“Rag Doll” Film yang Menggambarkan Penderitaan Anak-Anak Yatim Tiongkok di Bawah Penganiayaan Rezim Komunis Menang Telak di Leo Awards

Kisah seorang gadis kecil yang bertekad menggunakan keajaiban seni untuk menghidupkan kembali ibunya, itu setelah ibunya dibunuh karena keyakinannya di Tiongkok Komunis, menyapu kategori animasi di Leo Awards tahun 2021, yang mengakui keunggulan dalam industri film dan televisi British Columbia.

“Rag Doll,” sebuah film pendek animasi stop-motion yang menyoroti penderitaan anak-anak yatim piatu Tiongkok menderita di bawah penganiayaan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), memenangkan Program Terbaik, Penyutradaraan Terbaik, Penyutradaraan Seni Terbaik, dan  Penulisan Naskah Terbaik dalam kategori Program Animasi pada upacara penghargaan tersebut, yang  dilaksanakan secara virtual pada  7 Juli.

Empat tahun dalam pembuatan, film tersebut menceritakan kisah Yingying, seorang gadis berusia 5 tahun yang ibunya dibunuh dalam kampanye penganiayaan oleh Partai Komunis Tiongkok -PKT- yang sudah berjalan lama terhadap praktisi Falun Dafa, meninggalkan Yingying sendirian di jalan-jalan di utara Tiongkok, menggunakan dan menciptakan seni, salah satu hadiah yang ditinggalkan ibunya, untuk bertahan hidup.

“Film ini terinspirasi dari sebuah kisah nyata,” kata sutradara Leon Lee dalam pidato penerimaan. 

Filmmaker yang berbasis di Vancouver tersebut, juga memenangkan Peabody Awards yang bergengsi pada tahun 2014 untuk film dokumenternya “Human Harvest” mengenai industri panen organ ilegal di Tiongkok. 

Perusahaan Flying Cloud Productions milik Leon Lee berfokus pada pembuatan film yang memaparkan kejahatan-kejahatan Tiongkok terhadap kemanusiaan.

Kisah mengerikan Luna Huang inilah yang mendorong Leon Lee untuk membuat film tersebut. Ibu Luna Huang, Luo Zhixiang, disiksa sampai mati saat hamil tiga bulan pada tahun 2003 dalam penganiayaan brutal terhadap praktisi Falun Gong, yang diluncurkan oleh Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1999 dan berlanjut hingga saat ini.

Falun Dafa, juga dikenal sebagai Falun Gong, adalah sebuah disiplin peningkatan-diri tradisional Tiongkok  yang terdiri dari lima latihan meditasi bersama dengan ajaran moral berpusat pada prinsip-prinsip Sejati, Baik dan Sabar. 

Pemimpin Partai Komunis Tiongkok saat itu, Jiang Zemin, memerintahkan pemberantasan Falun Gong setelah jumlah praktisi Falun Gong melampaui jumlah anggota Partai Komunis Tiongkok, mengklaim Falun Gong adalah “ancaman bagi stabilitas negara.”

Sementara Luna Huang tinggal bersama kakek-neneknya, ayah Luna Huang, yang sebelumnya dipenjara karena berlatih Falun Dafa, melarikan diri ke Thailand. Luna Huang bergabung dengan ayahnya di Thailand setahun kemudian. 

Namun demikian, mereka berdua ditahan dan hampir dideportasi kembali ke Tiongkok oleh pihak-pihak berwenang Thailand, karena mereka berpartisipasi dalam sebuah unjuk rasa damai di depan Konsulat Tiongkok. 

Beruntung bagi mereka,  pemerintah Selandia Baru mengeluarkan visa khusus dan mereka dapat pindah ke Auckland. Hal itu terjadi pada tahun 2006, ketika Luna Huang baru berusia 4 tahun.

Leon Lee mengatakan, ia ingin membawa ke pemirsa menyaksikan kekejaman kehidupan nyata yang jarang terlihat  yang menimpa anak-anak praktisi Falun Gong setelah kejadian penganiayaan tersebut, ketika orang tua anak-anak tersebut dipenjara dan anak-anak mereka ditinggalkan sendirian atau menjadi yatim piatu.

“Saya ingin membuka mata orang-orang mengenai apa yang terjadi pada anak-anak seperti Luna Huang dengan cara yang melampaui bahasa, kebudayaan, dan usia,” kata Leon Lee di situs web Films for Freedom. 

“Itulah mengapa saya menulis Rag Doll tanpa dialog dan mengaturnya dalam sebuah  dunia animasi stop-motion. Pemirsa seperti berada di dalam imajinasi anak-anak, yang merupakan sebuah tempat ajaib penuh harapan bahwa semua orang di bumi dapat berhubungan dengan hal tersebut.”

Leon Lee mengatakan, ia berharap bahwa film tersebut, dibuat bersama dengan pemenang Academy Award Martin Meunier dan animator veteran Richard Kent Burton, juga dapat mengingatkan orang-orang bahwa harapan, imajinasi, dan tekad lebih kuat daripada  pentungan polisi atau kekerasan yang disponsori negara.

Luna Huang, yang kini mendekati usia 20 tahun, mengatakan bahwa kisah Yingying sangat menyentuh hatinya. 

“’Rag Doll’ adalah sebuah kisah yang menyayat hati yang mewakili kebenaran dingin yang dihadapi oleh banyak anak di Tiongkok. Saya merasakan rasa kekeluargaan yang mendalam dengan karakter utama karena kami berdua kehilangan seseorang yang begitu penting dan tidak tergantikan, yaitu ibu kami, karena penganiayaan yang mengerikan,” kata Luna Huang.

“Saya ingin memberitahu anak-anak seperti saya yang tanpa orang tua di Tiongkok untuk bertahan sedikit lebih lama dan jadilah orang baik. Saya juga berharap polisi di Tiongkok akan berhenti menganiaya praktisi Falun Gong. Jangan membuat lebih banyak anak  menderita kehilangan seorang ibu,” ujarnya. 

Leon Lee mengatakan, dalam pidato penerima penghargaannya bahwa anak-anak  praktisi Falun Dafa juga menjadi sasaran kerja paksa.

Ia juga mengatakan : “Film ini disebut ‘Rag Doll’ karena sebuah merek boneka terkenal dari Italia sebenarnya dibuat di kamp kerja paksa Tiongkok oleh anak-anak yang orang tuanya  dianiaya. Jadi saya harap anda memiliki kesempatan untuk menonton film di ragdollfilm.com dan membantu menjelaskan penderitaan mereka.”

“Rag Doll” juga secara resmi terpilih untuk empat festival film yang memenuhi syarat Oscar, termasuk Festival Film Internasional LA Shorts, Festival Film Hollyshorts, dan Festival Film Foyle. (Vv)