Partai Komunis Tiongkok Adalah ‘Hiu Putih’ yang Dibesarkan oleh ‘Nelayan’ AS dan Barat

Wei Tuo

Dua kubu di dunia saat ini telah berubah dari AS dan Uni Soviet menjadi AS dan Tiongkok, atau konfrontasi hidup dan mati antara dunia yang beradab dan kediktatoran komunis. Ironis memang – Partai Komunis Tiongkok (PKT), yang membesar selama 40 tahun terakhir, sebenarnya dibesarkan oleh para politisi Amerika dan perusahaan-perusahaan Barat yang menganut paham peredaan. Kini, ‘hiu muda’ yang dulunya adalah ‘hiu kecil’ telah tumbuh menjadi ‘hiu putih besar’, yang membawa masalah dan ancaman tak berkesudahan bagi dunia.

Matthew Pottinger Menggunakan “Hiu Putih Besar” Sebagai Metafora untuk PKT mendapatkan konsensus

Orang Tiongkok akrab dengan Fabel Aesop. Sekarang “Petani dan Ular” mementaskan versi kontemporer. Matthew Pottinger, wakil penasihat keamanan nasional untuk mantan Presiden AS Donald Trump, mengatakan bahwa PKT adalah hiu yang dipelihara hingga besar oleh Amerika Serikat. Dia telah menjadi ancaman besar bagi dunia demokrasi.

Ia mengatakan ini dalam sebuah wawancara dengan Nihon Keizai Shimbun pada  4 Mei.

“Kami melihat bayi hiu ini dan mengira kami bisa mengubahnya menjadi lumba-lumba” jelasnya.

 “Kami terus memberi makan hiu dan hiu ini terus tumbuh. Sekarang kami harus menghadapi hiu putih besar yang sulit dihadapi,” tambahnya.

Dia percaya bahwa hubungan yang memburuk saat ini antara Amerika Serikat dan Tiongkok, “Bukan kebijakan Amerika Serikat yang menyebabkan ketegangan ini, tetapi adalah pemahaman AS tentang strategi aktual rezim komunislah yang membuat AS dan negara demokrasi industri lainnya mengembangkan strategi tandingan.” 

Metafora Hiu Putih Besar memicu diskusi hangat dari semua lapisan masyarakat.

Mantan Wakil Asisten Menteri Pertahanan AS Elbridge Colby dalam cuitannya bahwa dia setuju dengan perumpamaan Matthew Pottinger tentang PKT sebagai hiu putih besar, dan berkata: “Apakah Anda akan berjalan sambil mengunyah permen karet saat berurusan dengan hiu putih besar? Jelas itulah yang kami lakukan sekarang.”

 “Nelayan dan Hiu Putih Besar” vs “Petani dan Ular”

Dalam dongeng “Petani dan Ular”, seorang petani yang baik hati melihat seekor ular beracun yang membeku dan merasa kasihan padanya, jadi dia memegang ular itu di lengannya untuk menghangatkannya. Namun setelah ular itu menghangat, dia malahan menggigit dada petani itu, sehingga petani itu mati keracunan. 

Dalam versi Yunani, petani menghela nafas sebelum dia mati : “Saya layak mendapatkan balas jahat ketika saya kasihan kepada yang jahat.” Dalam fabel Romawi versi Latin yang disusun oleh Phaedrus, ular member pelajaran pada petani : “Jangan mengharapkan imbalan dari orang jahat.”

Namun demikian, Amerika Serikat, negara terkuat di dunia selama seratus tahun, telah melupakan ajaran orang dahulu, dan telah mendeduksikan kisah “nelayan dan hiu putih besar” dalam beberapa dekade.

Terutama setelah memasuki abad ke-21, PKT menjadi semakin kuat, menjadi poros jahat otokrasi dan fasisme yang melampaui bekas Uni Soviet, menimbulkan ancaman menyeluruh bagi Barat, terutama Amerika Serikat, termasuk infiltrasi politik, agresi ekonomi , tantangan militer, pencurian teknologi, ancaman senjata biologis dan kimia,  serangan spionase dunia maya, gigitan serigala perang diplomatik…….., terus mencoba menumbangkan dan menggantikan tatanan dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat.

Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan hubungan Amerika Serikat— Tiongkok yang memburuk, dan dunia beradab berkumpul untuk mengepung PKT, orang-orang mulai memeriksa secara mendalam peta jalan tentang bagaimana PKT tumbuh berkuasa selama 40 tahun dan kemudian mengancam umat manusia.

Kesalahan besar pertama : “bayi hiu” dianggap sebagai lumba-lumba oleh “nelayan” Amerika

Nyatanya, terjalinnya hubungan diplomatik antara Amerika Serikat— Tiongkok merupakan awal dari para nelayan Amerika yang memberi makan bayi hiu PKT.

Pada awal 1970-an, Mao Zedong dan klik jahat PKT sedang dalam proses kehancuran oleh “Revolusi Kebudayaan” yang diluncurkan sendiri. Semua industri ditinggalkan dan hati orang-orang menjadi dingin.

Hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok tetap dingin karena keterlibatan Tiongkok dalam Perang Korea dan Perang Vietnam melawan Amerika Serikat. Pada pertengahan Revolusi Kebudayaan, hubungan antara Uni Soviet dan Tiongkok memburuk.

Ketika pemerintahan Richard Nixon Amerika Serikat sedang berusaha mencari penyeimbang komunis Uni Soviet,  otoritas PKT melihat celah strategis untuk bertahan hidup, sejak bulan Maret tahun 1971, Mengambil kesempatan untuk berpartisipasi dalam Kejuaraan Tenis Meja Dunia ke-31 di Nagoya, Jepang, PKT berinisiatif mempolitisasi olahraga, dia menggunakan “diplomasi ping-pong” untuk menunjukkan dukungannya kepada Amerika Serikat, dan melakukan apa yang disebut jembatan “bola kecil memutar bola besar”, memecahkan kebekuan hubungan AS–Tiongkok.

Pada  Oktober tahun 1971, PKT memenangkan suara dari negara-negara berkembang di Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan bantuan asing, dan diusulkan oleh negara komunis Albania, yang akhirnya mengeluarkan “Resolusi 2758 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa”, yang membiarkan rezim PKT untuk menggantikan Republik Tiongkok (R.O.C) sebagai negara pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi anggota tetap dewan, dan memiliki suara yang besar dalam berpartisipasi dan mempengaruhi urusan internasional.

Setelah itu, politisi Amerika Serikat Henry Kissinger melakukan operasi ulang-alik, yang memfasilitasi kunjungan Presiden AS Nixon ke Tiongkok daratan pada tahun 1972. Amerika Serikat meninggalkan Republik of China (R.O.C) pada tahun 1979 dan menjalin hubungan diplomatik dengan PKT, pada saat yang sama, “Perjanjian Pertahanan Bersama R.O.C—AS” yang ditandatangani dengan Republik Tiongkok diakhiri. Dampak negatif dari langkah ini berlanjut hingga saat ini, menyebabkan PKT sekarang tidak ragu untuk menuntut reunifikasi militer Taiwan.

Melihat kembali sejarah, kita melihat pemandangan yang sangat ironis. Pada 9 April tahun 1974, Deng Xiaoping, Wakil Perdana Menteri Partai Komunis Tiongkok, menyampaikan pidato di Sidang Istimewa Keenam Majelis Umum PBB, yang menguraikan tentang kebijakan luar negeri rezim Komunis Tiongkok.  Deng saat itu telah sudah mengusulkan untuk membentuk tatanan politik dan ekonomi internasional yang baru, dan menyatakan :

“Tiongkok sekarang bukan, dan di masa depan juga tidak akan menjadi negara adidaya. Jika suatu hari Tiongkok berubah warna, menjadi negara adidaya dan mendominasi dunia, mengintimidasi, menyerang dan mengeksploitasi orang lain di mana-mana, maka orang-orang di dunia harus memberi Tiongkok sebuah  topi sosial-imperialisme untuk dikenakan, dia harus diekspos, ditentang, dan digulingkan bersama-sama dengan rakyat Tiongkok.”

