Pergolakan Politik, Xi Jinping Dikritik oleh Para Pemimpin Senior PKT Selama Pertemuan Beidaihe

NTD

Absennya Xi Jinping di KTT G20 India telah menarik perhatian internasional. Katsuji Nakazawa, mantan Kepala Biro Tiongkok “Nikkei”, baru-baru ini mengatakan bahwa ketidakhadiran Xi Jinping di KTT G20 India menyiratkan bahwa situasi politik di Tiongkok sedang tidak stabil. Ia mengutip ucapan dari sumber yang mengetahui masalah mengungkapkan, bahwa Xi Jinping telah mendapat kritikan dari para pemimpin senior Partai Komunis Tiongkok (PKT) selama pertemuan Bedaihe di awal Agustus lalu.

Katsuji Nakazawa mengatakan, meski isi pertemuan Beidaihe belum pernah diumumkan secara resmi, tetapi rincian pembicaraan tertutupnya tahun ini sudah mulai muncul ke permukaan.

Pertemuan Beidaihe diadakan tanpa kehadiran para sesepuh partai yang paling berpengaruh. Mantan pemimpin PKT Jiang Zemin sudah meninggal pada November tahun lalu, sedangkan pendahulu Xi Jinping, yakni Hu Jintao yang kini berusia 80 tahun, jarang terlihat sejak ia “dibawa keluar secara kasar” dari Balai Agung Rakyat, Beijing saat Kongres Nasional PKT ke-20 pada Oktober tahun lalu.

Katsuji Nakazawa juga menyampaikan bahwa meskipun ketidakhadiran mereka mungkin membantu menciptakan situasi yang ideal bagi Xi untuk berbuat sekehendaknya, namun tidak sesederhana itu.

Perekonomian Tiongkok mengalami laju penurunan yang belum pernah terjadi sejak Tiongkok melaksanakan “reformasi dan keterbukaan”. Industri real estate sedang terpuruk, pengangguran kaum muda telah menggapai puncak tertinggi sampai pemerintah Tiongkok “malu” dan memilih tidak lagi mengeluarkan data resmi.

Selain itu, setelah 2 orang pemimpin tertinggi Pasukan Roket Tiongkok disingkirkan secara paksa, tentara mengalami kekacauan. Pada bulan yang sama, menteri luar negeri Tiongkok, Qin Gang, dipecat karena alasan yang dirahasiakan, jadi sampai saat ini alasannya masih bersifat spekulatif.

Sumber mengungkapkan bahwa sebelum pertemuan Beidaihe, para pemimpin senior PKT telah mengadakan pertemuan awal untuk merangkum pendapat mereka, dan kemudian mengirimkan beberapa orang ke pertemuan Beidaihe untuk menyampaikan kesimpulan yang diperoleh kepada Xi Jinping saat itu.

Inti dari pesan para pemimpin veteran tersebut adalah jika gejolak politik, ekonomi, dan sosial di Tiongkok terus berlanjut tanpa adanya respons yang efektif, PKT berpotensi kehilangan pengaruhnya di masyarakat dan menimbulkan ancaman terhadap rezim yang berkuasa.

“Kita tidak boleh terus mengalami gejolak”, kata para pemimpin veteran.

Setelah secara tak terduga ditantang oleh para tetua, Xi berkumpul dengan kroni-kroninya yang telah diangkat ke posisi puncak. Menurut informasi yang telah beredar, Xi Jinping melampiaskan ketidakpuasannya kepada anggota kabinetnya, kemudian melempar kesalahan kepada ketiga pendahulunya, yakni Deng Xiaoping, Jiang Zemin, dan Hu Jintao.

Kabarnya, Xi Jinping mengatakan : “Semua masalah yang ditinggalkan oleh tiga pemimpin sebelumnya ada di pundak saya. Saya telah menyelesaikan masalah ini selama sepuluh tahun terakhir dan masalah tersebut masih belum terselesaikan sepenuhnya. Apakah kesalahan ini menjadi tanggung jawab saya ?”

Curhatan Xi Jinping ini membuat para pembantu Xi “gemetar” ketakutan, terutama Li Qiang, Perdana Menteri Tiongkok. Perekonomian Tiongkok yang dipimpin oleh Li Qiang sedang menghadapi tantangan besar.

Katsuji Nakazawa mengatakan, bahwa keputusan Xi Jinping untuk tidak menghadiri KTT G20 mendatang di India kemungkinan besar untuk menghindari kehilangan muka. G20 kemungkinan akan membahas perekonomian Tiongkok dan dampaknya terhadap perekonomian global. Kesimpulan yang mungkin diambil oleh lingkaran dalam Xi Jinping adalah mengutus Li Qiang, yang bertanggung jawab atas perekonomian Tiongkok ke India untuk mengatasi kemungkinan masalah itu.

Sebelum ketidakhadirannya di KTT G20, ketidakhadiran Xi Jinping lainnya juga menarik perhatian dunia luar. Pada akhir Agustus, tak lama setelah pertemuan Beidaihe, Xi Jinping secara tak terduga melewatkan forum bisnis penting selama pertemuan puncak BRICS di Afrika Selatan.

Kejadian ini membuat para pakar urusan Tiongkok mengatakan bahwa ada hal yang tidak beres, pasalnya Xi Jinping sudah lebih dulu tiba di Afrika Selatan. Tetapi pendapat lainnya adalah bahwa Xi tidak menghadiri forum tersebut karena takut ditanya langsung tentang kinerja ekonomi Tiongkok yang buruk.

Katsuji Nakazawa mengatakan, faktor utama lainnya yang menyebabkan ketidakhadiran Xi di KTT G20 India adalah hubungan AS – Tiongkok yang memburuk tampaknya tidak akan dapat diselesaikan dalam waktu dekat.

Namun hanya beberapa hari setelah pertemuan Beidaihe berakhir, mantan Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang membuat penampilan publik pertamanya sejak pensiun pada Maret tahun ini. Ia muncul di Gua Mogao di Dunhuang dengan senyuman di wajahnya. Bahkan masyarakat di sana masih memberi salam kepadanya dengan menyerukan : “Halo, pak Perdana Menteri”.

Video kemunculan Li Keqiang beredar luas di media sosial Tiongkok sebelum kemudian dihapus pihak berwenang. Katsuji Nakazawa mengatakan bahwa kejadian ini memiliki makna simbolis. Bagaimana pun Li Keqiang masih menjadi tokoh politik yang populer di mata warga sipil Tiongkok. (sin)