Militer Mesir Menembak Mati 40 Tersangka Teroris Setelah Bus Wisatawan Diserang Bom

Epochtimes.id- Pasukan keamanan Mesir menembak mati 40 orang tersangka teroris saat tiga insiden terpisah di Sinai Utara dan Giza.

Laporan ini dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri Mesir pada 29 Desember 2018, sehari setelah pemboman mematikan yang menyasar bus turis asal Vietnam di Giza. Insiden ini menewaskan empat orang.

Akan tetapi, otoritas Mesir tidak mengatakan apakah tersangka teroris terkait dengan serangan Jumat lalu. Hanya saja menyebut militer Mesir menewaskan 30 orang selama penggerebekan di tempat persembunyian teroris di Giza.

Menurut Otoritas Mesir, penggerebekan ini terkait “elemen teroris” sedang merencanakan serangkaian-serangan yang menargetkan institusi negara dan industri pariwisata.

Pasukan keamanan turut membunuh 10 tersangka teroris di Sinai Utara. Mesir terus memerangi pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok teroris ISIS.

Kantor berita pemerintah MENA mengatakan bahwa puluhan tersangka tewas dalam baku tembak.

Kementerian tidak memberikan perincian tentang identitas tersangka. Termasuk, mengenai keterangan adanya korban atau cedera di antara pasukan keamanan. Pernyataan otoritas Mesir mengatakan ketiga serangan dilakukan secara bersamaan.

Kementerian menerbitkan foto-foto tubuh berlumuran darah dengan wajah mereka disembunyikan. Selain itu, turut diperlihatkan senapan serbu dan pistol yang tergeletak di lantai di samping mereka.

Sebelumnya, tiga orang turis Vietnam dan seorang pemandu wisata Mesir terbunuh pada Jumat lalu. Setidaknya 10 korban lainnya terluka ketika ledakan bom menghantam bus wisata. Lokasi kejadian kurang lebih terletak 4 km dari piramida Giza Mesir yang terkenal di dunia.

Militer dan polisi Mesir melancarkan kampanye besar-besaran terhadap kelompok-kelompok teroris sejak Februari lalu. Aksi ini menargetkan teroris di sepanjang Semenanjung Sinai serta daerah selatan dan perbatasan dengan Libya.

Pemerintah mengatakan memerangi ISIS adalah prioritas utama. Mesir menyatakan mereka terus berupaya mengembalikan stabilitas setelah terjadi kekacauan selama bertahun-tahun saat demonstrasi massal “Arab Spring” pada 2011 lalu. (asr)

Oleh Ahmed Tolba dan Haitham Ahmed/Reuters via The Epochtimes