AS-Tiongkok Bersaing di ASEAN, Vietnam Condong ke AS

Pinnacle View

Pada awal September Presiden Biden telah berkunjung ke Asia, selain India, Vietnam yang merupakan salah satu fokusnya. Selama beberapa hari Biden berunding beberapa kali dengan para pemimpin Vietnam, juga telah menandatangani serangkaian kerjasama teknologi, ekonomi dan perjanjian di bidang diplomatik, serta telah tercapai hubungan kemitraan strategis level tertinggi antar kedua negara. 

Semua analis telah memandang peningkatan hubungan ini sebagai langkah besar bagi AS (Amerika Serikat) dalam konfrontasi dengan Beijing di Laut Tiongkok Selatan. Tetapi apakah hubungan ini benar-benar bermanfaat? Benarkah Vietnam akan bersekutu dengan AS dalam melawan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) ? Kesulitan apakah yang bakal dihadapi PKT (Partai Komunis Tiongkok) di kawasan Asia Tenggara?

Gandeng Vietnam, AS Rampungkan Puzzle Terakhir Strategi Asia Pasifik

Peneliti sejarah perang yang pernah mengalami sendiri Perang Vietnam, Yang Haiping, kepada acara “Pinnacle View” stasiun televisi NTDTV menyatakan, sekarang AS berniat mengobarkan strategi perang keroyokan, maka digalanglah semua negara untuk mengepung PKT, sekarang selain Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Filipina, potongan (puzzle) terakhir ini adalah Vietnam. 

Sejak 2007 kapal perang AS sudah mulai bertandang ke Vietnam, walaupun dulunya AS memiliki hubungan buruk dengan Vietnam, tetapi karena Vietnam berada di antara beberapa negara besar, aliansi kemitraan strategis Vietnam dulunya ditandatangani dengan Rusia, juga dengan Tiongkok, lalu dengan India, juga pernah dengan Korsel. Waktu itu banyak anak-anak keturunan Korea berdarah campuran Korea-Vietnam yang menetap di Vietnam, jadi belakangan ini banyak orang Korsel berinvestasi di Vietnam, orang Jepang juga pergi ke Vietnam. Kini Vietnam harus menyeimbangkan semua kekuatan tersebut, karena kekuatan PKT kian hari kian membesar, jadi sekarang Vietnam lebih condong ke pihak AS untuk mengimbangi PKT.

Di Taiwan banyak wanita Vietnam yang menikah dengan warga Taiwan, para wanita Vietnam itu pekerja keras yang ulet, dan berani, serta sangat rajin, mereka memiliki banyak keunggulan. Benarkah sejarah Vietnam adalah sejarah yang dipengaruhi oleh kebudayaan Tiongkok?

Orang Vietnam mengakui kebudayaan Tionghoa, dan sebenarnya budaya mereka sangat mirip dengan orang Minyue (kerajaan kuno di Fujian, selatan Tiongkok, red.), karena gaya hidup mereka menyerupai orang-orang di wilayah selatan Tiongkok. Mereka sangat tidak puas dengan PKT, karena Beijing terlalu arogan, tidak mau menyelesaikan masalah Laut Tiongkok Selatan secara damai, dan selalu bersikukuh menggunakan cara militer yang keras untuk menyelesaikannya. 

Orang Vietnam agak mirip dengan orang Jepang, dan berusaha mati-matian melawan PKT, sehingga terbentuklah sikap menggabungkan kekuatan dengan AS. Dulu Vietnam menggalang Rusia, menggalang India, tapi karena Rusia tidak becus dalam Perang Ukraina, Vietnam mencatatnya, maka itu Vietnam berpindah ke pihak AS.

Walaupun Vietnam mempunyai empat kebijakan utama, yakni non-blok tanpa aliansi militer, tidak bersekutu, tidak membiarkan masuknya militer asing, dan tidak ikut dalam perang, tetapi selama ini AS telah memberikan banyak bantuan militer bagi Vietnam berupa kapal patroli, juga melatih pasukan pengawal pantai Vietnam, dalam rangka melawan tekanan PKT terhadap Vietnam, jadi hal ini juga merupakan salah satu dari kebijakannya, sudah sama-sama tahu. 

