baru tersebut, setelah selesai, akan meningkatkan kapasitas batu bara negara sebesar 25 persen menjadi 1.252 GW.

Ini akan melampaui batas daya batu bara Tiongkok sebesar 1.100 GW sebagaimana dinyatakan dalam rencana ekonomi lima tahunan ke-13 negara untuk tahun 2016-2020.

MELEBIHI PERENCANAAN PUSAT

Dari tahun 2005 hingga 2016, Tiongkok telah menambahkan 618 GW kapasitas listrik batu bara baru, setara dengan sekitar 15 GW listrik batu bara baru setiap tiga bulan, atau “satu pabrik batu bara seminggu.”

Ledakan jumlah pabrik batu bara di negara tersebut mencapai kelebihan kapasitas. Pada tahun 2015, rata-rata tingkat penggunaan batu bara adalah 49 persen, menurut CoalSwarm.

Otoritas pusat berusaha mengatasi situasi ini dengan mengalihkan kekuasaan untuk memungkinkan pembangunan pabrik-pabrik batu bara baru ke tingkat provinsi pada September 2014, namun, ini hanya menghasilkan tingkat izin yang bahkan lebih cepat.

Pada tahun 2016 dan 2017, otoritas pusat Tiongkok mengeluarkan peraturan-peraturan baru dan perintah-perintah penangguhan untuk mengekang pembangunan pabrik batu bara baru dengan membatalkan atau menundanya.

Namun celah-celah dan penegakan yang longgar telah membuat langkah-langkah seperti itu hanya “sebagian efektif,” menurut CoalSwarm.

PROYEK BERLANJUT MESKIPUN ADA BATASAN

Penelitian dari pabrik ke pabrik kelompok tersebut, yang diselesaikan pada bulan Juli, menemukan bahwa pembangunan berlanjut di banyak pabrik meskipun ada pembatasan.

Penelitian mereka termasuk memeriksa citra satelit yang dipasok oleh PlanetLabs, yang mengungkapkan sekitar 46,7 GW dari konstruksi bara bara baru atau yang dimulai kembali. Misalnya, foto-foto pembangkit listrik Nanxiong Huadian di Provinsi Guangdong pada bulan Februari 2017 dan Maret 2018 menunjukkan bahwa pembangunan telah berjalan meskipun telah mengeluarkan perintah penangguhan oleh otoritas pusat pada bulan Januari 2017.

Di Daerah Otonomi Ningxia Hui, foto menunjukkan pembangkit listrik Huaneng Daba-4 juga mengalami perkembangan substansial meskipun pembatasan diberlakukan pada September 2017.

Menurut laporan, dari 259 GW pembangkit listrik baru berbahan bakar batu bara tersebut, 126 GW sedang dalam konstruksi aktif dan 76 GW berada dalam pembangunan pra-konstruksi yang tidak berbatas. Sisa 57 GW dibekukan pada pertengahan konstruksi, tetapi diharapkan akan selesai.

CoalSwarm mengatakan bahwa otoritas pusat tampak sedikit termotivasi untuk membatalkan pabrik-pabrik yang sudah masuk konstruksi.

“Baru-baru ini, pemerintah pusat telah mulai membatasi pabrik-pabrik yang baru selesai dapat terhubung ke jaringan listrik setiap tahun, mungkin untuk menghindari melebihi batas kapasitas 1100 GW,” tulis laporan tersebut.

“Sementara taktik tersebut secara teknis dapat mempertahankan kapasitas resmi, di belakang layar akan ada simpanan pabrik-pabrik batu bara yang sedang berkembang yang siap beroperasi secepatnya.”

MENINGKATNYA PERMINTAAN LISTRIK

Pada bulan Mei, NEA mengizinkan provinsi Shaanxi, Hubei, Jiangxi, dan Anhui untuk memulai kembali pembangunan pabrik batu bara, dan juga melonggarkan pembatasan pada Hebei, Jiangsu, Shanghai, dan Zhejiang.

Konsumsi batu bara meningkat sekitar 3,1 persen pada semester pertama tahun 2018, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017, kepala departemen dan perencanaan di Administrasi Energi Nasional (NEA) Li Fulong mengatakan pada konferensi pers pada 30 Juli, media pemerintah melaporkan.

Angka-angka dari biro statistik negara tersebut menunjukkan peningkatan 9,4 persen dalam penggunaan listrik pada periode yang sama.

“Melambungnya permintaan industri untuk listrik tampaknya telah mengubah sikap di antara para pembuat kebijakan, yang sekarang lebih menerima kelebihan kapasitas,” kata analis energi Greenpeace Lauri Myllyvirta, China Dialogue melaporkan. “Untuk saat ini masalah [kelebihan kapasitas] tampaknya benar-benar menjadi prioritas rendah.”

Laporan CoalSwarm mencatat bahwa 259 GW listrik batu bara baru di Tiongkok “sangat tidak sesuai dengan perjanjian iklim Paris.”

“Menurut IEA, 50% peluang untuk membatasi peningkatan suhu sampai 1,75°C di masa depan mengharuskan Tiongkok menghentikan pabrik-pabrik batu bara tradisionalnya pada tahun 2045,” katanya. (ran)

Rekomendasi video:

Siswa siswa SMA di Tiongkok Mencoba Bunuh Diri, Gegara Wabah TBC yang DIabaikan

https://www.youtube.com/watch?v=U7bPlxSsiVI