Fenomena Paling Misterius di Tibet, Tubuh Biksu Transformasi Jadi Pelangi

Ada seorang Tantra atau Tantrayana bernama Khenpo Ah-Qiong (Baca : Khenpo A-Qiung) yang  tinggal di sebuah pondok kayu sederhana di sebelah kuil Lemo, prefektur Ganzi, kabupaten Xinlong, Provinsi Sichuan, Tiongkok.

Pada sore 28 Agustus 1998 silam,  Khenpo Ah-Qiong (Baca : Khenpo A-Qiung) menyampaikan beberapa pesan kepada murid-muridnya. Setelah itu, ia pun meninggal dengan tenang atau mencapai nirwana. 

Saat meninggal, Khenpo Aqiong tampak berbaring di tempat tidur sambal memegang tasbih. Sebelum meninggal  Khenpo Aqiong terus melafalkan mantra enam karakter Buddhisme : “Om Mani Padme Hum”, raut wajahnya tampak damai setelah meninggal.   

Sekitar pukul 7 malam waktu itu, saat murid-muridnya bermaksud melepaskan pakaiannya dan menggantinya dengan jubah menurut adat Buddhisme Tibet,  suatu keajaiban terjadi. Para murid melihat kerutan di sekujur tubuh gurunya telah lenyap tak berbekas. Kulitnya berubah menjadi seperti kulit anak-anak berusia tujuh atau delapan tahun, halus dan putih merah merona, sama sekali bukan rupa kulit seseorang yang berusia lanjut.  

Selain itu, pinggangnya juga menjadi lebih kecil atau ramping dibandingkan ketika dia masih hidup, dan masih banyak lagi kegaiban selanjutnya.

Dua hari kemudian, ketika seorang murid ke ruang meditasi gurunya untuk sembahyang dan menyalakan lampu, ia melihat tubuh gurunya telah berubah menjadi lebih kecil, murid-muridnya tampak bingung melihat fenomena ini. 

Mereka tidak tahu apa sebenarnya yang telah terjadi, kulit tubuhnya jadi halus dan mengecil? 

Oleh sebab itu, mereka pun segera ke Kuil Yaqing (Baca Ya Ching) di Kabupaten Baiyu (Baca : Pai Yii), dan menemui Khenpo Ah-Qiu, seorang biksu senior di kuil tersebut untuk menanyakan fenomena itu. 

Khenpo Ah Qiu berkata bahwa hal itu harus dirahasiakan, jangan menceritakan kepada siapa pun. Jenazah Khenpo Ah-Qiong tidak boleh dipindah dalam 7 hari ke depan, dan baru boleh ditangani pada hari ke-delapan. 

itu, hanya orang terdekat yang merangkap sebagai pelayan guru Khenpo Ah-Qiong, atau seseorang yang biasanya mengurus kehidupan sehari-hari sang guru yang boleh mendekatinya. Orang ini namanya Chicheng Jiacuo (Baca : Che Cheng Cia Chuo). Hanya dia yang memenuhi syarat dan boleh masuk ke kamar sang guru. 

Tujuh hari berlalu. Pada pagi hari ke-delapan, sebanyak 6 orang yang terdiri dari tiga murid dan familinya, masuk ke kamar sang guru dan ingin mengganti jubah Masternya. Namun setelah masuk semua orang tampak tercengang, ternyata tempat tidurnya kosong dan tidak ada tersisa apa pun, bahkan tidak ditemukan sehelai rambut pun.  

Chicheng Jiacuo sangat sedih, karena setelah Master mencapai nirwana, dia tidak meninggalkan apa pun agar dapat disembahyangi. Chicheng Jiacuo sendiri tidak melihat cahaya dan bayangan apa pun, tetapi orang lain yang hadir melihat pelangi datar lima warna naik dari atap Master Khenpo Ah-Qiong, dan kemudian lenyap di langit. 

