AS Membuka Kedok Operasi Komunis Tiongkok dengan Identitas Wartawan

Joshua Phillips

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan akan memaksa siapa pun yang bekerja sebagai wartawan untuk media pemerintahan Komunis Tiongkok di Amerika Serikat. 

Langkah itu untuk mengungkapkan identitasnya kepada pihak berwenang. Selain itu, akan memaksa outlet berita yang dikelola pemerintahan komunis Tiongkok untuk mengungkapkan kepemilikan real estate mereka.

Kebijakan itu dapat membantu pemerintah Amerika Serikat mendapatkan pemahaman yang lebih kuat, seberapa dalam senjata informasi sesat rezim Komunis Tiongkok telah menembus lanskap media Amerika Serikat.

Persyaratan baru ini akan menempatkan outlet berita pemerintah utama rezim Tiongkok di bawah penunjukan Kantor Misi Asing, yang akan mengidentifikasi outlet berita tersebut kepada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sebagai misi asing yang resmi.

Itu sangat berbeda dengan penunjukan Undang-Undang Registrasi Agen Asing. Daripada hanya mendaftar outlet berita tersebut sebagai agen asing, tindakan sebaliknya akan menunjuk outlet berita tersebut dan karyawannya sebagai kaki tangan resmi pemerintahan komunis Tiongkok.

Langkah itu terungkap saat konferensi pers Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada tanggal 18 Februari dan diberikan oleh dua pejabat departemen.

Kini media corong pemerintahan Tiongkok yang berada di bawah penunjukan misi asing adalah Kantor Berita Xinhua, China Global Television Network (CGTN) di bawah naungan China Central Television, China Radio International, Cina Daily Distribution Corp, dan Hai Tian Development USA, yang mendistribusikan People’s Daily. Alasan untuk langkah ini adalah sederhana.

“Masing-masing entitas ini memenuhi definisi misi asing di bawahUndang-undang Misi Asing Amerika Serikat, yang mengatakan masing-masing entitas ini pada dasarnya dimiliki atau dikendalikan secara efektif oleh pemerintah asing,” salah satunya pejabat departemen yang tidak dikenal menjelaskannya. 

Pejabat itu menambahkan, “Kami pikir pada dasarnya kami layak untuk menyebut entitas ini apa adanya, yang merupakan organ alat propaganda  Partai Komunis Tiongkok.”

Diambil dalam konteksnya yang lebih luas, waktu dari langkah ini adalah penting. 

Muncul kurang dari dua minggu setelah kelompok yang terdiri dari 35 anggota parlemen Partai Republik — termasuk Senator Tom Cotton (R-Ark.), Rep. Jim Banks (R-Ohio), dan Senator Ted Cruz (R-Texas) – menulis surat terbuka tanggal 6 Februari 2020 untuk Jaksa Agung William Barr meminta agar Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyelidiki China Daily untuk “pelanggaran berulang terhadap Undang-Undang Registrasi Agen Asing atau The Foreign Agents Registration Act (FARA).””

Anggota parlemen tersebut menyatakan: “Partai Komunis Tiongkok berkomitmen 6,6 miliar dolar AS untuk upaya propaganda asing pada tahun 2009, dan menurut tanda terima Undang-Undang Registrasi Agen Asing, Partai Komunis Tiongkok telah menghabiskan lebih dari usd 35 juta untuk China Daily saja sejak tahun 2017. Komitmen keuangan Tiongkok yang sangat besar itu menunjukkan keseriusan upaya Partai Komunis Tiongkok untuk mempengaruhi sentimen asing.”

Lebih penting lagi, anggota parlemen tersebut mencatat, “China Daily membayar lebih dari 30 surat kabar independen sebagai menjadi tuan rumah sisipan ‘China Watch’ sebanyak empat sampai delapan halaman.” 

Sementara itu, anggota parlemen tersebut mengatakan bahwa China Daily melanggar penunjukan Undang-Undang Registrasi Agen Asing. Pasalnya, tidak memberikan informasi mengenai sisipan ini yang diperlukan kepada Departemen Kehakiman Amerika Serikat, termasuk outlet yang beroperasibersama China Daily. Selain itu, berapa banyak uang yang dikeluarkan outlet berita Amerika Serikat untuk menjalankan sisipan China Daily.

Di antara outlet berita yang menjalankan sisipan China Watch milik China Daily adalah The New York Times, The Wall Street Journal, dan The Washington Pos. 

Halaman China Watch di situs web New York Times menyatakan, “Konten ini dibayar dan dibuat oleh China Daily, Republik Rakyat Tiongkok.”

China Daily dimiliki oleh Departemen Publisitas Partai Komunis Tiongkok, dan permintaan untuk investigasi menyatakan sementara beberapa artikel dalam sisipan China Watch dalam publikasi utama Amerika Serikat tampaknya tidak berbahaya, yang lain “berfungsi sebagai pertolongan untuk kekejaman Tiongkok, termasuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Tiongkok terhadap Uyghur di wilayah Xinjiang dan dukungan Tiongkok untuk penumpasan di Hong Kong.”

Anggota parlemen tersebut menunjukkan bahwa, didukung oleh penunjukan China Daily dan outlet lainnya baru-baru ini sebagai misi asing, rezim Komunis Tiongkok sangat mementingkan pengendalian persepsi asing, mencakup memberlakukan sensor yang ketat.

Boikot NBA tahun lalu dan pembakaran percetakan The Epoch Times di Hong Kong menunjukkan seberapa jauh Komunis Tiongkok melindungi citranya di mata internasional. 

Sedangkan komitmen keuangan komunis Tiongkok untuk outlet propaganda asing adalah buktinya. 

Propaganda yang berusaha mengaburkan kekejaman komunis adalah layak untuk dilawan. Tetapi Amerika Serikat lambat dan bingung untuk merespon,” surat terbuka itu menyatakan.

Tidak jelas bagaimana penunjukan misi asing akan memengaruhi outlet berita yang menerima uang tunai dari outlet berita yang dikelola pemerintah, termasuk China Daily. 

Akan tetapi persyaratan bahwa outlet berita mengungkapkan real estate  kepemilikannya dan informasi mengenai karyawannya dapat membantu menyibak  tabir operasinya.

Ini juga akan berarti bahwa outlet berita A.S. yang melanjutkan hubungan mereka dengan media pemerintah Tiongkok, akan secara resmi menerima uang dari pemerintah asing untuk mempublikasikan propaganda dan disinformasi. (Vivi)

FOTO : Salinan edisi Afrika dari surat kabar China Daily duduk di sebuah kios di ibukota Kenya, Nairobi pada 14 Desember 2012. (Tony Karumba / AFP via Getty Images)