Mengingat strategi luar negeri Partai Komunis Tiongkok saat ini yang bertentangan dengan kata-kata indah Deng Xiaoping, situs Kementerian Luar Negeri Partai Komunis Tiongkok tidak lagi dapat membuka kutipan dari Deng Xiaoping ini.

Kesalahan Besar Kedua : Pembantaian 4 Juni, Penenangan AS, bayi Hiu mengunjukkan gigi

Peristiwa pembantaian 4 Juni pada tahun 1989 mengejutkan dunia. Puluhan ribu pelajar yang belajar di Beijing dan warga Beijing yang menentang pejabat korup yang merugikan negara serta menuntut reformasi demokrasi dibantai oleh tentara Komunis.

Situasi internasional saat itu bergejolak dan tidak dapat diprediksi, terutama, pada tahun berikutnya, lebih dari 20 negara di kubu sosialis Uni Soviet dan Eropa Timur berubah warna dalam semalam, yang membuat otoritas PKT gemetar ketakutan dan merasakan perasaan yang kuat tentang kiamat yang akan segera terjadi.

Namun, dalam situasi ini, Amerika Serikat sekali lagi menjadi kepiting berkaki lunak. Tidak hanya dia tidak mengambil kesempatan untuk memberantas PKT, rezim totaliter komunis terakhir, tetapi dia sekali lagi kembali menjadi nelayan yang “baik hati”.

Sekitar peringatan 30 tahun tanggal 4 Juni pada tahun 2019, sekumpulan file Gedung Putih dideklasifikasi, mengungkapkan kisah orang dalam tentang penanganan AS atas insiden 4 Juni di Tiongkok.

File yang dibuka untuk umum menunjukkan bahwa setelah pembantaian 4 Juni tahun 1989, Presiden AS George H.W. Bush mencoba menghubungi Deng Xiaoping berkali-kali melalui surat dan telepon, tetapi ditolak. Jadi Bush Sr. mengirim Penasihat Keamanan Nasionalnya Brent Scowcroft dan Wakil Menteri Luar Negeri Lawrence Sidney Eagleburger secara diam-diam pergi ke Beijing untuk menghubungi Deng Xiaoping secara langsung.

Namun, pada  5 Juni, sehari setelah pembantaian 4 Juni, Bush Sr. segera membuat apa yang disebut penilaian “rasional”, mengklaim bahwa itu didasarkan pada “kepentingan jangka panjang” Amerika Serikat dan “pemahaman situasi internal yang kompleks di Tiongkok”, jangan “tanggapan emosional”, tetapi harus “tindakan yang masuk akal dan hati-hati”.

Chang Ping, seorang komentator politik yang tinggal di Jerman, percaya bahwa Bush Sr. dan para penerusnya, demi untuk apa yang disebut “kepentingan jangka panjang” Amerika Serikat, telah berulang kali mengadopsi kebijakan penenangan terhadap perbuatan jahat PKT, memberi hati pada musuh mengundang malapetaka, yang  menyebabkan babak belur hari ini.

Chang Ping mengkritik bahwa melihat ke belakang tiga puluh tahun kemudian, tidak ada keraguan, dapat menarik kesimpulan bahwa Bush Sr. berpandangan pendek dan melewatkan kesempatan yang baik untuk menghukum iblis dan menahan PKT, yang justru merusak “Kepentingan jangka panjang ” Amerika Serikat dan telah mengkhianati nurani seluruh umat manusia, membiarkan dunia kembali ke kesulitan Perang Dingin, kejahatan yang luar biasa.

Faktanya, sejak 8964, untuk mempertahankan kekuasaan politik, PKT telah menghabiskan taktik seperti “menangkap ikan di air keruh”, “mengarungi laut dengan muslihat”, “diam-diam melintasi Chencang”, “member kelonggaran lebih dahulu untuk mengekang lebih ketat kemudian” dan ” melakukan kecurangan” dan lain-lain muslihat, termasuk trik main nakal, trik wanita cantik, trik melukai diri sendiri, untuk menipu atau memenuhi kepercayaan dari berbagai periode pemerintah AS dan raksasa bisnis, ditambah dengan propaganda asing besar PKT yang mencampuri opini publik AS, membuat angin peredaan berlaku di pemerintah dan oposisi AS, dan yang hebat hiu putih besar sekali lagi terhindar dari tombak.

