Pasangan Suami Istri Sebaiknya Tidak Melakukan 10 Hal Berikut

EtIndonesia. Bagi pasangan suami istri, pertengkaran dalam hubungan adalah suatu hal yang wajar dan normal. Dengan adanya pertengkaran kamu juga bisa lebih mengerti karakter pasangan. Karakter yang berbeda terkadang memicu berbagai perdebatan dan pendapat yang berseberangan.

Namun, selesaikan pertengkaran yang terjadi secara sehat dan dewasa. Tentunya, proses penyelesaian masalah akan memengaruhi kondisi hubungan kamu dan pasangan. Bukan hanya itu, sebaiknya ketahui beberapa hal yang perlu dihindari saat bertengkar dengan pasangan. Dengan begitu, penyelesaian masalah rumah tangga akan lebih mudah.

Saat Anda berselisih dengan pasangan Anda, jangan lakukan 10 hal berikut ini:

  1. Bertengkar di depan orang lain

Perbedaan pendapat itu bisa terjadi antar manusia, tak menutup kemungkinan itu juga terjadi antara suami istri. Tapi hati-hati jangan sampai bertengkar di depan orang lain. Berdebat tentang beberapa masalah di depan orang lain selain tidak menyelesaikan masalah, malahan akan memperburuk situasi.

Baik suami maupun istri keduanya pasti ingin menyelamatkan muka masing-masing, sedangkan berdebat di depan orang lain pasti ada dorongan untuk tidak mau kalah, yang seringkali akan berujung pada situasi akhir yang sulit diduga.

Oleh karena itu, pasangan yang baik harus ingat : Jagalah muka pasangan Anda lebih-lebih di depan teman dan anggota keluarga.

Sikap Anda terhadap pasangan Anda menentukan tingkat rasa hormat orang lain terhadapnya. Jika Anda tidak peduli kepada pasangan Anda, maka orang lain juga akan memandang rendah pasangan Anda.

Seperti kata pepatah : “Bertepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi”. Artinya pertengkaran baru bisa terjadi karena adanya 2 pihak yang saling bertentangan, dan kedua-duanya pasti ada kesalahan. Oleh karena itu saling mengakui kesalahan dan saling memaafkan itu paling penting.

  1. Jangan berdebat di depan putra-putri

Hindari berdebat mengenai masalah suami istri di depan putra putri karena mereka tidak bersalah. Selain itu bayangan pertengkaran orangtua dalam benak anak-anak dapat tertinggal lama dan mempengaruhi sikap mereka terhadap pernikahan ketika mereka dewasa kelak.

Rasa aman anak-anak terletak pada hubungan antara kedua orangtua mereka, yang tidak dapat digantikan oleh kehidupan materi apa pun. Jika anak tidak dapat menikmati suasana dan rasa cinta di rumah, tanpa disadari perilaku orangtua itu dapat merugikan generasi berikut.

Oleh karena itu, pasangan yang baik harus menjadi teladan bagi anak-anaknya.

  1. Bertengkar ketika pasangan sedang sakit

Hindari bertengkar saat pasangan sedang sakit, mengalami depresi, tekanan karena pekerjaan dsb. Bertengkar dalam situasi demikian hanya akan memperdalam konflik antara suami dan istri.

Oleh karena itu, pasangan yang baik saling mencintai seperti mereka mencintai diri mereka sendiri.

  1. Mengungkit-ungkit masa lalu

Beberapa pasangan suka mengungkit-ungkit masalah lama ketika bertengkar, seperti kesalahan yang dilakukan pihak lain, atau kekasih pihak lain di masa lalu. Hal ini akan meningkatkan intensitas pertengkaran dan menimbulkan konflik yang semakin dalam.

Ini juga merupakan perilaku paling bodoh bagi pasangan yang sedang bertengkar bila selalu mengungkit-ungkit kesalahan di masa lalu. Bagaimana pun, perdebatan yang terjadi saat ini adalah bertujuan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi, sedangkan mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu hanya akan memperumit masalah, yang tidak akan membantu menyelesaikan masalah.

Jadi biarlah masa lalu menjadi sejarah, jangan diungkit lagi. Pasangan yang baik harus belajar bertoleransi, mencintai pasangan hidup, peduli satu sama lain.

  1. Jangan melibatkan orang tua dan atau anggota keluarga lain ketika bertengkar

Saat pasangan bertengkar, jangan saling menyakiti orang tua dan atau anggota keluarga lain. Pertengkaran tidak bertujuan untuk saling melecehkan, apalagi melibatkan orang tua atau anggota keluarga. Menghina anggota keluarga pasangan adalah hal yang mutlak harus dicegah.

