Kesepakatan Perdagangan Yuan Brasil-Tiongkok Bukanlah yang Menyebabkan Perubahan Signifikan

Antonio Graceffo

Menurut sebuah pernyataan dari pemerintah Brasil, Brasil dan Tiongkok mencapai kesepakatan pada  29 Maret untuk melakukan perdagangan dalam mata uang mereka sendiri, bukan dalam dolar AS.

Belum ada rincian yang dirilis mengenai bagaimana hal ini akan bekerja atau apakah ini berlaku untuk semua perdagangan antara kedua negara. Semua yang telah dipublikasikan adalah bahwa transaksi-transaksi akan diproses oleh Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dan Brazil’s Bank of Communications (BBM).

ICBC akan mendirikan sebuah lembaga kliring di Brazil yang akan memungkinkan transaksi yuan. Karena laporan-laporan tersebut mengatakan bahwa lembaga kliring akan dibangun, tampaknya perdagangan ini belum terjadi. Selain itu, belum ada jadwal yang diberikan.

Beijing merayakan kesepakatan ini sebagai sebuah langkah menuju de-dolarisasi di dunia dan sebagai peningkatan internasionalisasi yuan. Wang Youming, peneliti senior dan direktur Departemen Studi Negara-negara Berkembang di China Institute of International Studies, mengatakan kepada media milik pemerintah, Global Times, bahwa “kebijakan moneter Washington yang tidak bertanggung jawab, terutama kenaikan suku bunga secara terus menerus, telah menyebabkan depresiasi mata uang real Brasil dan peningkatan biaya dalam transaksi.”

Dolar AS telah menjadi mata uang cadangan dunia sejak perjanjian Bretton Woods tahun 1944. Pada akhir Perang Dunia II, ekonomi Eropa dan Asia berada dalam kondisi kehancuran, dan mata uang mereka hampir tidak berharga. Untuk mendorong perdagangan internasional dan membantu dunia pulih dari perang, Amerika Serikat setuju untuk mendukung mata uangnya dengan emas dan mendukung mata uang lainnya dengan dolar AS.

Meskipun Amerika Serikat keluar dari standar emas pada tahun 1971, dolar tetap menjadi mata uang cadangan global karena stabilitas dan konvertibilitasnya. Manfaat lain dari dolar adalah bahwa komoditas global, terutama minyak, dihargai dan diperdagangkan dalam dolar. Dikarenakan semua negara membutuhkan minyak, maka masuk akal jika negara-negara menyimpan dolar sebagai cadangan. Dan, karena mereka sudah menggunakan dolar untuk minyak dan menyimpan dolar sebagai cadangan, maka masuk akal bagi negara-negara untuk menetapkan harga barang-barang mereka dan membayar impor dengan dolar.

Faktanya, dolar AS adalah mata uang cadangan dan perdagangan dunia yang memberikan kekuatan dan pengaruh geopolitik yang luar biasa bagi Amerika Serikat. Beberapa negara, terutama Rusia dan Tiongkok, semakin membenci hegemoni ekonomi AS dan telah mencari cara untuk mem-bypass dolar. Untuk tujuan ini, Beijing telah membuat beberapa solusi, seperti pertukaran mata uang atau China International Payment System (CIPS), sebuah alternatif SWIFT, yang memungkinkan penyelesaian internasional dalam yuan. Sejauh ini, 103 negara telah bergabung, meskipun total volume penyelesaian perdagangan masih kecil.

Pada tahun 2016, yuan ditambahkan ke dalam Special Drawing Rights (SDR) Dana Moneter Internasional (IMF), sekumpulan mata uang yang dapat ditarik oleh negara-negara ketika mereka membutuhkan likuiditas. Meskipun secara teknis ini membuat yuan menjadi mata uang internasional, yuan hanya menyumbang 3 persen dari cadangan mata uang global, sedangkan dolar mewakili 60 persen dan euro 20 persen. Dalam hal perdagangan, sekitar 14,7% perdagangan lintas batas diselesaikan dalam yuan.

Agar sebuah mata uang dapat menjadi mata uang cadangan yang sebenarnya, mata uang tersebut harus memenuhi lima persyaratan.

Yang pertama adalah stabilitas. Tingkat kontrol Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap yuan membuat stabilitasnya agak dipertanyakan. Selain itu, yuan dipatok secara longgar ke dolar, sehingga menambahkan yuan ke portofolio cadangan dolar tidak akan mewakili tingkat diversifikasi yang sama dengan menambahkan euro atau yen.

Kedua, sebuah mata uang harus diterima secara luas. Saat ini, dolar AS dapat digunakan untuk hampir semua penyelesaian perdagangan. Di antara beberapa pengecualian adalah Korea Utara, yang menginginkan euro.

Likuiditas adalah pertimbangan ketiga: Mata uang harus dapat ditukar secara luas. Dolar dapat ditukar hampir di mana saja, yang tidak berlaku untuk yuan.

Namun, yuan bisa dibilang memenuhi persyaratan keempat dan kelima dari sebuah mata uang internasional, yaitu ukuran dan kekuatan. Mata uang dunia harus ada dalam jumlah yang memadai untuk mendukung perdagangan dunia. Dolar Kanada dan franc Swiss adalah mata uang yang sangat baik, namun tidak memiliki skala seperti yuan atau dolar AS.

Persyaratan terakhir untuk sebuah mata uang global adalah negara tersebut harus memiliki kekuatan militer dan politik yang signifikan. Hal ini berlaku untuk Amerika Serikat dan semakin berlaku untuk Tiongkok.

Selain mata uang yang sesuai dengan definisi mata uang dunia, mata uang tersebut harus bermanfaat. Pound Inggris dan euro adalah mata uang internasional, namun negara-negara di Asia cenderung memiliki lebih sedikit mata uang tersebut karena negara-negara ini tidak terlalu sering menggunakan mata uang Eropa. Agar berguna, sebuah negara harus dapat bertransaksi perdagangan dengan mata uang tersebut. Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Brasil, dengan perdagangan bilateral mencapai $172 miliar tahun lalu, dan ini merupakan nilai tambah untuk kesepakatan mata uang.

Penggunaan mata uang asing lainnya adalah untuk membayar utang. Utang luar negeri Brasil mencapai $689,87 miliar, yang harus dibayar dalam dolar AS. Investasi adalah alasan lain untuk memegang mata uang suatu negara. Meskipun Brasil menerima banyak investasi dari Tiongkok, investasi Brasil di Tiongkok sangat minim.

Negara-negara juga menggunakan mata uang asing untuk menstabilkan mata uang mereka sendiri. Real Brasil dipatok ke dolar sampai sekitar 20 tahun yang lalu. Segera setelah patokan tersebut dihilangkan, mata uang tersebut kehilangan sebagian besar nilainya. Saat ini, real mengambang bebas (tidak dipatok ke mata uang lain). Dan akhirnya, negara-negara memegang dolar karena minyak dan komoditas lainnya dihargai dalam dolar.

Tiongkok dan Brasil telah mencari cara untuk melewati dolar. Perjanjian terbaru ini adalah sebuah langkah ke tujuan tersebut, tetapi yuan tidak memenuhi beberapa persyaratan untuk berfungsi sebagai mata uang cadangan. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa kedua negara akan setuju untuk melakukan beberapa perdagangan mereka dalam yuan tetapi tidak semuanya, dan tidak ada negara yang mampu melepaskan dolar sepenuhnya. (asr)

Antonio Graceffo, Ph.D., adalah seorang analis ekonomi Tiongkok yang telah menghabiskan lebih dari 20 tahun di Asia. Dia adalah lulusan Universitas Olahraga Shanghai, memegang gelar Tiongkok-MBA dari Universitas Jiaotong Shanghai, dan saat ini sedang mempelajari pertahanan nasional di American Military University. Dia adalah penulis “Beyond the Belt and Road: China’s Global Economic Expansion.”