Boom! Strategi Perdagangan Komunis Tiongkok yang Hanya Meledakkan ‘Wajahnya Sendiri’

Steven W. Mosher

Dengan lolosnya U.S.-Mexico-Canada Agreement -USMCA- atau Kesepakatan Dagang Amerika Serikat-Meksiko-Kanada di DPR Amerika Serikat, siapa pecundang terbesar di dunia? Jawabannya adalah mudah. Yaitu Komunis Tiongkok. 

Raksasa Komunis itu menjadi aneh saat tiga negara di benua Amerika Utara menemukan kembali zona perdagangan bebas terbesar dan terkaya di dunia. 

Pakta perdagangan Amerika Serikat-Meksiko-Kanada akan mencakup populasi hampir 500 juta orang dan memiliki Produk Domestik Bruto  gabungan hampir 24 triliun dolar.

Apakah fase pertama kesepakatan dagang Amerika Serikat-Tiongkok akan terwujud? — mengingat bahwa Tiongkok telah meninggalkan kesepakatan pada menit terakhir sebelumnya. 

Penandatanganan Kesepakatan Dagang Amerika Serikat-Meksiko-Kanada yang sah secara hukum, akan semakin memperkuat posisi Amerika Serikat dalam perang dagang yang sedang berlangsung. Dan, rezim Komunis Tiongkok hanya akan menyalahkan dirinya sendiri.

Seperti hampir semua orang, para pemimpin Komunis Tiongkok benar-benar meremehkan kekuasaan Presiden Donald Trump untuk tetap menjabat sebagai presiden, dan tekad Donald Trump untuk membela industri dan buruh Amerika Serikat.

Pemimpin Komunis Tiongkok Xi Jinping mungkin mengira negaranya dapat terus berbuat curang seperti biasa setelah pemilihan umum terakhir. Inilah yang paling banyak mendapat omelan masyarakat dari Washington, bersamaan dengan satu atau dua isyarat simbolis dalam perdagangan.

Dan mengapa Xi Jinping tidak memikirkan hal ini? Obama pernah menegurnya di Taman Mawar atas pencurian kekayaan intelektual oleh dunia maya Tiongkok. Akan tetapi setelah teguran pedas tersebut, tidak ada konsekuensi nyata yang dilakukan setelah itu.

Xi Jinping juga tidak khawatir mengenai tarif. Obama hampir tidak melakukan apa-apa selama delapan tahun menjabat untuk menangkal dumping yang dilakukan Tiongkok. Selain hanya mengajukan keluhan sia-sia kepada Organisasi Perdagangan Dunia yang tanpa kompromi. 

Obama pernah sekali menerapkan bea impor pada beberapa produk Tiongkok — ban dan baja — yang tidak menghentikan ekonomi Amerika Serikat yang lebih luas untuk dikuasai oleh Tiongkok. Apakah ini hanya simbolisme?

Kemudian datanglah Donald Trump.

Hasrat pertama rezim Komunis Tiongkok hampir selalu menawarkan suap —  Partai Komunis Tiongkok dipicu oleh korupsi — dan itulah tepatnya yang dilakukan para utusan  Komunis Tiongkok segera setelah pemilihan umum. 

Bahkan sebelum presiden baru diambil sumpahnya, Komunis Tiongkok menawarkan tawaran yang manis untuk anggota keluarga sang presiden. 

Dan, mengapa Komunis Tiongkok tidak melakukannya? Komunis Tiongkok berhasil melakukannya sebelumnya, tidak kurang dari tiga keluarga politik Amerika Serikat yang terkenal. Steven W. Mosher akan membiarkan pemirsa menebak sendiri yang mana.

Namun kali ini, Komunis Tiongkok ditolak.

Komunis Tiongkok melihat pembukaan lain saat “Little Rocket Man” mulai menimbulkan masalah di Semenanjung Korea. 

Komunis Tiongkok bergegas dengan tawaran untuk menengahi, jelas berharap untuk memenangkan hati — atau setidaknya mengulur waktu — dengan presiden baru dalam masalah perdagangan.

Hal ini juga berhasil Komunis Tiongkok terhadap presiden-presiden Amerika Serikat sebelumnya. 

Bahkan, Komunis Tiongkok berhasil bekerja dua kali dengan mantan presiden Amerika Serikat, pertama dengan Bill Clinton dan kemudian dengan George W. Bush. 

Namun, hal itu tidak berlangsung lama sebelum Donald Trump menyingkirkan  perantara dari Tiongkok dan bertemu langsung dengan Kim Jong Un di Singapura. Dan rudal berhenti terbang — setidaknya untuk saat ini.

Meski begitu, pejabat Komunis Tiongkok menganggap mereka masih di atas angin. Komunis Tiongkok belajar selama seperempat abad terakhir betapa mudahnya memanipulasi sistem politik Amerika untuk keuntungan mereka. 

Komunis Tiongkok yakin penghuni Gedung Putih saat ini, seperti para pendahulunya, akan segera menyerah di bawah gabungan Wall Street, “K” Street, dan tajuk rencana tanpa akhir mengenai fantasi ekonomi yang dikenal sebagai “perdagangan bebas.” 

Janji kampanye Donald Trump untuk menerapkan tarif besar-besaran terhadap barang buatan Tiongkok tidak akan pernah terjadi — atau setidaknya begitulah yang dipikirkan oleh  Komunis Tiongkok.

Donald Trump tetap maju dengan pungutan suara putaran pertama, menjanjikan untuk mewujudkan lebih banyak kecuali Komunis Tiongkok tidak berbuat curang lagi.

Bukannya mundur,  Komunis Tiongkok memutuskan untuk menaikkan taruhan dan langsung ikut campur dalam pemilihan jangka-menengah pada tahun 2018. 

