Puluhan Warga Meninggal Dunia Akibat Ledakan Pipa Minyak di Meksiko

EpochTimesId – Ledakan pipa minyak mentah di Meksiko menyebabkan sedikitnya 79 orang meregang nyawa. Banyaknya korban jiwa disebabkan oleh bagian pipa yang menyemburkan bahan bakar disertai kobaran api. Pipa yang terbakar tersebut diduga menjadi tempat berkumpulnya para pencuri. Mereka berulang kali melobangi dan menambal pipa untuk mendapatkan bocoran minyak secara ilegal.

“Itu semacam keran yang populer,” kata Enrique Cerron, 22 tahun, yang tinggal di dekat lapangan pipa yang meledak. “Anda bisa lewat pukul 11 ​​atau 12 pagi dan melihat orang-orang mengisi (wadah minyak) di sini.”

Warga negara itu tengah kekurangan bahan bakar di pompa bensin di seluruh negeri. Kelangkaan itu terjadi karena pemerintah federal berupaya membendung pencurian bahan bakar yang meluas.

Pemerintah pun berusaha mengaktifkan kembali bagian jalur pipa khusus, setelah ‘offline’ selama hampir empat minggu usai seseorang kembali melubangi saluran pipa. Tidak menunggu waktu lama, warga langsung berbondong-bondong mengambil minyak dengan membolongi saluran pipa.

Ratusan orang muncul di lubang pipa, dengan membawa kendi plastik dan menutupi wajah mereka dengan bandana. Beberapa melemparkan batu dan mengayunkan tongkat ke arah tentara yang mencoba mengusir mereka. Sebagian pengumpul bahan bakar membawa serta anak-anak mereka.

Tlahuelilpan adalah komunitas agraris yang terletak 90 menit dengan mobil dari ibukota. Kawasan itu hanya berjarak 8 mil dari kilang minyak Tula yang dikelola pemerintah. Kawasan itu dikelilingi oleh ladang alfalfa hijau dan tumpukan pembangkit listrik, dan cukup makmur dibanding standar pedesaan Meksiko. Sayangnya, data negara bagian Hidalgo menunjukkan sekitar setengah dari masyarakat hidup dalam kemiskinan, sejalan dengan data rata-rata nasional.

“Pada awalnya, kebocoran bensin dapat dikelola,” kata penduduk setempat, Irma Velasco, “Sambil mengeluarkan ‘air mancur’ minyak yang jinak, yang memungkinkan mengisi ember kecil sekaligus. Tetapi ketika kerumunan bertambah menjadi lebih dari 600, orang-orang menjadi tidak sabar.”

“Saat itulah seorang pria memukulkan sepotong besi baja ke tambalan, dan bensin menyembur setinggi 20 kaki ke udara, seperti air mancur panas,” sambung Velasco, yang tinggal di dekat ladang alfalfa tempat ledakan terjadi.

Jumlah warga yang datang kemudian menjadi semakin banyak. Mereka mengambil alih kawasan. Orang-orang menjarah bocoran minyak bersama keluarga dan teman-teman, dengan membentuk rantai manusia. Mereka mengisi penuh kontainer dengan bahan bakar.

Selama hampir dua jam, lebih dari selusin tentara berjaga-jaga di pinggiran lapangan, memperingatkan warga sipil untuk tidak mendekat. Para pejabat mengatakan jumlah prajurit kalah jumlah dengan warga dan penjarah. Instruksi untuk mereka adalah untuk tidak ikut campur. Sebab, hanya seminggu sebelumnya, warga di kota lain telah memukuli beberapa tentara yang mencoba menghentikan mereka untuk mencuri bahan bakar milik negara.

Aroma gas pun semakin kuat ketika ribuan barel dimuntahkan. Mereka yang ada di dekat semburan minyak tampaknya mulai mabuk oleh uap. Warga kota pun turut terkontaminasi. Udara malam itu dipenuhi kabut yang menakutkan, campuran udara pegunungan yang sejuk dan partikel-partikel bensin yang halus.

Velasco mengatakan dia bergegas membantu seorang pria yang terlihat terhuyung-huyung di sepanjang jalan dan menjauh dari semburan minyak. Dia melepas pakaiannya yang basah kuyup untuk membantu mengurangi bau busuk bahan bakar beracun. Kemudian dia membantu seorang pemuda lain, yang menjelaskan kepadanya bagaimana geyser itu meletus.

Warga lain, Cerron, menuturkan dia berada di jantung kekacauan ketika merasakan bahaya yang meningkat. Dia menarik seorang pria berusia 70 tahun dari sebuah parit di mana bensin terkumpul; pria itu pingsan akibat uap minyak mentah. Mahasiswa itu kemudian memutuskan sudah waktunya untuk pulang.

“Mereka tampak seperti zombie yang berusaha mengeluarkan semua bensin itu,” tutur Cerron.

