Hampir 10.000 Perusahaan Chip Tiongkok Tutup Usaha dalam 2 Tahun Terakhir, Situasi Lebih Tragis Masih Menguntit

NTD

Setelah gerakan “lompatan jauh ke depan di industri chip” menjadi proyek yang terbengkalai, PKT mengadvokasi apa yang mereka sebut sebagai penggalakan “kemandirian dalam bidang iptek”. Namun, di bawah situasi pertumbuhan ekonomi yang menurun, industri semikonduktor Tiongkok selain tak kunjung bangkit, bahkan hampir 10.000 perusahaan yang berkecimpung di sana mengalami tutup usaha dalam 2 tahun terakhir. Dan situasi lebih tragis masih menguntit.

Baru-baru ini, satu per satu perusahaan semikonduktor Tiongkok merilis laporan keuangan kuartal pertama tahun ini. Dari laporan keuangan mereka terlihat bahwa ada sekitar 80% dari perusahaan-perusahaan ini mengalami penurunan laba, bahkan banyak pula yang berubah dari untung menjadi buntung. Hanya ada kurang dari 20% perusahaan yang masih bisa meraih hasil operasi positif.

Media Hong Kong yang mengutip data dari Tiongkok melaporkan bahwa industri semikonduktor Tiongkok menghadapi kelesuan akibat resesi ekonomi dan penurunan daya konsumsi. Sehingga sejumlah besar perusahaan yang berkecimpung dalam design chip, pengemasan dan pengujian, manufaktur mengalami penurunan laba atau bahkan merugi. Hanya beberapa perusahaan peralatan semikonduktor yang masih mengukirkan laba positif.

Menurut laporan tersebut, hal ini menunjukkan bahwa dalam konteks industri semikonduktor global yang lesu, hanya perusahaan peralatan semikonduktor Tiongkok yang mendapat manfaat subsidi dari “kebijakan substitusi domestik” keluaran otoritas Beijing, yang masih mampu meningkatkan kinerjanya.

Data menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 5.746 perusahaan terkait semikonduktor Tiongkok yang mengajukan pencabutan atau pembatalan izin usaha pada tahun 2022, meningkat sebesar 68% dari tahun 2021 yang 3.420 perusahaan. Ini berarti bahwa hampir 10.000 perusahaan semikonduktor Tiongkok yang tutup usaha dalam waktu 2 tahun terakhir. Hal mana menunjukkan bahwa situasi secara keseluruhan pada industri semikonduktor di Tiongkok ternyata lebih parah daripada di negara lain.

Menurut laporan tersebut, banyak dari perusahaan yang dibatalkan atau minta dibatalkan izin usahanya merupakan perusahaan terbengkalai yang tadinya hanya menunjukkan antusiasme terhadap kebijakan pemerintah lalu ingin memanfaatkan subsidi yang diberikan. Namun juga tidak sedikit perusahaan yang gagal mendukung usahanya kemudian bangkrut. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah untuk mendapatkan pijakan yang kokoh di industri semikonduktor Tiongkok yang persaingannya sangat ketat

Menurut laporan tersebut, masih ada lebih dari 170.000 perusahaan terkait semikonduktor di Tiongkok, tetapi situasi industri saat ini lebih sulit dari tahun-tahun sebelumnya, ditambah lagi dengan adanya kontrol ekspor teknologi Amerika Serikat, maka ada dugaan bahwa banyak perusahaan semikonduktor bakal tutup usaha pada tahun 2023, dan mereka akan segera memasuki babak penyisihan yang lebih besar.

Setelah berkobarnya perang teknologi AS – Tiongkok, PKT menurunkan sejumlah besar dana untuk meluncurkan gerakan “lompatan jauh ke depan di industri chip”. Akibatnya, satu per satu perusahaan itu terbengkalai setelah menerima dana subsidi yang sangat besar dari pemerintah. Yang kemudian memicu otoritas berwenang Tiongkok melakukan pemeriksaan besar-besaran terhadap penggunaan dana investasi semikonduktor tersebut. Banyak pejabat yang kemudian menjalani pemeriksaan lalu ditahan. Namun, menurut media AS, PKT baru-baru ini mulai menginvestasikan lagi sejumlah besar dana untuk mempromosikan apa yang mereka sebut “swasembada chip”.

Selama beberapa dekade terakhir, Partai Komunis Tiongkok hanya bersandar pada teknologi Eropa dan Amerika Serikat untuk mencapai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, ia tidak lagi menyembunyikan ambisinya untuk mendominasi dunia dan mengekspor politik otoriter. Khususnya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, yang merasakan ancaman PKT telah mulai membatasi ekspor teknologi mutakhir mereka ke Tiongkok. Di antaranya teknologi dan produk chip kelas atas adalah yang paling terbeban.

Pejabat AS mengatakan bahwa kontrol ekspor teknologi tinggi didasarkan pada pertimbangan keamanan nasional dan hanya akan berpengaruh terhadap “teknologi sensitif khusus dengan implikasi keamanan nasional yang signifikan”. Jadi tidak sebagaimana yang dikatakan oleh Beijing “untuk mencegah Tiongkok berkembang”.

Reuters baru-baru ini melaporkan bahwa Amerika Serikat memberlakukan kontrol ekspor microchip tahun lalu untuk membatasi pengembangan superkomputer Tiongkok dan sistem kecerdasan buatan untuk mengembangkan senjata nuklir. Namun sejak saat itu, Nvidia telah menciptakan chip “varian” khusus untuk pasar Tiongkok. Varian ini memiliki kecepatan komputasi yang lebih lambat sehingga dapat menghindari larangan AS. Dan, bahkan chip Nvidia yang lebih lambat ini juga sudah merupakan peningkatan bagi perusahaan Tiongkok, karena perusahaan ini masih dapat menggunakannya untuk mengembangkan kecerdasan buatan.

Menurut Reuters, interaksi antara pemerintah AS dengan industri menunjukkan bahwa Amerika Serikat berusaha memperlambat perkembangan teknologi tinggi Tiongkok sekaligus meminimalkan kerugian yang dapat dihadapi oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. (sin)