Propaganda anti Donald Trump mulai mengalir keluar dari stasiun-stasiun radio dan televisi yang dikendalikan Komunis Tiongkok di Amerika Serikat. 

Sisipan iklan berbayar yang menyerang kebijakan perdagangan Donald Trump mulai bermunculan di surat kabar Amerika Serikat.

Tetapi campur tangan nyata datang dalam bentuk tarif Beijing.

Sementara putaran awal tarif Amerika Serikat di Tiongkok adalah hukuman — dijatuhkan sebagai hukuman terhadap perusahaan tertentu yang bersalah karena mencuri teknologi Amerika Serikat. 

Politik Komunis Tiongkok secara terang-terangan — menargetkan ekonomi negara bagian yang mendukung Donald Trump seperti Iowa dengan harapan menggoyang pemilih Amerika Serikat. Supaya para pemilih menentang Donald Trump dan kebijakannya.

Dibandingkan gangguan kecil terhadap pemilihan umum yang dilakukan oleh Rusia pada tahun 2016, apa yang diusahakan oleh Komunis Tiongkok pada tahun 2018 adalah campur tangan ikatan yang besar. 

Tetapi itu semua adalah sia-sia. Dukungan untuk bersikap keras terhadap Komunis Tiongkok di antara para pendukung presiden — dan di antara warga Amerika pada umumnya — adalah tidak goyah.

Sejak saat itu, perilaku Komunis Tiongkok adalah studi kasus dalam bernegosiasi dengan itikad buruk. 

Perwakilan Dagang Amerika Serikat Robert Lighthizer, menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memperbaiki kesepakatan dagang setebal 150 halaman dengan rekan-rekannya dari Tiongkok yang diingkari Tiongkok pada bulan Mei tahun ini. 

Setelah menghalang-halangi selama berbulan-bulan, Beijing kembali ke meja perundingan pada bulan Oktober saat batas waktu tarif sudah dekat. 

Untuk mencegah tarif tambahan, Wakil Perdana Menteri Tiongkok Li bahkan berjanji kepada Donald Trump. Janjinya, akan membeli kedelai Amerika Serikat senilai 50 miliar dolar AS. Namun mengingkari komitmen tersebut beberapa minggu kemudian.

Setelah tiga tahun menawarkan suap dan mengucapkan ancaman, ikut campur dalam pemilihan umum Amerika Serikat dan bersembunyi di balik Korea Utara, tampaknya Komunis Tiongkok akhirnya mengerahkan kemampuannya. 

Dan, dengan pemakzulan yang terungkap sebagai kepalsuan dan Kesepakatan Dagang Amerika Serikat-Meksiko-Kanada pasti akan lolos, Komunis Tiongkok memutuskan bahwa kesepakatan dagang sementara adalah lebih baik daripada tidak sama sekali. 

Beijing yang kini menyadari bahwa kepresidenan Donald Trump tidak benar-benar lemah, seperti yang diperkirakan Beijing, dan bahwa Presiden Donald Trump mungkin memenangkan masa jabatan kedua.

Lolosnya Kesepakatan Dagang Amerika Serikat-Meksiko-Kanada di DPR Amerika Serikat dengan dukungan banyak suara akan mengubah segalanya. 

Yang terpenting, hal tersebut menunjukkan kepada Xi Jinping dan penasihatnya bahwa, betapapun partai-partai politik Amerika Serikat terpecah-pecah adalah masalah lain, partai-partai politik tersebut masih dapat bekerja bersama bila kepentingan vital negara dipertaruhkan. 

Kedua, hal tersebut sangat memperkuat kekuatan Donald Trump dalam negosiasi yang sedang berlangsung. 

Hal itu bukan saja merupakan kemenangan pribadi bagi Presiden Donald Trump — namun juga  memenuhi salah satu janji kampanye— yang juga semakin memperkuat ekonomi Amerika Serikat yang sudah membuat iri dunia.

Pada saat yang sama, Kesepakatan Dagang Amerika Serikat-Meksiko-Kanada melemahkan Tiongkok. 

Dengan meningkatkan kandungan suku cadang mobil domestik yang dibuat di Amerika Utara, maka akan memangkas produsen suku cadang Tiongkok dari pasar yang menguntungkan ini. 

Yang lebih penting lagi, kesepakatan itu berisi “saklar mematikan” yang menghalangi Tiongkok melakukan kesepakatan perdagangan bebas apa pun dengan Kanada atau Meksiko, sehingga Tiongkok tidak dapat memperoleh akses ke pasar Amerika “melalui pintu belakang.”

Mesin propaganda Komunis Tiongkok dengan marah mencela ketentuan-ketentuan ini sebagai karya “pasukan anti-Tiongkok.” Yang mana kita harus mengatakan, “Maaf, Tiongkok, tetapi Amerika yang lebih dulu.”

Kesepakatan perdagangan bebas terbesar dalam sejarah dunia akan segera diberlakukan, dan Komunis Tiongkok hanya sebagai penonton. 

Lalu, pada akhirnya, Komunis Tiongkok akan tetap sebagai penonton. Kecuali jika Komunis Tiongkok secara fundamental mengubah caranya berbisnis, seperti yang dijanjikan akan dilakukan selama beberapa dekade sekarang ini. (Vivi/asr)


Steven W. Moshe Adalah Presiden Population Research Institute dan penulis Buku “Bully of Asia: Why China’s Dream is the New Threat to World Order.’ Artikel ini sudah diterbitkan di The Epochtimes. Tulisan ini hanyalah pendapat penulis secara pribadi

FOTO : Ilustrasi (Getty Images)