Kesalahan besar ketiga : masuknya ke dalam WTO, hiu putih sudah menjadi besar

Jika menggantikan posisi Republik Tiongkok (R.O.C) di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1972 adalah kasus paling sukses dalam politik internasional yang dianggap oleh PKT, maka hal lain yang dibanggakan oleh PKT adalah aksesinya ke Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun 2001.

Setelah PKT bergabung dengan WTO, lanskap ekonomi global berubah. Dalam 20 tahun terakhir, “Made in China” telah menjadi label dunia. PKT telah meningkat pesat dalam perdagangan luar negeri, industri teknologi tinggi, Internet dan bidang lainnya, dan telah menyerap sejumlah besar investasi asing. Segera naik ke status internasional sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, yang setara dengan Amerika Serikat. 

Sejak saat itu, PKT percaya bahwa inilah saatnya untuk membuang strategi Deng Xiaoping untuk tidak menonjolkan diri. Akibatnya, orang-orang melihat bahwa Partai Komunis Tiongkok dan para pejabatnya tidak lagi memiliki wajah asli yang rendah hati. Para cendekiawan ekspatriat PKT dan mahasiswa internasional, termasuk generasi kedua pejabat merah, masuk ke jurusan mutakhir di universitas-universitas Amerika; Sejumlah besar hak kekayaan intelektual berteknologi tinggi di Amerika Serikat mengalir ke Tiongkok ; Pejabat korup PKT, pengusaha yang menjadi kaya dalam semalam melalui kolusi politik dan bisnis, para sarung tangan putih, termasuk anggota keluarga dan gundik mereka, sering muncul di komunitas kaya Amerika Serikat, mereka membeli rumah mewah, mobil mewah, dan barang mewah dengan profil tinggi, dan bahkan tidak merahasiakan hubungan intim mereka dengan pejabat senior di Washington DC, dan koneksi  berbagai kepentingan mereka dengan bos  Wall Street…….

Tiongkok, tampaknya, bukan lagi “Tiongkok” dalam film dokumenter karya Michelangelo Antonioni. Hiu putih besar PKT telah digemukkan.

Hiu putih besar menyerang wilayah beradab

Baru setelah Donald John Trump, Presiden ke-45 Amerika Serikat, menjabat, pemerintahannya menyadari bahwa PKT bukanlah lumba-lumba jinak, melainkan hiu putih besar yang pandai menyamar dan membahayakan Amerika Serikat. Matthew Pottinger adalah anggota senior tim yang sangat paham tentang sifat jahat PKT.

Selama beberapa tahun terakhir, hiu putih besar yang sudah dibesarkan ini telah menyerang ke mana-mana, menyerang masyarakat yang beradab dan mengganggu ketertiban di mana-mana. Diantaranya yang paling dikritik oleh dunia luar termasuk :

Memerahkan  Hong Kong : Pada tahun 2019, Hong Kong pecah gerakan menentang “RUU Amandemen Undang-Undang Pelanggar Buronan”, umumnya dikenal sebagai “anti-ekstradisi”. Di Hong Kong dengan 7 juta orang, pada tanggal 9 Juni, 16 Juni dan 18 Agustus, berturut-turut pecah demonstrasi besar-besaran  dengan 1 juta, 2 juta dan 1,7 juta orang turun ke jalan untuk memprotes, para pengunjuk rasa percaya bahwa RUU itu memungkinkan tersangka kriminal Hong Kong diekstradisi ke Tiongkok daratan untuk diadili dan tidak dapat menjamin pengadilan yang adil, merusak status yurisdiksi independen Hong Kong yang diabadikan dalam “satu negara, dua sistem” yang dijanjikan oleh PKT dan Undang-Undang Dasar. 

