Satelit Mata-Mata Korea Utara yang Gagal Diluncurkan Jatuh ke Laut Barat Semenanjung

oleh Chen Ting

Korea Utara membenarkan pada Rabu (31/5) bahwa peluncuran satelit mata-mata militer pertama negara itu mengalami kegagalan dan roketnya jatuh ke laut.

Media pemerintah Korea Utara mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa akibat mesin roket peluncur tahap kedua gagal dihidupkan setelah roket tahap pertama berhasil melakukan pemisahan, menyebabkan roket peluncur kehilangan tenaga pendorong dan jatuh ke perairan di sebelah barat semenanjung. Media juga mengatakan bahwa para ilmuwan sedang mendalami penyebab kegagalan tersebut.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, bahwa roket diluncurkan ke arah selatan dari Tongchang-ri, Provinsi Pyongan Utara pada pukul 6:29 pagi waktu setempat, dan jatuh ke perairan sekitar 200 kilometer sebelah barat Eocheong.

Militer Korea Selatan mengatakan bahwa sebelum jatuh ke laut, roket meluncur “tidak semestinya”, dan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat sedang bersama-sama melakukan analisis mendalam.

Eocheong terletak lebih dari 60 kilometer di sebelah barat Pelabuhan Gunsan, Jeollabuk-do, di pantai barat Korea Selatan. Menurut Kantor Berita Yonhap, militer Korea Selatan akan mencoba untuk mengangkat puing roket dari laut. Jika peralatan dapat didaur ulang untuk digunakan kembali, diharapkan dapat membantu memberikan jawaban mengenai kinerja mesin pendorong, apakah ia menggunakan suku cadang impor, dan sejauh mana kemampuan teknisnya.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan kepada wartawan bahwa Jepang yakin peluncuran tersebut tidak berhasil memasukkan benda ke ruang angkasa.

Meskipun Korea Utara sering meluncurkan rudal tahun ini, tetapi peluncuran roket ke luar angkasa terakhir kalinya adalah pada bulan Februari 2016. Saat itu, Korea Utara mengklaim bahwa mereka telah berhasil menempatkan satelit observasi ke orbit sebagai bagian dari program luar angkasa yang sah. Namun, pakar menduga bahwa satelit tersebut tidak pernah mencapai orbit.

Sebagai tanggapan atas peluncuran roket Korea Utara itu, Korea Selatan dan Jepang langsung mengeluarkan perintah evakuasi.

Di ibu kota Korea Selatan, Seoul, sirene dibunyikan melalui pengeras suara publik dan pesan teks di ponsel, memberitahu warga untuk bersiap mengungsi. Namun setelah tidak ada laporan tentang kerusakan atau gangguan besar, tak lama kemudian Seoul membatalkan peringatan tersebut.

Akibat khawatir dengan Prefektur Okinawa yang berada di jalur peluncuran roket, pemerintah Jepang langsung memerintahkan pihak berwenang untuk mengeluarkan peringatan evakuasi darurat, meskipun kemudian dibatalkan.

Associated Press yang mengutip ucapan dari seorang pejabat tinggi Korea Utara pada hari Selasa melaporkan, bahwa Korea Utara membutuhkan sistem pengawasan berbasis ruang angkasa untuk mengantisipasi ancaman keamanan yang meningkat dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Amerika Serikat mengutuk keras peluncuran roket Korea Utara, dengan alasan bahwa mereka menggunakan teknologi rudal balistik yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adam Hodge mengatakan bahwa Presiden Biden dan tim keamanan nasionalnya sedang melakukan koordinasi dan penilaian terhadap situasi dengan sekutu dan mitra AS.

Tidak jelas apakah satelit mata-mata Korea Utara akan secara signifikan memperkuat pertahanannya. Menurut laporan, tampaknya satelit yang tidak cukup rumit ini sulit bisa menghasilkan gambar beresolusi tinggi. Namun menurut beberapa ahli, bahwa satelit mata-mata itu masih bisa mendeteksi pergerakan pasukan dan target besar seperti kapal perang dan pesawat tempur.

Belakangan ini citra satelit komersial menunjukkan bahwa banyak aktivitas terkait pengkonstruksian sedang berlangsung di situs peluncuran utama Korea Utara, yang mana menandakan bahwa Korea Utara berencana untuk meluncurkan lebih dari satu satelit.

Lee Choon-geun, seorang rekan senior di Institut Kebijakan Sains dan Teknologi Nasional Korea Selatan mengatakan, bahwa mungkin saja Korea Utara sudah memiliki 3 hingga 5 buah satelit mata-mata. Mereka ingin membangun suatu sistem pengawasan yang berbasis pada ruang angkasa yang memungkinkannya untuk memantau seluruh Semenanjung Korea secara real time.

Satelit mata-mata adalah salah satu sistem senjata berteknologi tinggi yang harus dikembangkan. Itu yang secara terbuka diklaim oleh Kim Jong-un. Senjata lain yang dia janjikan untuk dikembangkan termasuk beberapa rudal hulu ledak, kapal selam nuklir, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, rudal hipersonik dan sebagainya.

Sejak awal 2019, pembicaraan denuklirisasi antara Korea Utara dengan Amerika Serikat terhenti. Sementara itu, Korea Utara berfokus pada perluasan persenjataan nuklir dan misilnya. Sejak awal 2022, Korea Utara telah melakukan lebih dari 100 kali uji coba rudal, banyak di antaranya dapat membawa hulu ledak nuklir dan berpotensi menyerang daratan Amerika Serikat.

Korea Utara mengklaim bahwa uji coba senjata itu sebagai tindakan pertahanan diri dalam menanggapi latihan militer AS – Korea Selatan yang bersifat ovensif. Para pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan, latihan mereka bersifat defensif dan diintensifkan sebagai tanggapan atas meningkatnya ancaman nuklir dari Korea Utara. (sin)