Karavan Migran Utama Tinggalkan Mexico City Menuju Perbatasan Amerika Serikat

EpochTimesId – Rombongan Karavan migran utama Amerika Latin yang menargetkan menyeberangi perbatasan Amerika Serikat mulai meninggalkan Kota Meksiko, akhir pekan kemarin. Para imigran melanjutkan perjuangan untuk mencapai Amerika Serikat.

Ribuan pengembara migran itu berangkat pada 9 November 2018, setelah beristirahat selama beberapa hari usai berjalan kaki ribuan kilometer. Meskipun, di perbatasan AS, tentara sudah dikerahkan untuk melapisi petugas perbatasab atas perintah sejumlah pejabat pemerintahan Presiden Donald Trump.

Kafilah utama saat ini diperkirakan berisi antara 4.000 hingga 5.000 orang, di mana 75 persennya adalah laki-laki. Para migran memilih Kamis larut malam untuk meninggalkan ibukota Meksiko dalam upaya untuk mencapai Querétaro. Kawasan perbatasan yang berjarak sekitar 193 kilometer di utara ibukota Meksiko, seperti dilaporkan USA Today.

Karavan itu berhenti di Mexico City sejak 3 November 2018. Mereka berhenti guna memungkinkan beberapa migran yang tertinggal untuk menyusul atau bergabung dengan kontingen utama. Meskipun tidak jelas juga, apakah rombongan pengembara gelombang kedua mampu mengejar ketertinggalan.

Empat rombongan pengembara Amerika Tengah berhasil memasuki Meksiko dalam beberapa minggu terakhir. Namun, satu rombongan diantaranya bertahan di Meksiko selatan. Ribuan migran itu menyetujui program suaka yang baru diumumkan di negara itu. Program yang menyediakan pekerjaan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Tiga rombongan lainnya beberapa kali bentrok dengan polisi Meksiko, dan sebagian besar mengabaikan program suaka. Mereka mengklaim program suaka tidak cukup dan tidak memenuhi kebutuhan mereka.

Christopher Gascon, perwakilan Meksiko pada Organisasi Internasional untuk Migrasi, mengatakan bahwa ada sekitar 4.000 migran di antara dua karavan, yang menyusul di belakang rombongan pertama.

Trump telah meningkatkan responsnya terhadap karavan. Pertama, dia mengancam untuk memotong bantuan kepada sejumlah negara Amerika Tengah dan akhirnya melakukannya setelah ancaman presiden gagal menghentikan pergerakan kafilah.

Dia kemudian memerintahkan pasukan aktif militer federal untuk dikerahkan ke perbatasan, untuk membantu memperkuat dan mendukung tugas agen Patroli Perbatasan. Pada 9 November, Trump menandatangani proklamasi yang membuat para migran yang memasuki Amerika Serikat secara ilegal, di luar pelabuhan resmi masuk, tidak memenuhi syarat untuk suaka.

Teknisi Corps Marinir yang ditempatkan di Camp Pendleton memasang kawat tajam dan berduri tepat di sebelah timur dari pintu masuk perbatasan, Port of Entry San Ysidro, dimana kereta api melintas dari Amerika Serikat ke Meksiko, dan Meksiko ke Amerika Serikat. Militer memasang kawat untuk mendukung tugas Patroli Perbatasan, pada 6 November 2018. (John Gibbins/The San Diego Union-Tribune/AP/The Epoch Times)

Banyak migran tidak memenuhi syarat untuk suaka karena mereka hanya melarikan diri dari kemiskinan dan/atau kekerasan gangster, kondisi yang tidak memenuhi syarat untuk mendapat suaka di bawah panduan kebijakan yang diperbarui oleh pemerintahan Trump awal tahun ini. Sejumlah orang mengaku dalam wawancara dengan berbagai kantor berita bahwa mereka sebelumnya dideportasi dari Amerika Serikat.

Para pencari suaka selalu perlu membuktikan bahwa mereka telah menderita penganiayaan masa lalu atau memiliki ketakutan yang relevan terhadap penganiayaan di masa depan, di negara asal mereka. Namun, potensi itu harus berdasarkan ras, agama, kebangsaan, opini politik, atau keanggotaan mereka dalam kelompok sosial tertentu.

Mantan Jaksa Agung, Jeff Sessions ketika masih menjabat mengatakan pada Oktober bahwa separuh dari orang asing ilegal yang mengaku ketakutan di perbatasan tidak mengajukan klaim. “Ini menunjukkan mereka tahu bahwa klaim suaka mereka kurang pantas dan bahwa klaim ketakutan mereka hanyalah tipuan untuk memasuki negara itu secara ilegal,” kata Sessions.

Di bawah kebiasaan tindakan penangkapan dan pelepasan (di AS), migran bisa menghilang di dalam negeri Amerika Serikat dan tidak muncul ke pengadilan, sebuah opsi yang banyak dilakukan oleh para imigran gelap. Trump telah bekerja untuk membatasi opsi itu. Sessions mengatakan bahwa sistem perundang-undangan mereka sedang dipermainkan.

“Undang-undang suaka kami dimaksudkan untuk melindungi mereka yang, karena karakteristik seperti ras, agama, kebangsaan, atau pendapat politik, tidak dapat menemukan perlindungan di negara asal mereka. UU tidak pernah dimaksudkan untuk memberikan suaka kepada semua orang yang takut akan kekerasan umum, kejahatan, dendam pribadi, atau kurangnya prospek pekerjaan,” kata Sessions. (ZACHARY STIEBER/NTD News/waa)

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA