Perang Chip AS-Tiongkok Mirip dengan Perang Bintang AS-Rusia

DR. Xie Tian

Chip high end bagi PKT, ibarat sepotong tulang iga ayam (ibaratnya terlalu sayang untuk dibuang padahal dagingnya paling sedikit), mungkin sepotong iga ayam yang terbuat dari chip silikon, karena selain tidak mampu menaklukkan industri high end dan rumit ini, tapi juga tidak rela melepaskannya. 

PKT tidak bisa membeli chip, juga tidak mampu membuatnya sendiri, hasil akhirnya adalah harus mengeluarkan uang banyak untuk membelinya dari pasar gelap internasional dan membeli diam-diam dari negara pro-komunis dengan cara perdagangan entrepot

Tapi jalan memutar seperti ini, kemungkinan tidak akan memperoleh hasil yang berarti seiring dengan semakin beratnya sanksi dari AS, sebaliknya justru akan menimbulkan pemborosan yang sangat besar. 

Apalagi, upaya investasi gelombang pertama RRT pada industri chip ini telah hancur total, baru saja investasi raksasa gelombang kedua diinisiasi oleh Xi Jinping, lagi-lagi harus menghadapi palu godam dari AS, tanpa investasi chip yang memberikan hasil sesuai harapan akan meruntuhkan perekonomian Tiongkok. Ending seperti ini, pukulan AS terhadap PKT, hampir sama seperti program “Perang Bintang” AS dengan Uni Soviet yang legendaris, seperti hantaman terhadap Uni Soviet, ada kemiripan yang sangat kebetulan.

Yang dimaksud dengan “program Perang Bintang” (Star Wars) adalah sebutan umum, nama kerennya adalah “Inisiatif Pertahanan Strategis (Strategic Defense Initiative atau SDI) atau disebut juga “Star Wars Program”. Program ini berasal dari mantan Presiden AS Ronald Reagan dalam suatu pidatonya di akhir periode Perang Dingin 1983, waktu itu sempat memicu kegemparan. 

Sebagai sebuah program strategis militer yang dikaji di era 1980-an oleh AS, sasarannya adalah membangun instalasi laser di luar angkasa, sebagai sistem anti rudal balistik. Dengan demikian, dapat menghancurkan bom nuklir musuh sebelum sempat memasuki atmosfir.

 Inti dari program ini adalah dengan metode canggih menyerang rudal strategis antar benua dan pesawat antariksa milik musuh di luar angkasa, untuk mencegah AS mengalami serangan nuklir. 

Teknologi program tersebut sangat canggih, seperti menempatkan senjata terarah berenergi tinggi (microwave, laser, sinar partikel energi tinggi, dan senjata kinetik elektromagnetik) di luar angkasa maupun di darat, atau senjata serang konvensional, untuk melakukan penghadangan multi-fase pada setiap tahap serangan rudal musuh. 

Program tersebut mengincar negara komunis Uni Soviet, mengantisipasi serangan nuklir berskala besar yang kemungkinan akan dilancarkan oleh Uni Soviet. Sekutu AS seperti Inggris, Italia, Jerman Barat, Israel, Jepang, dan lain-lain, juga ikut berpartisipasi dalam program tersebut dengan skala yang berbeda.

Program itu terdiri dari dua bagian, yakni “program pertahanan rudal balistik antar benua” dan “program anti satelit”. Anggaran waktu itu mencapai lebih dari USD 1 Triliun.

Sistem penghadangan menggunakan satelit pengintai berbasis ruang angkasa dan satelit anti rudal berbasis ruang angkasa, menggunakan hulu ledak konvensional atau senjata terarah untuk menyerang rudal strategis pada tahap peluncuran yang sedang menembus lapisan atmosfir.

Garis pertahanan kedua adalah dengan senjata laser berbasis darat atau berbasis kapal laut menghancurkan hulu ledak terpisah yang menembus keluar lapisan atmosfir.