Dia melewati tentara memperingatkan calon pemulung untuk menjauh. “Itu akan meledak,” kata mereka, seperti dituturkan sang mahasiswa.

Dan itu benar. Begitu tiba di rumah, Cerron berpaling untuk memandang ke arah semburan terakhir. Sebaliknya, dia melihat api berkobar membubung ke Angkasa.

Pada pagi hari, 20 Januari 2019 waktu setempat, jumlah korban jiwa dari kebakaran pada 18 Januari 2019 malam meningkat menjadi 79. Kemudian 81 lainnya dirawat di rumah sakit akibat luka bakar, menurut Menteri Kesehatan Federal, Jorge Alcocer. Puluhan orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Tentara membentuk perimeter di sekitar area seukuran lapangan sepak bola di mana penduduk kota dibakar oleh bola api, menjadi gumpalan abu dan tulang. Pejabat menyarankan pada 20 Januari bahwa ladang seperti ini, di mana orang-orang jelas terlibat dengan kejahatan pencurian bahan bakar, dapat disita oleh pemerintah.

Namun Jaksa Agung Alejandro Gertz memutuskan untuk tidak membawa dakwaan terhadap warga kota yang hanya mengumpulkan bahan bakar yang tumpah, dan khususnya mereka yang dirawat di rumah sakit karena luka bakar. “Dengar, kita tidak akan mengorbankan masyarakat,” katanya. “Kami akan mencari orang-orang yang bertanggung jawab atas tindakan yang menghasilkan tragedi ini.”

Bencana itu terjadi hanya tiga minggu setelah Presiden Andres Manuel Lopez Obrador melancarkan serangan terhadap gerombolan-gerombolan pencurian bahan bakar yang telah mengebor pipa-pipa berbahaya dan ilegal, dengan 12.581 kali kasus dalam 10 bulan pertama tahun 2018, rata-rata sekitar 42 per hari. Tindakan keras telah menyebabkan kelangkaan bahan bakar di pompa bensin di seluruh negeri karena pergeseran distribusi, baik yang legal maupun ilegal.

Para pejabat mengatakan pipa di dalam dan sekitar Tlahuelilpan telah dilubangi 10 kali selama tiga bulan terakhir.

Lopez Obrador bersumpah pada 20 Januari untuk melanjutkan perjuangan melawan praktik yang menghasilkan kerugian sekitar $ 3 miliar per tahun akibat bahan bakar curian. Secara hukum, bahan bakar itu milik rakyat Meksiko, dengan perusahaan minyak negara Petroleos Mexicanos, atau Pemex, bertindak sebagai penjaga.

Namun Pemex telah lama dikacaukan oleh skandal korupsi. Lopez Obrador mengatakan perusahaan harus melayani rakyat tanpa gangguan. Dia mengatakan Pemex telah dirampok oleh ‘sekelompok bajingan’, mengacu pada pejabat pemerintah dan eksekutif korup di dalam perusahaan.

Lopez Obrador menghadapi perjuangan berat melawan praktik yang telah menjadi ‘vitamin’ bagi ekonomi daerah pedesaan yang miskin di mana jaringan pipa lewat. Pipa hanya ditutupi oleh satu atau dua kaki tanah. Geng merekrut penduduk setempat yang kemudian menggalang dukungan dari masyarakat melalui hadiah dan bonus dan/atau ancaman kekerasan.

Gudang penyimpanan ilegal memenuhi wilayah tersebut, dengan pemilik tanah mendapatkan penghasilan tambahan dari sewa atau hadiah bahan bakar.

Presiden merencanakan tur minggu depan ke beberapa kota di luar Mexico City di mana pencurian bahan bakar telah mengakar dalam ekonomi lokal. Dia menjanjikan pekerjaan dan bantuan keuangan sebagai alternatif bagi masyarakat di sepanjang jalur pipa yang agak bergantung pada pendapatan dari lingkaran kartel pencurian bahan bakar.

“Meksiko perlu mengakhiri korupsi,” kata Lopez Obrador pada 20 Januari. “Ini tidak bisa dinegosiasikan.”

Lopez Obrador melancarkan serangan terhadap keran ilegal segera setelah mulai menjabat pada 1 Desember 2018. Dia mengerahkan 3.200 marinir untuk menjaga jaringan pipa dan kilang. Pemerintahannya juga menutup saluran pipa untuk mendeteksi dan mencegah keran ilegal. Dia kemudian lebih mengandalkan pengiriman bahan bakar dengan truk tangki.

Saluran pipa lainnya terbakar pada 18 Januari di negara bagian Queretaro yang berdekatan, sebagai akibat dari keran ilegal lainnya. Tetapi tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

Pada Desember 2010, pihak berwenang menyalahkan pencuri atas ledakan pipa di negara bagian Meksiko tengah, Puebla, tidak jauh dari ibukota, yang menewaskan 28 orang, termasuk 13 anak-anak. (AP/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M