Menghormati keluarga pasangan, berempati, hormati kedua orang tua secara setara, hargai semua “cinta” yang muncul di sekitar pasangan suami istri, termasuk keluarga, persahabatan, kasih sayang dll., hargai semua yang telah diperoleh, termasuk status sosial, kehormatan, dsb. Dan ketika suami atau istri bisa memperlakukan kerabat dari pasangannya dengan hati yang tulus, maka mereka pun akan menghargai suami atau istri dengan hati yang tulus juga.

Jadi, pertengkaran atau perdebatan antara suami istri adalah hal biasa, jangan terlalu menaruh masalah dalam hati, dan jangan sampai orang tua tahu, tetapi tingkatkan komunikasi dan saling pengertian antara suami istri. Hari yang mau dilalui masih panjang, jangan lupa memikirkan perasaan dari pasangan ketika sedang marah.

  1. Jangan suka menghancurkan barang

Jangan menghancurkan barang-barang saat bertengkar, suara dari pertengkaran itu umumnya sudah tinggi, dan terlalu dramatis kalau ditambah lagi dengan suara peralatan yang pecah, itu akan mengganggu tetangga dan membuat anak-anak takut.

Terlebih lagi, jika barang-barang yang dihancurkan itu dibeli dengan uang sendiri. Orang yang berakal tidak harus berbicara dengan nada tinggi, sekali pun bertengkar, sopan santun wajib dipertahankan. Jika benar-benar tak tahan, mungkin kemarahan bisa dilampiaskan lewat melempar bantal misalnya, hindari melempar barang yang dapat menimbulkan suara menusuk telinga. Yang akhirnya juga meremukkan hati suami istri yang sedang bertengkar.

Kemarahan yang timbul antara suami istri itu tak bedanya dengan sebilah pisau yang bermata dua. Mengapa pasangan yang baik justru rela saling menjatuhkan hanya demi menangnya sendiri ? Apakah saling mengalah itu merugikan kerukunan ?

  1. Mengucapkan kata-kata yang menyakitkan pasangan

Saat bertengkar, orang sering mengeluarkan ucapan yang sembarangan, atau suka membanding-bandingkan istri/suaminya dengan istri/suami orang lain.

“Lihatlah betapa cakapnya suami orang lain, tapi kamu hanya seorang pecundang !”, “Lihatlah istri si-anu, dia wanita yang baik, lembut dan pengertian, tapi kamu tidak bisa berbuat apa-apa !” Kata-kata ini hanya akan menghancurkan kepercayaan diri pasangan.

Jadi, pasangan yang baik akan menolak untuk saling menyakiti !

  1. Menggunakan kematian untuk mengancam pasangan

Beberapa pasangan sering menggunakan kata “Mati” sebagai ancaman bagi lawan jenisnya. “Hidup tidak lagi ada artinya bagi saya !”, “Saya tunjukkan kematian di hadapan kamu !” dan sebagainya. Mengancam pasangan dengan “kematian” adalah cara yang sangat bodoh.

Oleh karena itu, pasangan yang baik tidak boleh melampiaskan kemarahan dengan mengeluarkan ancaman seperti itu.

  1. Melakukan kekerasan

Saat bertengkar, tangan juga harus dijaga. Bahkan saat marah pun, sebisa mungkin harus tetap memiliki kendali. Tamparan di wajah dapat menghancurkan kebaikan yang sudah ditanam selama bertahun-tahun, dan mempermalukan kedua belah pihak.

Kulit dan daging yang terpukul, tetapi hati dan jiwa yang terluka. Luka kulit mudah diobati, tetapi luka di hati dan jiwa sulit disembuhkan.

Karena itu, pasangan yang baik harus selalu ingat : Emosi sama dengan iblis !

  1. Menggunakan perceraian untuk mengancam pasangan

Tidak mudah mempersatukan dua orang untuk membentuk keluarga, so, jangan sembarangan mengucapkan kata “cerai”. Apalagi jika mengucapkan hal itu saat bertengkar, karena dorongan emosi, tidak dapat dihindari bahwa pasangan akan membuat pilihan salah yang akan disesalkan seumur hidup.

“Cerai” itu kata yang sangat sensitif, dan mudah merusak ikatan emosional yang terjalin di antara suami istri, sangat berbahaya jika diumbar saat bertengkar. Itu hanya akan memperparah konflik keluarga.

Nah, bahwa suami istri bukan lagi dua orang, melainkan satu kesatuan. Jadi jangan begitu mudah berkata “cerai”. (sin/yn)

Sumber: aboluowang