Orang-orang yang agak jauh dari Kuil Lemo hampir semuanya melihat pelangi dengan berbagai bentuk dan warna unik dan indah. Ini merupakan tubuh yang bertransformasi jadi pelangi dalam legenda Buddhisme Tibet, yang mengacu pada tingkat tertinggi seorang Tantrayana dalam Buddhisme. Tubuhnya transformasi menjadi pelangi, tetapi ada tidaknya tubuh pelangi ditentukan sesuai dengan tingkat kultivasi praktisi. Jika kita membandingkan kasus Honghua (Tubuh pelangi) yang berbeda, secara detail, anda akan menemukan bahwa akan ada perbedaan yang besar.  

Bagi seorang Tantrayana dengan tingkat tertinggi yang tubuhnya transformasi jadi pelangi, dimana ketika dia meninggal, tubuhnya akan terus memancarkan sinar. Selain itu, juga akan terus menyusut dan mengecil, mengecil hingga akhirnya tubuhnya lenyap sama sekali, sama seperti Khenpo Ah-Qiong tersebut di atas.

Masih ada kondisi lainnya adalah, ketika mencapai nirwana, sebagian tubuhnya transformasi menjadi Pelangi,  tubuhnya akan ikut menyusut atau mengecil. Setelah menyusut sampai pada tingkat tertentu tidak akan menyusut lagi. Jenazahnya yang tersisa akan menjadi keras seperti besi. Besar  ukuran jenazahnya ditentukan sesuai dengan tingkat kultivasinya, semakin tinggi tingkat kultivasi orang tersebut, jenazah yang ditinggalkannya akan semakin kecil. 

Mungkin beberapa orang mengatakan tidak ada gambar yang diperlihatkan, belum tentu juga itu benar, tidak bisa hanya mengandalkan keterangan beberapa saksi saja tanpa bukti apa pun, ini tampaknya masih tidak cukup untuk mengatakan itu benar dan tampaknya agak misterius. 

Sebenarnya, Khenpo Aqiong adalah seorang praktisi tidak dikenal yang tinggal di daerah yang relatif terpencil dan tidak meninggalkan materi gambar apa pun. Bila begitu,  apakah ada biksu tingkat tinggi yang transformasi jadi Pelangi di depan umum? 

Jangan katakan tidak, seorang manajer umum dari China Hainan Airlines pernah menggunakan kamera mengambil foto Zongbailuo Rinpoche. Ketika dia berubah menjadi pelangi. Siapakah Zongbailuo Rinpoche ini? 

Rinpoche berarti harta karun dalam bahasa Tibet, misalnya, gunung suci Tibet yang kita bicarakan sebelumnya. Gunung Gang Rinpoche berarti harta karun salju. Digunakan untuk menggambarkan seseorang, yaitu, pendeta tinggi Qu. Azhong bailuo Rinpoche lahir pada tahun 1972, saat umur 5 tahun ia mulai ikut seorang Biksu tingkat tinggi mempelajari kitab Buddha Tibet. 

Pada usia delapan tahun, ia dikatakan adalah orang yang reinkarnasi dari Tsewang Rigzin. Tsewang Rigzin ini sangat terkenal, ia adalah guru dari Dalai Lama Kelima, dia juga pernah menjabat sebagai guru kebajikan dalam agama dari tiga kerajaan Bhutan, Nepal dan Ladakh. Ketika Azhong Bailuo Rinpoche berusia 17 tahun, dia mulai mengajar di Biara Ajong yang terkenal di Buddhisme Tibet. 

Rinpoche Hongguang (gambar Internet)

Pada tahun 2006, Rinpoche ini berada di Kota Haikou. Saat dia memberikan persembahan api kepada Guru Padmasambhava   Rinpoche, persembahan api adalah metode ritual Tibet kuno. 