Hong Kong telah menangkap 10.279 orang dalam berbagai demonstrasi, sebagian besar dari mereka adalah anggota gerakan “Revolusi Era Bebaskan Hong Kong”, yang terdiri dari mahasiswa dan guru dari banyak universitas di Hong Kong setelah PKT memberlakukan “Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong”, usia berkisar antara 11 hingga 84 tahun. Jumlah penangkapan tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah gerakan sosial di Hong Kong ; Lebih dari 1.170 dari mereka dihukum. Penindasan besar-besaran terhadap rakyat oleh polisi Hong Kong dianggap sebagai krisis politik, demokrasi dan hak asasi manusia yang paling parah sejak pembukaan Hong Kong dan penyerahan kedaulatan pada tahun 1997. Sejak itu, Hong Kong, Mutiara dari Timur, dengan cepat jatuh ke dalam kota yang hampir setara dengan Tiongkok daratan.

Ekspansi Eksternal : “One Belt One Road” adalah komponen inti dari apa yang disebut strategi “diplomasi negara besar” Partai Komunis Tiongkok. Sejak diusulkan pada tahun 2013, sabuk ekonomi transnasional yang dipimpin oleh proyek tersebut telah berinvestasi di hampir 70 negara dan organisasi internasional, meliputi daratan Tiongkok, Asia Tengah, Asia Utara dan Asia Barat, Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim dalam sejarah Tiongkok , Negara-negara di sepanjang Samudera Hindia, Mediterania, Amerika Selatan dan kawasan Atlantik.

PKT mencari peran kepemimpinan yang lebih besar dalam urusan global. Proyek ini memiliki target tanggal penyelesaian 2049 —- Peringatan 100 tahun berdirinya rezim Komunis. Hingga bulan Januari tahun 2023, pemerintah Tiongkok telah menandatangani lebih dari 200 dokumen kerja sama tentang pembangunan bersama “One Belt One Road” dengan 151 negara dan 32 organisasi internasional.

Para penentang mengkritik bahwa dalam proses pembangunan PKT telah melanggar hak asasi manusia dan mempengaruhi lingkungan. Beberapa pemerintah, termasuk Amerika Serikat, menuduh “One Belt One Road”  melakukan neo-kolonialisme dan imperialisme ekonomi melalui diplomasi jebakan utang.

Sebuah makalah yang diterbitkan oleh Belfer Center for Science and International Affairs pada tahun 2018 mengusulkan tiga tujuan strategis di balik pinjaman besar-besaran PKT : (1) Untuk menyelesaikan dilema strategis untaian mutiaranya ; (2) Untuk memproyeksikan kekuatan pada rute perdagangan penting Asia Selatan ; ( 3) Mematahkan pengepungan rezim PKT oleh aliansi regional pimpinan AS, memungkinkan angkatan laut PKT menerobos “rangkaian pulau kedua”.

Wolf Warrior Diplomacy : Insiden terbaru terjadi ketika duta besar PKT untuk Prancis, Lu Shaye, mengatakan dalam sebuah wawancara pada 21 April bahwa negara-negara bekas Uni Soviet tidak memiliki “kedaulatan efektif” di bawah hukum internasional, menyebabkan kegemparan. Sedangkan Lu Shaye hanyalah satu contoh dari diplomasi serigala perang PKT.

Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly mengumumkan pada 9 Mei bahwa untuk mempertahankan sistem demokrasi Kanada, Zhao Wei, seorang diplomat dari Konsulat Tiongkok di Toronto, diusir.

Zhao Wei dikonfirmasi oleh Badan Keamanan Kanada bahwa dia telah membantu badan intelijen Komunis Tiongkok dalam mengancam anggota parlemen Kanada Michael Chong dan kerabatnya di Hong Kong.

PKT menuduh Zhuang Wenhao memberikan suara dukungan untuk mosi pada tahun 2021 yang mengutuk PKT atas genosida di Xinjiang.

Beberapa jam setelah Zhao Wei diusir dari Kanada, PKT membalas dengan mengusir Jennifer Lalonde, konsul Kanada di Shanghai.

Ancaman Militer ke Taiwan : Dalam beberapa tahun terakhir, PKT telah berulang kali mengirim pesawat militer dan kapal perang untuk mengancam keamanan Taiwan, membuat isyarat untuk merebut Taiwan dengan kekuatan militer. Terutama pada saat PKT menganggapnya tidak dapat ditolerir, termasuk mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan banyak pejabat AS lainnya yang mengunjungi Taiwan berturut-turut, dan Presiden Tsai Ing-wen dari Republik of China (R.O.C) memberikan pidato di AS, PKT lebih sering mengirimkan pesawat militer dan kapal perang untuk mengganggu Taiwan. Hal ini menyebabkan pengesahan “Undang-Undang Kebijakan Taiwan” terbaru oleh Senat dan Dewan Perwakilan AS pada tahun 2022 untuk menyesuaikan kebijakan Taiwan secara komprehensif.

