Otoritas Tiongkok Menghukum Warga yang Tidak Membeli Perumahan untuk Menyelamatkan Pasar Properti

 oleh Li Yun dan Liu Fang 

Kelesuan pasar properti Tiongkok terus berlanjut hingga saat ini. Dan, otoritas telah berupaya melalui beberapa cara normal untuk menghangatkan pasar tetapi pasar tetap saja dingin. Baru-baru ini, otoritas di banyak tempat telah menggunakan trik kejam untuk menyelamatkan pasar properti. 

Selain terdengar desas-desus beredar mengenai telah diberlakukannya kembali “Tiket Perumahan” sebagai hadiah langsung bagi pembeli, para peminat juga dapat menggunakan cara barter dengan gandum, atau barter dengan bawang putih untuk membeli rumah, bahkan yang lebih gila lagi yaitu otoritas dapat menghukuman “warga yang sengaja tidak membeli rumah dengan maksud jahat”. Fenomena tersebut telah menarik perhatian publik.

Menurut media resmi Tiongkok, saat ini ada sedikitnya 15 kota termasuk Zhengzhou dan Wenzhou yang telah memperkenalkan kembali penggunaan “Tiket Perumahan”, yaitu pembongkaran tidak mendapatkan kompensasi secara tunai, tetapi mendapat penggantian rumah komersial.

Di Kota Shangqiu dan Kaifeng, Provinsi Henan pengembang meluncurkan pembelian rumah dengan cara dibarter gandum, atau dibarter bawang putih. Di Kota Yulin, Provinsi Guangxi, pengembang meluncurkan rencana “100.000 Tentara menyerbu Kota”, “Petani masuk kota membeli rumah mendapatkan hadiah lapangan kerja”.

Di Provinsi Qingdao, pembelian rumah penduduk telah dimasukkan ke dalam penilaian kerja kantor jalanan, yang mengharuskan setiap koperasi menyelesaikan setidaknya 2 rumah komersial yang ditandatangani secara online  paling lambat akhir bulan Juni tahun ini. Sedangkan unit lain menyatakan bahwa bagi “warga yang sengaja tidak membeli rumah dengan maksud jahat, tetapi memiliki simpanan cukup besar di bank, maka yang bersangkutan akan diingatkan dengan cara diajak berbicara secara tatap muka”.

NetEase : Para ahli mengusulkan agar menghukum warga yang “tidak membeli rumah dengan maksud jahat”.

Halaman berita yang terkait dengan isu “sengaja tidak membeli rumah dengan maksud jahat” saat ini sudah berubah menjadi 404.

Ma Xiaoming, seorang tokoh media senior di daratan Tiongkok mengatakan bahwa, di banyak daerah otoritas memaksa warga sipil untuk membeli rumah merupakan cara bagi pihak berwenang untuk menyelamatkan ekonomi Tiongkok yang amburadul.

Ma Xiaoming menambahkan, karena dari 2 tahun yang lalu hingga tahun ini, banyak tindakan tidak tepat yang dilakukan otoritas dalam menerapkan pencegahan epidemi, termasuk penguncian kota dan pemblokiran komunitas, ekonomi Tiongkok sangat terpukul. Dalam keadaan seperti itu, pihak berwenang langsung mengadakan perubahan drastis demi pemulihan ekonomi dengan cara memaksa pabrik berproduksi, memaksa pelaku real estat menjual perumahan.”

Ma Xiaoming juga mengatakan bahwa sekarang banyak orang jatuh miskin, bahkan untuk makan saja susah, dari mana mereka dapat memiliki uang untuk membeli rumah ?

Zhang Jian, seorang ahli masalah Tiongkok, mengatakan bahwa real estat adalah reservoir terbesar bagi pemerintah komunis Tiongkok untuk mempertahankan pendapatan fiskal, dan juga merupakan bank darah bagi komunis Tiongkok untuk memperpanjang umurnya. Kota-kota jendela Tiongkok kini sedang menghadapi kebangkrutan atau di ambang kebangkrutan, sehingga mereka menggunakan segala cara yang bisa dipakai untuk bertahan hidup.

Bagi Zhang Jian, ketika isi reservoir ini nyaris ludes, bank darah nyaris kehabisan darah, tetapi PKT masih ingin tetap melanjutkan hidupnya. Maka yang ia lakukan adalah mengubah uang rakyat menjadi milikinya sendiri. Dalam proses realisasi yang tidak wajar ini, ia sudah tidak lagi peduli dengan aturan maupun etika. Dulu pihak berwenang Tiongkok membatasi warga membeli rumah, sekarang menjadi merangsang warga membeli rumah, mungkin sebentar lagi berubah menjadi perintah pihak berwenang kepada warga untuk membeli rumah. Coba kita lihat saja. 

“Securities Times” menerbitkan sebuah artikel komentar yang isinya juga membahas isu “warga yang sengaja tidak membeli rumah dengan maksud jahat, tetapi memiliki simpanan cukup besar di bank, maka yang bersangkutan akan diingatkan dengan cara diajak berbicara secara tatap muka”. 

Artikel menyebutkan bahwa promosi dengan cara tidak wajar ini mencerminkan kuatnya desakan psikologis dari pasar real estat tentang urgensinya mengurangi stok perumahan. (sin)