Bagi pihak militer AS, yang terpenting adalah jika terjadi konflik di Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan, Vietnam dapat menjadi pangkalan pemasok perbekalannya, seperti pelayaran kapal militer AL, setiap beberapa bulan sekali harus berganti personel dan memasok perbekalan, jadi letak geografis Vietnam wajib dipertahankan bagi Amerika Serikat.

Produser televisi independen bernama Li Jun menyatakan kepada “Pinnacle View”, dulu orang mengatakan dalam bidang ekonomi mengandalkan Tiongkok, dalam bidang keamanan mengandalkan AS, tetapi faktanya ketergantungan ekonomi Vietnam terhadap AS justru sangat besar. AS adalah negara tujuan ekspor terbesar bagi Vietnam, sementara Tiongkok adalah negara impor terbesar bagi Vietnam, nilai ekspor Vietnam ke AS mencapai surplus perdagangan hampir 100 milyar dolar AS (Rp 1.537 triliun, kurs per 19/09), sementara defisit perdagangan dengan Tiongkok mulai Januari hingga Juli 2022 sekitar 40 milyar dolar AS (Rp 615 triliun ), dengan kata lain, jika Vietnam tidak berbisnis dengan AS, maka Vietnam tidak akan mempunyai uang untuk membeli barang-barang dari Tiongkok. Jadi kondisi seperti ini, setelah Vietnam bekerjasama dengan AS, tidak hanya dalam bidang keamanan mengandalkan AS, dalam hal ekonomi pun Vietnam sangat bergantung pada AS. Di dalam perjanjian yang ditandatangani Presiden Biden dengan Vietnam kali ini ada satu konten krusial terkait industri cip, yakni di kemudian hari industri cip akan dialihkan untuk diproduksi di Vietnam.

Pemimpin redaksi surat kabar The Epoch Times yakni Guo Jun berkata pada “Pinnacle View”, jelas sekali bahwa AS sedang membentuk kepungan terhadap Beijing, setelah aliansi AS-Jepang-Korsel di kawasan Asia Pasifik, maka fokus berikutnya adalah Asia Tenggara. ASEAN sangat penting dalam hal politik internasional dan perekonomian di masa mendatang, jumlah populasi negara ASEAN mencapai 650 juta jiwa, dengan PDB mencapai 3,6 miliar dolar AS (Rp 55.340 triliun), hampir sama dengan India saat ini, dan ASEAN sedang berada dalam jalur pertumbuhan yang cepat. Pada mall-mall di AS bisa disaksikan semakin banyak produk buatan Vietnam dan Malaysia. 

Selain penduduk ekonomi, ada satu faktor penting lainnya yakni Laut Tiongkok Selatan, sebagai kawasan yang mutlak diperebutkan dalam perang, ancaman terhadap negara Asia Tenggara sejak dulu berasal dari RRT. Dulu (1950-an – akhir 1970-an) di dalam kubu komunis internasional, PKT bertugas menyebarkan revolusi di negara-negara Asia, khususnya di kawasan Asia Tenggara (perebutan kekuasaan G30-S PKI 1965 berhasil dipatahkan, redaksi), pada dasarnya kelompok gerilyawan komunis dan revolusi bersenjata di setiap negara mendapatkan dukungan serta bantuan dari PKT. Berkat dukungan tersebut pada akhirnya organisasi komunis di negara Vietnam, Laos dan Kamboja, telah berhasil merebut kekuasaan.

Tentu saja negara lain sangat cemas, jadi berdirinya ASEAN beranggotakan lima negara, pada awalnya merupakan aliansi politik dan militer dalam menentang komunisme, hingga Partai Komunis Vietnam berhasil menyatukan Vietnam, saat itu juga Vietnam menjadi negara yang paling ditakuti di Asia Tenggara. Tetapi antara PKT dan AS pada 1972 telah menyepakati, Beijing berhenti mendukung pasukan gerilya di Asia Tenggara, pada 1979 RRT malahan berperang dengan Vietnam, itulah saatnya RRT memanfaatkan momentum tersebut untuk memperbaiki hubungan mereka dengan negara Asia Tenggara lainnya.

