Kekerasan Berkobar di Prancis Ketika Aksi Rompi Kuning Memasuki Bulan Keempat

EpochTimesId — Para perusuh membakar sebuah bank dan menggeledah toko-toko di Champs-Elysees Avenue, Paris, Prancis pada 16 Maret 2019 waktu setempat. Kerusuhan itu muncul dalam ledakan kekerasan terbaru, ketika aksi ‘rompi kuning Prancis’ yang memprotes Presiden Emmanuel Macron dan reformasi pro-bisnisnya, memasuki bulan keempat.

Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air, ketika protes berubah menjadi aksi kekerasan setelah berminggu-minggu relatif tenang. Aksi rompi-kuning kini telah mengalami penurunan jumlah peserta.

Sebuah cabang dari Bank Banque Tarneaud dilalap api. Petugas pemadam kebakaran diterjunkan untuk menyelamatkan seorang wanita dan bayinya dari gedung tersebut. Sebanyak 11 warga dikabarkan menderita luka ringan, menurut departemen pemadam kebakaran.

Para perusuh juga membakar sebuah toko tas tangan dan dua kios koran di Champs-Elysees Avenue. Sementara itu, api unggun berserakan terbakar di tengah-tengah jalan raya.

Para demonstran dilaporkan melemparkan batu-batu besar ke arah polisi anti huru hara, ketika kabut asap gas air mata menyapu mereka di depan monumen Arc de Triomphe. Kawan yang menjadi lokasi puncak protes pada bulan Desember 2018 silam.

Polisi menangkap hampir 240 pengunjuk rasa, ketika para perusuh menjarah toko-toko di sekitar Champs-Elysees dan menghancurkan restoran kelas atas Fouquet.

Tenda kanvas kemudian dibakar di Swanky Brasserie, yang dikenal di seantero Perancis sebagai tempat politisi konservatif, Nicolas Sarkozy merayakan kemenangan pada pemilihan presiden pada tahun 2007.

Macron mempersingkat perjalanan ski akhir pekan di Pyrenees untuk kembali ke ibukota pada 16 Maret 2019, untuk pertemuan krisis dengan para menterinya.

“Kami melekat pada hak-hak konstitusional, tetapi kami memiliki orang-orang yang dengan segala cara hanya ingin membuat kehancuran bagi republik, untuk menghancurkan dan menghancurkan, bahkan dengan risiko membuat orang terbunuh,” kata Macron.

“Saya ingin kita menganalisis hal-hal dengan sangat tepat dan secepat mungkin mengambil keputusan yang kuat dan saling melengkapi sehingga ini tidak terjadi lagi,” katanya kepada anggota parlemen.

Polisi mengatakan sebanyak 42 pengunjuk rasa, serta 17 petugas mereka, dan satu petugas pemadam kebakaran terluka.

Kementerian dalam negeri memperkirakan ada 10.000 orang berpartisipasi dalam aksi protes akhir pekan kemarin di Paris. Jumlah itu melonjak jika dibandingkan dengan hanya 3.000 pada hari Sabtu pekan sebelumnya. Secara nasional, pengunjuk rasa diperkirakan mencapai 32.300, dibandingkan dengan 28.600 pada minggu sebelumnya.

Seorang pengunjuk rasa berjalan melewati tulisan grafiti ‘Paris Burns’ ketika demonstrasi oleh gerakan ‘rompi kuning’ meletus di Paris pada 16 Maret 2019. (Foto : Benoit Tessier/Reuters/The Epoch Times)

Kekerasan Ultra
Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner mengatakan bahwa, meskipun protes itu relatif kecil, ada lebih dari 1.500 orang uang sangat kejam, keluar mencari masalah.

“Mereka memutuskan, mungkin sebagai angsa, dan saya menggunakan kata-kata mereka, datang untuk menyerang Paris. Lebih dari 1.400 petugas polisi dikerahkan,” kata Castaner.

Sebuah aksi terpisah yang damai menentang kebijakan perubahan iklim melalui pusat kota Paris menarik sebanyak 36.000 orang, menurut perkiraan polisi. Sekitar 145.000 orang berbaris secara nasional.

Para pemrotes rompi kuning telah berjanji untuk menarik jumlah yang lebih besar dalam menyemarakkan bulan keempat aksi sejak gerakan meletus pada pertengahan November 2018. Ketika itu, aksi muncul karena kebijakan kenaikan pajak bahan bakar yang akhirnya dibatalkan, dan mahalnya biaya hidup.

Mereka mengambil nama dari ‘rompi visibilitas tinggi’ yang harus disimpan oleh pengemudi Prancis di mobil mereka. Rompi itu juga dikenakan oleh pengunjuk rasa, dengan jumlah massa yang terus membengkak menjadi gerakan yang lebih luas terhadap Macron, reformasinya, dan elitisme hingga akhir Desember.

Namun, demonstrasi mingguan, yang diadakan setiap hari Sabtu di Paris dan kota-kota lain, secara umum semakin kecil sejak Desember 2018. Simpatisan massa menurut sejak Paris mengalami beberapa vandalisme terburuk dan penjarahan dalam beberapa dekade, yang dilakukan oleh sebagian kecil demonstran.

Setelah lonjakan kekerasan, Macron menawarkan paket konsesi senilai lebih dari 10 miliar euro ($ 11 miliar) yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pekerja dan pensiunan termiskin.

Pemerintahnya memerintahkan polisi untuk menindak aksi protes pada bulan Januari, yang mengarah kepada pengaduan kebrutalan polisi.

Mantan bankir investasi berusia 41 tahun itu juga meluncurkan serangkaian debat nasional yang bertujuan menentukan kebijakan apa yang ingin difokuskan oleh pemerintah. Protes 16 Maret bertepatan dengan berakhirnya perdebatan. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M