Garis pertahanan ketiga adalah senjata terarah berbasis ruang angkasa, senjata kinetik elektromagnetik atau senjata laser berbasis darat atau kapal untuk menyerang hulu ledak nuklir pada fase terbang awal masuk kembali ke atmosfir.

Lalu garis pertahanan keempat adalah menggunakan rudal anti balistik, senjata kinetik, sinar partikel dan lain-lain untuk menghancurkan nuklir yang “berhasil lolos” setelah masuk kembali ke lapisan atmosfir.

 Keempat lapis garis pertahanan itu kedengarannya sangat canggih, hebat, dan besar, sangat mencengangkan.

 “Program Perang Bintang” itu dikembangkan oleh pemerintah AS pada 4 Januari 1985, dengan sebutan: Strategic Defense Initiative, awalnya ditetapkan akan mulai diterapkan pada 1994. Namun karena biayanya yang super mahal, dan tingkat kesulitan teknis yang terlalu besar, maka banyak proyek dalam program tersebut pada akhirnya diundur hingga waktu yang tidak terbatas bahkan diakhiri. Ditambah lagi kemudian Uni Soviet runtuh pada 1991, setelah AS mengeluarkan dana ratusan milyar dolar, akhirnya pada era 1990-an abad ke-20 “program Perang Bintang” pun diumumkan ditutup. Tapi dana tersebut toh tidak sepenuhnya mubazir, sumber daya terkait diubah menjadi “Organisasi Pertahanan Rudal Balistik” (Ballistic Missile Defense Organization), kemudian pada 2002 berganti nama lagi menjadi “Badan Pertahanan Rudal” (Missile Defense Agency).

Kemudian, dokumen rahasia Perang Dingin milik CIA terungkap, program ini dianggap sebagai penipuan total! Ada yang menilai, program Perang Bintang hanya semacam cara propaganda pemerintah AS untuk menjatuhkan Uni Soviet. Tentu saja Pentagon tidak mengakuinya, dan mengatakan program ini tidak jadi dijalankan karena terdapat kelemahan teknis, bukan penipuan. 

Tapi apapun itu, program raksasa yang ibaratnya kisah dalam novel fiksi itu, memang telah mengguncang dunia, juga membuat rezim Uni Soviet ketakutan setengah mati. Program itu menimbulkan efek diplomatik yang sangat nyata, petinggi Uni Soviet  merasa takut dengan begitu besar dan canggihnya program AS tersebut. 

Orang-orang Soviet tidak tahu apakah Amerika mampu mewujudkannya atau tidak, tapi mereka justru sangat menyadari, memahami betul pihaknya dipastikan tidak mampu melakukannya, dan tidak mampu mengimbangi AS. Uni Soviet menyadari kemampuan negaranya yang terbatas, skala ekonomi yang tidak mencukupi, sehingga sangat sulit untuk berkompetisi dalam hal militer ruang angkasa putaran baru dengan AS. 

Setelah itu, mau tidak mau Uni Soviet harus melakukan negosiasi pembatasan senjata nuklir dengan AS. Lalu kemudian, rezim komunis pertama yang menguras seluruh sumber daya negaranya itu akhirnya runtuh.

Penguasa PKT sepertinya tidak tahu diri dan mereka tidak sepragmatis seperti Uni Soviet, malahan setelah berhasil mencicipi sedikit keuntungan dan memperoleh sedikit ruang serta teknologi militer, sudah memiliki kepercayaan diri yang berlebih. 

Kasus chip hari ini, pengaruhnya terhadap strategi militer, tidak kalah dibandingkan roket, laser, dan senjata kinetik pada era Perang Bintang dulu. 

Perang Bintang yang dikembangkan pada wawasan makro di atas bumi, telah meruntuhkan rezim Uni Soviet; perang chip yang dilangsungkan pada wawasan mikro di muka bumi, sepertinya juga sangat mungkin akan meruntuhkan rezim PKT. (sin)