Ada Apa di Balik Kebijakan Baru 3 Anak di Tiongkok?

Yang Wei

Partai Komunis Tiongkok baru-baru ini mengumumkan keputusannya untuk mengizinkan pasangan menikah untuk memiliki hingga tiga anak, perubahan kebijakan utama dari batas dua anak. Kebijakan baru ini muncul seiring dengan penurunan angka kelahiran di Tiongkok secara signifikan, sementara penduduk Tiongkok yang menua terus meningkat.

Sebuah keputusan yang tidak masuk akal semacam itu yakni mengizinkan pasutri memiliki tiga anak, belum pernah terjadi sebelumnya di dunia. Seperti apa campur tangan langsung pemerintah terhadap keluarga berencana penduduknya? Lebih 5.000 tahun sejarah Tiongkok, dinasti atau kaisar tidak pernah ikut campur dengan hal tersebut.

Para pemimpin Partai Komunis Tiongkok mengaku sebagai ateis, tetapi mereka bertindak seperti Tuhan karena mereka inginkan mengendalikan segalanya. 

Mereka tidak hanya memperlakukan rakyat Tiongkok seperti budak, tetapi juga ingin memutuskan jumlah anak yang dapat dimiliki setiap keluarga. Jika rezim Komunis Tiongkok benar-benar menguasai dunia, mereka pasti ingin menentukan nasib semua orang.

Khawatir akan kekurangan makanan, Partai Komunis Tiongkok menerapkan kebijakan satu-anak pada tahun 1980 untuk memperlambat pertumbuhan penduduk Tiongkok yang cepat. 

Ketika kemudian ditemukan bahwa angkatan tenaga kerja telah menurun, Partai Komunis Tiongkok memutuskan untuk meluncurkan kebijakan dua-anak pada tahun 2015. 

Kini ternyata penduduk sudah menua dan angka kelahiran yang sebenarnya  menurun, Beijing mencabut pembatasan-pembatasan lagi, mengizinkan tiga anak per pasutri. 

Tetapi Partai Komunis Tiongkok masih menolak untuk mengakui bahwa krisis penduduk saat ini adalah hasil campur tangannya sendiri.

Selama sebuah pertemuan tingkat tinggi pada 31 Mei, Partai Komunis Tiongkok mengatakan bahwa berurusan dengan penduduk yang menua adalah sebuah masalah “pembangunan ekonomi berkualitas tinggi, menjaga keamanan nasional dan stabilitas sosial,” menurut media pemerintah Xinhua.

Partai Komunis Tiongkok tidak pernah peduli dengan kesejahteraan rakyatnya. Yang terpenting bagi Partai Komunis Tiongkok adalah  selalu khawatir akan stabilitas rezim Tiongkok dan apakah otoritas pribadinya akan terancam. 

Kini, Partai Komunis Tiongkok menyadari bahwa memiliki terlalu banyak orang tua akan menambah beban masyarakat, dan itu berarti angkatan tenaga kerja akan menyusut dan memengaruhi produktivitas, akan ada lebih sedikit orang untuk pendaftaran militer, dan kerusuhan sosial tidak dapat dihindari. Pada dasarnya, Partai Komunis Tiongkok merasa prihatin.

Politbiro, badan pembuat keputusan utama Tiongkok, bertemu sebulan sekali. Sementara Tiongkok menghadapi banyak masalah di dalam dan luar negeri, media pemerintah hanya  melaporkan bahwa para pejabat tingkat-atas pada pertemuan baru-baru ini, hanya meninjau masalah penduduk yang menua dan memutuskan untuk mengizinkan pasangan memiliki anak ketiga. Sangat  jelas bahwa Partai Komunis Tiongkok tidak peduli dengan mata pencaharian rakyatnya, hanya peduli untuk mempertahankan kekuasaannya.

Pada sebuah konferensi pers yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri pada 31 Mei, juru bicara Wang Wenbin tidak menjawab pertanyaan apa pun mengenai kebijakan tiga anak yang baru oleh Partai Komunis Tiongkok. Ia malahan menyuruh mereka bertanya pada Kementerian yang bersangkutan.

Rezim Tiongkok juga mengendalikan pemikiran-pemikiran rakyatnya, dengan menyebarkan ideologi komunis dan sosialis miliknya di seluruh masyarakat, terutama melalui sistem pendidikan.

Pada 31 Mei, jurnal teoritis resmi Partai Komunis Tiongkok, Qiushi, menerbitkan artikel Xi Jinping mengenai pentingnya mempelajari  sejarah Partai Komunis Tiongkok, reformasi dan keterbukaan bangsa yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok, dan pembangunan sosialis di bawah Partai Komunis Tiongkok.

Xi Jinping menekankan bahwa semua anggota dan pejabat Partai Komunis Tiongkok, harus “membimbing masyarakat, terutama kaum muda untuk memahami mengapa Partai Komunis Tiongkok ‘mampu’, mengapa Marxisme ‘berhasil’ dan mengapa sosialisme dengan karakteristik Tiongkok adalah ‘baik’, dan untuk mendengarkan dan mengikuti Partai Komunis Tiongkok dengan sungguh-sungguh.” 

Xi Jinping juga menekankan bahwa Partai Komunis Tiongkok harus “mempertahankan kendali yang baik atas pendidikan pemuda sehingga gen merah …  diturunkan dari generasi ke generasi.”

Partai Komunis Tiongkok ingin memutuskan, apakah seseorang dapat dilahirkan atau tidak; dan setelah orang tersebut lahir, Partai Komunis Tiongkok ingin mengendalikan pikiran orang tersebut, membentuk orang tersebut menjadi “Penjaga Merah” sebagai alat Partai Komunis Tiongkok. 

Di mata para pemimpin puncak Partai Komunis Tiongkok, rakyat Tiongkok  hanyalah alat yang dimiliki Partai Komunis Tiongkok dan diharapkan partai Komunis Tiongkok, untuk mematuhi dan mengikuti aturan-aturan Partai Komunis Tiongkok sepanjang hidup rakyat Tiongkok. (sin)