Matthew Pottinger  tidak takut dengan “tinju besi sosialisme”

Matthew Pottinger yang mengumpamakan PKT sebagai “Hiu Putih Besar”, lulus dari University of Massachusetts Amherst dengan gelar dalam Studi Tiongkok dan fasih berbahasa mandarin. Setelah lulus, dia bekerja sebagai reporter Reuters dan Wall Street Journal serta sebagai perwira di Korps Marinir AS. Dari 22 September tahun 2019 hingga 7 Januari tahun 2021, Matt Pottinger menjabat sebagai wakil penasihat keamanan nasional pemerintahan Trump.

Laporan Matthew Pottinger telah diberikan penghargaan oleh Asian Publishers Association dan dinominasikan untuk Penghargaan Pulitzer. Dia telah menjadi wartawan media AS di Tiongkok selama tujuh tahun.

Matthew Pottinger dipukuli oleh keamanan negara PKT ketika dia sedang melakukan penyelidikan di Tiongkok. “Wajah saya dipukul oleh preman pemerintah di Starbucks di Beijing yang mencoba menghentikan saya untuk menyelidiki situasi perusahaan Tiongkok yang menjual bahan bakar nuklir ke negara lain.” tulisnya dalam memoar tahun 2005 di Wall Street Journal. 

Matthew Pottinger juga meliput peristiwa besar seperti wabah SARS di Tiongkok. Dia juga ditangkap oleh polisi karena melaporkan masalah korupsi PKT. Dia kemudian mengatakan dalam sebuah wawancara dengan ABC: “Saat itu saya dikelilingi oleh sekelompok polisi PKT, dan saya berdiri di toilet, melihat catatan wawancara saya dirobek halaman demi halaman dan dibuang ke toilet.”

Matthew Pottinger  tidak segan-segan mengkritik Rupert Murdoch, taipan media,pemilik The Wall Street Journal, karena tunduk kepada PKT.

PKT juga yang mendorong Matthew Pottinger  untuk meninggalkan jurnalisme pada tahun 2005 di usia 30-an untuk bergabung dengan Korps Marinir AS.

Matthew Pottinger  mengatakan pengalaman depresi dia di Tiongkok telah memicu patriotisme dalam dirinya dan memberinya pemahaman yang lebih dalam tentang negaranya.

“Kehidupan di Tiongkok dapat menunjukkan kepada Anda apa yang dapat dilakukan negara non-demokratis terhadap warganya.” tulis Matthew Pottinger dalam artikel Wall Street Journal tahun 2005.

“Saya melihat pengunjuk rasa dihentikan dan dipukuli oleh polisi berpakaian preman di Lapangan Tiananmen, dan saya direkam dengan video oleh agen pemerintah ketika saya berbicara dengan seorang sumber.”   

Pengalaman pribadi Matthew Pottinger mendorongnya untuk mengadvokasi penggabungan kebijakan perdagangan dengan keamanan nasional dan mengambil sikap keras terhadap PKT selama masa jabatannya sebagai pejabat di Dewan Keamanan Nasional.

Pada 2020,  Matthew Pottinger  mengambil kesempatan Tiongkok memperingati Gerakan 4 Mei untuk memberikan pidato “Semangat “4 Mei” Tiongkok dari Perspektif Amerika”. Dia menyindir masa kini dengan menggunakan hal-hal dari zaman kuno, menafsirkan kebijakan AS terhadap PKT dalam bahasa Mandarin yang fasih. Dia dielu-elukan sebagai “pidato mandarin pertama dalam sejarah pejabat senior Gedung Putih.”

Pada 21 Januari 2021, Kementerian Luar Negeri Partai Komunis Tiongkok mengumumkan sanksi terhadap 28 orang Amerika dan kerabat mereka, Matthew Pottinger termasuk di dalamnya. (lin)