Banjir Mematikan di Libya Dikhawatirkan Tewaskan lebih dari 5.000 Jiwa

Lebih dari 2.000 orang diperkirakan tewas dan ribuan lainnya hilang setelah badai dahsyat memicu banjir dahsyat di Libya timur

Katabella Roberts

Lebih dari 5.000 orang mungkin telah tewas dan ribuan lainnya hilang setelah badai dahsyat mengakibatkan banjir besar di Libya timur, menurut para pejabat setempat. 

Media pemerintah LANA melaporkan pada Selasa 12 September bahwa kementerian dalam negeri dari pemerintah yang didukung oleh Parlemen Libya di bagian timur memperkirakan lebih dari 5.300 korban jiwa. The Epoch Times tidak dapat mengkonfirmasi perkiraan tersebut.

Osama Hamad, kepala pemerintahan timur Libya, sebelumnya mengatakan kepada televisi lokal bahwa lebih dari 2.000 orang diyakini tewas dan ribuan lainnya hilang di kota Derna setelah Badai Daniel membawa begitu banyak hujan pada akhir pekan sehingga bendungan runtuh, menyapu gedun dan rumah warga. 

Dia mengatakan Kota Derna,  hampir tidak dapat diakses setelah banji. Kini telah dinyatakan sebagai zona bencana.

Parlemen Libya yang berbasis di bagian timur telah mengumumkan tiga hari berkabung di semua kota yang terkena dampak.

Ahmed Mismari, juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA) yang menguasai wilayah timur Libya, juga mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang disiarkan di televisi bahwa jumlah korban tewas diyakini mencapai ribuan orang akibat banjir ekstrim tersebut.

Mismari mengatakan bahwa “seluruh lingkungan” dan penghuninya telah tersapu ke laut setelah bendungan jebol.

Juru bicara LNA mengatakan sekitar 5.000-6.000 orang saat ini masih hilang di Derna, sebuah kota yang sebelumnya dikuasai oleh para ekstremis  yang memiliki populasi 100.000 jiwa.

Jumlah korban tewas akibat banjir belum diketahui.

Situasi ‘Bencana Besar’

Bulan Sabit Merah di Benghazi sebelumnya memperkirakan jumlah korban tewas mencapai 150 orang, namun menekankan bahwa jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat menjadi 250 orang setelah beberapa bangunan runtuh akibat badai.

“Situasinya sangat dahsyat,” kata Kais Fhakeri, kepala badan kemanusiaan tersebut, kepada Reuters pada 11 September.

Badai Daniel, yang juga dikenal sebagai siklon Daniel, mendarat di negara Afrika Utara tersebut pada  10 September, menyebabkan kondisi cuaca yang parah di kota Sousse, Al Bayda, Al-Marj, Derna, dan kota terbesar kedua di Libya, Benghazi.

Menurut data dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), daerah-daerah di kota Derna mencatat curah hujan sebesar 170 mm (6,7 inci) dalam 24 jam pada 10 September, dan 73 mm (2,9 inci) selama 24 jam pada  11 September ketika badai tersebut mendarat.

Secara terpisah, Pusat Meteorologi Nasional di Libya mengatakan 414,1 mm (16,3 inci) hujan tercatat di Bayda saat badai menghantam, sementara 240 mm (9,4 inci) hujan turun di Marawah di distrik Jabal al Akhdar pada 10 September.

 Abdel-Rahim Mazek, kepala pusat medis utama kota itu, mengatakan sedikitnya 46 kematian akibat badai juga dilaporkan di kota timur Bayda. 

Otoritas Ambulans dan Darurat setempat melaporkan, tujuh orang lainnya dilaporkan tewas di kota pesisir Susa di timur laut Libya. 

Jalanan Berubah Menjadi Sungai

Tujuh orang lainnya dilaporkan tewas di kota Shahatt dan Omar al-Mokhtar, kata Menteri Kesehatan Ossama Abduljaleel. Satu orang dilaporkan tewas pada hari Minggu di kota Marj.

TV Almostakbal Libya menyiarkan rekaman video dan gambar-gambar yang menunjukkan gedung-gedung dan rumah-rumah yang ambruk.

Orang-orang juga terlihat terdampar di atap kendaraan mereka setelah banjir dan jalanan berubah menjadi sungai. Stasiun TV tersebut juga menayangkan gambar-gambar jalanan yang runtuh antara Sousse dan Shahat, yang merupakan lokasi situs arkeologi Cyrene yang didirikan oleh orang Yunani dan terdaftar di UNESCO.

Libya, sebuah negara dengan populasi sekitar enam juta orang, telah terbagi antara dua pemerintahan yang saling bersaing di timur dan barat sejak tahun 2014 setelah pemberontakan tahun 2011 melawan pemimpin lama Moammar Gadhafi.

Pada hari Senin, kepala pemerintahan persatuan yang berbasis di Tripoli, Abdul Hamid Dbeibeh, menyatakan bahwa semua wilayah yang terkena badai dan banjir sebagai “zona bencana”.

Operasi pencarian dan penyelamatan masih terus berlangsung.

Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Libya mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan “kontak dekat” dengan PBB dan pihak berwenang di Libya untuk “menentukan seberapa cepat dapat memberikan bantuan di tempat yang paling dibutuhkan.”

Badai Daniel sebelumnya menghantam beberapa bagian Yunani, Turki, dan Bulgaria dengan hujan lebat dan banjir bandang, menyebabkan sedikitnya tujuh orang tewas.

Reuters dan The Associated Press berkontribusi dalam laporan ini.