Komunis Tiongkok Suap Wartawan Asia Afrika Untuk Propaganda di Luar Negeri

Zhang Ting

Mantan koresponden dari surat kabar “India Today” di Tiongkok yakni Ananth Krishnan baru-baru ini menulis artikel yang mengungkapkan bahwa untuk melengkapi proyek “One Belt One Road” Komunis Tiongkok dan membuat propaganda positif berbagai kebijakannya kepada masyarakat internasional, RRT mengadakan program beasiswa bagi reporter media massa, merangkul para reporter media massa utama asing dengan insentif besar, agar membuat berita yang memoles citra Komunis Tiongkok. Ananth Krishnan menulis dengan judul China is buying good press across the world, one paid journalist at a time.

Memanfaatkan program beasiswa media massa untuk merangkul reporter asing ini diberitakan oleh mantan koresponden surat kabar “India Today” Ananth Krishnan di “The Print” mengatakan, sejak tahun 2016 Kemenlu RRT telah mengadakan Program Beasiswa Media Massa yang berdurasi 10 bulan.

Program tersebut ditujukan pada reporter asing dari media massa utama dari belasan negara asing seperti India, Pakistan, Bangladesh, beserta negara-negara Asia Tenggara dan Afrika lainnya.

Para wartawan itu mendapat perlakuan karpet merah di Tiongkok: Tinggal di Beijing Jianguomen Diplomatic Apartment, beberapa di antara mereka mendapatkan tunjangan sebesar RMB 5.000 Yuan (Rp 10,5 juta) per bulan, setiap bulan gratis wisata dua kali ke berbagai provinsi di seluruh Tiongkok, mendapatkan kesempatan belajar bahasa Mandarin, setelah program beasiswa selesai mereka akan mendapat gelar sarjana dalam hubungan internasional dari sejumlah perguruan tinggi di Tiongkok.

Artikel menyebutkan, Program Beasiswa Media Massa 10 Bulan ini adalah yang paling berhasil dalam upaya RRT membentuk pencitraan untuk konsumsi pemberitaan media dunia terhadap Beijing, tapi juga merupakan yang paling tidak banyak diketahui masyarakat.

Dua tujuan utama dari proyek ini adalah: Membantu mendorong program RRT “One Belt One Road” dan melakukan propaganda sebaik mungkin, “menceritakan kisah baik di RRT, menyuarakan kebaikan Komunis Tiongkok”, mencitrakan Komunis Tiongkok sebagai “sosok pembangun dunia yang damai.”

Artikel menyebutkan, pihak Beijing jelas menyadari, jika hanya mengandalkan wartawan RRT saja kisah ini tidak bisa jauh jangkauannya, itu tidak cukup. Oleh sebab itu, RRT berusaha merangkul media massa dunia untuk melakukannya.

Upaya Komunis Tiongkok merangkul wartawan asing untuk merias kebijakan Komunis Tiongkok seperti ini telah menarik perhatian internasional.

Wartawan New York Eric Fish saat meneruskan artikel Krishnan di Twitter menempelkan sebuah foto, konten foto itu adalah seorang wartawan yang mendapatkan beasiswa PKT ini diwawancarai oleh media massa PKT, ia mengatakan, “Dulu saya mengira  hanya ada satu partai, tidak ada demokrasi, tapi faktanya, disini terdapat demokrasi sejati, bicara soal demokrasi, yang telah dilakukan RRT tidak kalah dibandingkan negara Barat.”

Fish telah cukup mendalam soal meneliti generasi milenium di Tiongkok, dan telah menerbitkan buku yang berjudul “China’s Millennials: The Want Generation”.

Cara Pengajuan Beasiswa yang Aneh

Artikel menyebutkan, dalam hal memberikan beasiswa media massa oleh Komunis Tiongkok bukan kasus satu-satunya, pemerintah negara AS, Inggris, Australia dan sejumlah institusi swasta lainnya juga telah bertahun-tahun menyediakan beasiswa seperti ini.

Bedanya terletak pada tidak transparannya, ambisi dan skala dari upaya Komunis Tiongkok ini serta tingkat pengendalian Beijing terhadap media massa.

Beasiswa media massa yang disediakan Komunis Tiongkok, acap kali tidak memiliki prosedur pengajuan yang jelas, peraih beasiswa dihubungi oleh pihak Kedubes RRT. Proyek tersebut awalnya diadakan bagi wartawan Afrika. Beijing mengawali dengan mendirikan China Africa Press Center.

Setelah percobaan itu berhasil, Komunia Tiongkok kembali membentuk China South Asia Press Centers dan juga China Southeast Asia Press Centers. Semua pusat pers tersebut bekerjasama dengan Kemenlu RRT dan juga Asosiasi Diplomasi Publik RRT.

Wartawan asing yang terpilih mengikuti program beasiswa ini bukan disetujui oleh media massa tempatnya bekerja, melainkan disetujui oleh pusat pers yang didirikan oleh Komunis Tiongkok tersebut. Hal ini pun membatasi perjalanan mereka di Tiongkok.