Agama Buddha percaya bahwa dunia terbentuk dari tanah, air, api, dan angin. Persembahan api itu terdiri dari dari empat elemen ini. Persembahan api adalah menggunakan api untuk menyediakan kebutuhan para dewa. Azhong Bailuo Rinpoche memasuki  kondisi hening dalam meditasi selama upacara persembahan api di Haikou, dan kemudian transformasi menjadi pelangi di depan mata, seperti Azhong Rinpoche. Biksu tingkat tinggi yang transformasi jadi api di hadapan umum,  hal ini tidak jarang terjadi dalam Buddhisme Tantra Tibet. 

Pada tahun 1952, Zhang Guohua, mantan komandan Komando Tentara Pembebasan Rakyat Partai Komunis Tiongkok, menyaksikan biksu transformasi jadi pelangi. Momen ini juga sangat menarik, karena Zhang Guohua baru saja memimpin Tentara Pembebasan Rakyat Partai Komunis Tiongkok ke-18 melakukan invasi ke Qamdo di Tibet pada tahun 1950, pemerintah Tibet menyerah.

 Zhang Guohua diangkat sebagai Panglima Daerah Militer Tibet pada tahun 1952. Pada hari itu, seorang biksu senior bernama Suo Lang Nanjie membawa sepucuk surat dan berkata, besok dia akan meninggalkan Tibet, pada saat itu. Zhang Guohua tidak tahu apa-apa tentang Buddha Tibet. 

Dia mengira bahwa Buddha hidup berkata bahwa dia akan meninggalkan Tibet untuk perjalanan yang jauh. Demi kesopanan, dia bergegas menemuinya pergi keesokan harinya, Setelah Zhang Guohua tiba di biara tempat Suo Lang Nam Jie berada, dia melihat Buddha hidup duduk di tengah Aula Besar Kitab Suci. 

Tidak terlihat dia akan bepergian jauh, dia juga tidak keluar atau bangun untuk menyambut para tamu. Zhang Guohua tidak memahaminya, jadi dia berdiri bersama para penjaga mengawasi. Terlihat saat itu  biksu lain di vihara juga datang, mereka duduk mengelilingi Buddha hidup tersebut. 

Setelah semua biksu berkumpul, terjadilah sesuatu yang luar biasa. Sang Buddha hidup membubung dari tempat duduknya, kemudian kembali ke tempat semula, hal ini terus berulang hingga 3 kali. Ketika membubung ke angkasa untuk ketiga kalinya, terdengar suara gemuruh “bang” yang keras, seperti sambaran petir. Kemudian Buddha Hidup itu pun lenyap tak berbekas, hanya tampak seberkas awan merah menerobos langit dan menghilang. Setelah kejadian itu, orang-orang pun memeriksa lokasi kejadian, tidak ada bekas sedikit pun. 

Narator cerita ini adalah ajudan Zhang Guohua. Kita tidak tahu bagaimana kesan pribadi sang Jenderal Zhang saat itu. Namun, ketika Zhang Guohua menjadi komandan Wilayah Militer Tibet, dia secara aktif melindungi para biksu dan peninggalan budaya Tibet, agar biara tidak dihancurkan. Di antara pejabat militer dan politik Partai Komunis Tiongkok di Tibet, Zhang secara relatif sangat ramah terhadap orang-orang Tibet dan budaya Tibet.

Ia juga seorang pejabat Partai Komunis Tiongkok yang memiliki kesan yang lebih baik di mata orang-orang Tibet. Dari sini, tampak jelas bahwa sang biksu membiarkan Jenderal Zhang menyaksikan fenomena tubuhnya transformasi jadi Pelangi, ini  sesuatu yang bersifat rahasia dalam aliran Tantra Tibet, itu tidaklah sederhana. Itu mungkin memang sudah direncanakan dari Sang Buddha Hidup. 

Menyaksikan proses jelmaannya jadi Pelangi, ini akan meninggalkan kesan yang mendalam kepada anggota Partai Komunis Tiongkok dan diharapkan akan mempengaruhi perilakunya di masa depan. Dan mungkin itu juga ada hubungan yang istimewa antara Zhang Guohua dan Tibet. Lalu, apa sebenarnya transformasi jadi pelangi itu? Apakah ini bisakah dijelaskan dari ilmu pengetahuan kontemporer?

