India Bergabung dengan Barat Menolak Perusahaan Tiongkok Membangun Jaringan 5G

 oleh Li Yan

Ketika jaringan 5G semakin populer, semakin banyak negara menolak jaringan yang dibangun oleh perusahaan 5G Tiongkok dengan alasan keamanan. India juga temasuk salah satu negara yang bergabung dengan Barat dalam menolak Huawei memasuki pembangunan jaringan generasi berikutnya di India.

Menurut media India “Business Standard”, bahwa pada awal Agustus, operator terbesar India Bharti Airtel menandatangani perjanjian dengan raksasa peralatan telekomunikasi Nokia, Ericsson dan Samsung untuk mulai menyebarkan layanan 5G di India.

Menurut laporan, operator nirkabel terbesar di India “Reliance Jio” hanya memilih Samsung untuk bisnis 4G-nya. Selain itu, negosiasi sedang berlangsung dengan Ericsson dan Nokia. Kabarnya, perusahaan tersebut telah melakukan uji coba jaringan 5G dengan Ericsson dan Samsung.

“Reliance Jio” berencana untuk menawarkan layanan 5G di sembilan kota mulai Januari tahun depan, bisa jadi Kota Mumbai dan Delhi sudah dapat mencicipi layanan 5G pada akhir tahun ini.

“Bharti Airtel” secara bertahan akan menggeser Huawei dan ZTE dari layanan jaringan 4G mereka, dan akan digantikan oleh peralatan dari Ericsson, Nokia dan Samsung.

Larangan masuk India berarti kerugian besar bagi perusahaan komunikasi Tiongkok yang peralatannya menyumbang 20% ​​dari pasar peralatan 4G di India. “Bharti Airtel” sendiri telah menandatangani kontrak peralatan 5G multi-tahun senilai hampir USD. 2,5 miliar.

Sejak insiden Doklam pada 2017, India semakin bersikap hati-hati terhadap komunis Tiongkok. Pada Juni tahun itu, pasukan India melintasi perbatasan untuk mencegah militer Tiongkok membangun jalan di daerah Doklam, hal itu sampai memicu ketegangan militer kedua negara yang berlangsung selama lebih dari 70 hari.

Tuduhan bahwa pemerintah Tiongkok menggunakan perusahaan mereka untuk melakukan serangan siber dan spionase bukanlah hal baru. Amerika Serikat telah secara agresif menekan sekutunya untuk tidak menggunakan peralatan Huawei dari jaringan nasional mereka.

Pada 30 Juni 2020, Komisi Komunikasi Federal (FCC) AS secara resmi menetapkan Huawei dan ZTE sebagai ancaman terhadap keamanan nasional AS, melarang perusahaan AS menggunakan dana pemerintah sebesar USD. 8,3 miliar untuk membeli peralatan dari perusahaan-perusahaan ini.

Pada bulan Mei, pemerintah Kanada melarang operator nirkabel negaranya menggunakan peralatan dari Huawei atau ZTE di jaringan 5G mereka. Sebelumnya, Inggris, Australia, dan Selandia Baru, yang merupakan anggota aliansi berbagi intelijen “Five Eyes” dengan Kanada, juga bergabung dengan Amerika Serikat untuk melarang masuknya Huawei ke jaringan 5G mereka.

Kepala badan keamanan AS dan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yang memperingatkan Tiongkok dalam konferensi pers pada awal bulan Juli tahun ini. Kepala Biro Investigasi Federal AS (FBI) dan MI5 Inggris mengatakan bahwa Tiongkok merupakan ancaman jangka panjang bagi ekonomi dan keamanan nasional. Pemerintah Tiongkok menyebut tuduhan itu tidak berdasar.

AS bahkan memperingatkan sekutu bahwa mereka akan mempertimbangkan kembali apakah akan berbagi intelijen dengan negara-negara yang menggunakan peralatan Huawei di tengah kekhawatiran tentang spionase siber Tiongkok.

Pada 2018, pemerintah Jepang secara efektif melarang Huawei dan ZTE dari transaksi resmi. Swedia juga melarang Huawei dan ZTE dari jaringan 5G-nya pada 2020.

Sekarang, perusahaan telekomunikasi India juga mendepak Huawei dan ZTE dari jaringan 5G mereka. Jadi, apa dampaknya pada jaringan 5G India ?

Membekukan pemasok Tiongkok akan berdampak pada jaringan 5G India. Dalam kasus Huawei, peralatannya cenderung lebih murah daripada rekan-rekannya baik Nokia maupun Ericsson. Huawei, yang memiliki latar belakang militer Tiongkok telah lama menerima subsidi dari pemerintah. Sehingga dapat dikatakan bahwa Huawei memulai dan mempertahankan ekspansinya dengan mengandalkan perang harga.

Namun, pemerintah dan perusahaan telekomunikasi India lebih memilih menerima “dampak” dari pelarangan Huawei ketimbang menerima ancaman keamanan. Karena Angkatan Darat India berencana menggunakan layanan 5G untuk meningkatkan komunikasi bagi pasukan garis depan. Aplikasi Industri 4.0 juga membutuhkan jaringan 5G. 5G juga akan digunakan dalam membangun jaringan pribadi eksklusif untuk meningkatkan efisiensi infrastruktur penting seperti pelabuhan dan bandara.

Secara total, India mungkin akan membangun lebih dari 150 jaringan nirkabel khusus 5G.

Analysys Mason baru-baru ini memberitahu kepada sebuah harian keuangan bahwa “Reliance Jio”, “Bharti Airtel”  dan “Vodafone Idea” dalam 5 tahun ke depan dapat menginvestasikan dana antara USD. 18 miliar hingga USD. 22 miliar untuk meningkatkan dan memperluas jaringan 5G mereka.

Namun, Huawei juga telah memenangkan beberapa kontrak pembangunan jaringan 5G di luar negeri, seperti di Rusia, Timur Tengah, Afrika dan beberapa negara Asia, termasuk Filipina dan Thailand. (sin)