Para wartawan asing penerima bea siswa itu selama periode 10 bulan “diperlakukan istimewa” di Tiongkok, namun tidak bisa melakukan perjalanan meliput berita tanpa didampingi oleh pengawas dari pemerintah, mereka tidak diizinkan memberitakan topik HAM, Tibet, Xinjiang dan hal sensitif lainnya.

Trik Komunis Tiongkok Suap Wartawan Asing

Menurut Free Asia Radio, Cedric Alviani dari kantor cabang Asia Timur organisasi yang menyoroti kebebasan pers “Reporters Without Borders” berpendapat, faktanya sejak tahun 2016 Komunis Tiongkok telah mulai menyuap para wartawan asing.

Sejak tahun 2011, Komunis Tiongkok telah mempublikasikan upaya mereka mengatur dan mengendalikan media massa dunia, di saat PKT melakukan propaganda terhadap warganya, juga dilakukan berbagai cara untuk menyebarkan suara pemerintah RRT ke seluruh dunia.

“Beijing terus berusaha memengaruhi ulasan wartawan terhadap RRT. Cara mengundang wartawan ke RRT dan memperlakukan mereka dengan sangat baik adalah salah satu cara dari Beijing untuk berteman baik atau memupuk pendukung para wartawan asing. Tapi ini bukan satu-satunya cara, pemerintah dan perusahaan RRT selama ini sangat gencar membeli saham media massa asing.”

Dosen ilmu politik dari Columbia University di AS yakni Andrew Nathan menyebutkan, Komunis Tiongkok juga menggunakan cara menyediakan berita tanpa imbalan untuk memperkuat pengaruhnya di luar negeri.

Nathan mengatakan, di Afrika juga terdapat banyak media massa PKT yang sangat berpengaruh, sebagai contoh, kantor berita Xinhua sangat besar di Afrika.

Media massa Afrika tidak begitu banyak uang, jadi kantor berita Xinhua memberikan banyak sekali berita gratis pada mereka. Tentunya mereka akan menggunakan berita dari kantor berita Xinhua itu.

Foto adalah acara wisuda yang digelar PKT bagi wartawan dari Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara tanggal 5 Desember 2017 lalu. (Foto: surat kabar China Daily yang dimuat di situs pemerintah Beijing)

Workshop Media “One Belt One Road” dan Pendirian Bahasa Strategisnya

Sebagai propaganda “One Belt One Road”, selain program beasiswa wartawan asing selama 10 bulan yang diselenggarakan oleh Kemenlu, tahun ini Komunis Tiongkok juga meluncurkan Program Beasiswa Workshop Media Jangka Pendek.

Tanggal 20 Juni hingga 14 Juli, workshop media “One Belt One Road” perdana dan beasiswa oriental telah digelar di Shanghai, Beijing dan Hangzhou.

Workshop itu diadakan bersama oleh surat kabar China Daily, Shanghai International Studies University dan Foreign Economic and Trade University, serta dibantu oleh China Eastern Airlines Group. Peserta yang disasar adalah para editor dan wartawan senior dari 13 media massa di 12 negara sepanjang jalur “One Belt One Road”.

Untuk menyambung dengan “One Belt One Road”, Shanghai International Studies University juga mengusung pembangunan “bahasa strategis”. Dengan kata lain, bahasa di semua negara sepanjang proyek “One Belt One Road” akan dijadikan sebagai “bahasa strategis” dan dipromosikan dengan gencar.

Beberapa tahun terakhir “One Belt One Road” semakin banyak disoroti negara lain. Sepanjang tahun ini saja, ada banyak laporan menunjukkan “One Belt One Road” telah menyebabkan setidaknya 13 negara Asia, Afrika dan Eropa terjebak dalam krisis hutang.

Kemenlu AS Pompeo bulan lalu pernah mengecam Komunis Tiongkok telah menyuap para elite sejumlah negara untuk membuat kesepakatan dalam kontrak proyek “One Belt One Road” tersebut.

Konsultan AS “New American Security Center” baru-baru ini merilis laporan yang merekomendasikan, Amerika seharusnya mulai mengembangkan perlawanan menentang “One Belt One Road” PKT.

Reaksi AS terhadap strategi Komunis Tiongkok harus secara langsung terfokus pada bidang informasi berita; melawan serangan propaganda “One Belt One Road” PKT; terhadap negara yang mencari investasi RRT ditekankan kembali keunggulan “kebebasan, keterbukaan dan kesinambungan” bekerjasama dengan AS; mengungkap perbedaan “perkataan – perbuatan” RRT dalam hal janji investasi dan tindakan nyatanya, serta ancaman kedaulatan yang akan ditimbulkan RRT terhadap negara-negara tersebut lewat pinjaman pembangunan investasi yang diberikan Beijing.

Amerika juga seharusnya aktif berpropaganda, menekankan investasi langsung Amerika di negara-negara tersebut, dan mengungkap bukti korup para elit RRT kepada para wartawan setempat. (SUD/WHS/asr)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=jWVPVi-ShYA