Tubuh biksu lenyap, kemudian tampak seberkas cahaya di langit. Satu-satunya konsep dalam sains yang dapat dihubungkan dengan fenomena tubuh transformasi jadi pelangi adalah transformasi massa menjadi energi, dan transformasi ini ada di level kuantum, dari persamaan massa-energi Eisntein E=mc² yang terkenal, dimana E adalah energi, m adalah massa, sedangkan c adalah kecepatan cahaya. 

Ini memberikan petunjuk metode mengubah massa jadi energi,  berawal dari teori yang diwakili oleh persamaan ini, manusia menciptakan bom nuklir, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan menguasai energi dalam jumlah besar. 

Pembangkit listrik tenaga nuklir besar pada umumnya menggunakan Uranium atau plutonium sebagai bahan mentah untuk menghasilkan listrik melalui energi yang dilepaskan oleh reaksi fisinya. Rasio konversi massa-ke-energi ini sebenarnya sangat rendah, tetapi energi yang diperoleh setelah konversi material besar, jadi ini juga yang telah diketahui manusia sebagai sumber energi untuk meningkatkan efisiensi. 

Misalnya kita ambil pembangkit listrik yang menghasilkan 1 juta kilowatt listrik sebagai contoh. Jika kita membakar batu bara untuk menghasilkan listrik sebanyak itu, seberapa banyak batubara yang akan diperlukan? Itu akan mengkonsumsi sekitar 7000 hingga 8000 ton batu bara setiap hari, dan akan membakar lebih dari 2 juta ton setahun, namun setelah diubah menjadi tenaga nuklir, cukup mengkonsumsi sekitar 1,5 ton fisi uranium atau plutonium setiap tahun. 

Namun, transformasi pelangi sama sekali berbeda. Sebagian atau seluruh tubuh biksu lenyap di ruang ini. Jika bertransformasi menjadi energi, seharusnya akan melepaskan energi yang sangat besar, tetapi tidak melepaskan energi destruktif apa pun. Tidak ada bola api, gelombang kejut, atau awan jamur. Asal tahu saja, jika sebuah tubuh manusia dengan bobot 60 kg menghilang dalam sekejap, energi yang dilepaskan adalah 5,4×1018 (baca 5,4 kali 10 pangkat 18) Joule. 

Energi yang dilepaskan bom atom Hiroshima selama Perang Dunia II adalah dari 64×1012 (baca 64 kali 10 pangkat 12) Joule. Jadi tubuh yang menghilang dalam sekejap itu dapat melepaskan energi yang setara dengan ledakan 84.000 bom atom Hiroshima, dan ini akan menjadi kobaran api yang mengerikan, tetapi proses transformasi tubuh pelangi itu sebenarnya berlangsung dengan sangat tenang, apa juga tidak terjadi, peledakan ini tidak akan merusak apapun, sebaliknya, orang sering melihat kabut atau sinar yang menguntungkan, apa alasan dibalik itu? 

Sains tidak dapat memberikan penjelasan yang rasional. Dari sudut pandang lain, meskipun transformasi jadi pelangi adalah fenomena fisik di ruang ini yang dapat kita amati, namun, fenomena ini termasuk dalam kategori agama dan budaya kultivasi, di luar dari konsep ilmiah.

Selain itu, sains memiliki batasan. Bukan hanya menetapkan segala sesuatu di dunia, yang non ilmiah itu tidak bisa dan salah, dan yang non ilmiah itu juga tidak eksis. Mungkin setelah penyesuaian dan pengembangan konsep ilmiah, dapat mencakup lebih banyak hal seperti fenomena transformasi dari tubuh pelangi dan fenomena misterius lainnya. (berbagaisumber)