Namun beberapa tahun belakangan ini PKT menjadi semakin garang di hadapan dunia, negara Asia Tenggara pun merasakan tekanan PKT kian hari kian besar, ketika masalah keamanan saat ini menjadi semakin mendesak, fungsi AS pun menjadi semakin menonjol. Titik panas ini berada di Laut Tiongkok Selatan, bagi AS, Laut Tiongkok Selatan adalah kawasan yang menjadi perebutan dalam ajang perang, seluruh jalur transportasinya harus melalui Laut Tiongkok Selatan. 

Sekarang AS dan ASEAN sedang bersekutu kembali dalam aliansi strategis yang baru, dua negara yang paling penting di dalamnya adalah Filipina dan Vietnam, AS dan Filipina telah memiliki traktat pertahanan bersama, terdapat hubungan aliansi militer, sekarang AS mempererat hubungannya dengan Vietnam, niat dan tujuannya sudah sangat jelas.

Pertempuran Yang Menentukan AS-RRT-Vietnam, Hubungan Geografis Rumit dan Terus Berubah

Penulis utama di surat kabar The Epoch Times yakni Shi Shan menyatakan kepada “Pinnacle View”, dalam hubungan AS-PKT, sebenarnya Vietnam memainkan peran yang sangat penting. Saya pernah melihat sebuah dokumen Komisi Pusat Partai Komunis Vietnam yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin, di dalamnya tertulis dengan jelas: “Kami selamanya tidak akan dapat melupakan negara besar di utara yang telah melakukan intervensi yang kasar terhadap unifikasi negara kami.” Setelah membaca dokumen tersebut saya kembali mencari tahu penggalan sejarah, dan menemukan beberapa faktor yang sangat penting di dalamnya, yakni setelah Nixon berkunjung ke Tiongkok, antara AS dengan RRT telah tercapai kesepakatan diam-diam, dengan kata lain, AS menarik pasukannya dari Vietnam, sementara RRT membantu kedua pihak Vietnam (Utara dan Selatan) agar terus eksis. Dengan kata lain Vietnam Utara tidak boleh menginvasi Vietnam Selatan atau sebaliknya, jadi berbarengan dengan AS menarik pasukannya, sekitar 1973 atau 1974, diadakanlah rapat tiga negara empat pihak di Paris, yakni antara Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Kamboja dan Laos, yang isinya menyatakan keempat pihak ini tidak akan saling menginvasi.

Namun pada dasarnya setelah AS menarik semua pasukannya, Vietnam Utara pun mulai menyerang Vietnam Selatan secara besar-besaran. Waktu itu PKT menepati janjinya pada AS, yakni memberikan tekanan yang amat besar terhadap Vietnam Utara, jadi pada 1974 hingga 1975, pada dasarnya Beijing telah menghentikan segala pasokan barang dan persenjataan kepada Vietnam Utara, serta semua staf militernya ditarik keluar, maksudnya adalah agar Vietnam Utara tidak melakukan invasi pada saat itu, melainkan ditunda lima, atau sepuluh tahun, maka sejarah akan tercatat lain. 

Oleh karena itu Vietnam sangat berang terhadap PKT, padahal sebelum kejadian itu hubungan Vietnam dengan Beijing boleh dibilang adalah sangat dekat, bahkan erat, karena PKT pernah mengirimkan 300.000 orang pasukan pertahanan udaranya ke Vietnam dengan mengenakan seragam militer Tentara Rakyat Vietnam dan berperang bersama Vietnam melawan Amerika. Saya mengenal banyak veteran tentara Tiongkok yang dulu ikut berperang di Vietnam, tapi setelah mereka semua ditarik mundur, hubungan komunis Vietnam dengan komunis Tiongkok lantas memburuk, Vietnam pun berpihak pada Uni Soviet. Hingga akhirnya pada 1979 Vietnam malah berperang melawan RRT, disini hubungan pun menjadi sangat kompleks, karena PKT berniat berkompromi dengan AS untuk melawan ancaman dari Uni Soviet, maka hubungan dengan Vietnam menjadi rusak. Sementara untuk menghadapi ancaman dari PKT, Vietnam menjalin hubungan dengan Uni Soviet, hubungan ini pada masa itu sangat rumit, juga sangat bermakna, di dalamnya terdapat serangkaian hubungan geopolitik.

Komunis Vietnam Belok Kanan Berpihak Pada AS, PKT Menyendiri Dikucilkan 

Kepada “Pinnacle View” Guo Jun menyatakan, Vietnam masih merupakan sebuah negara kediktatoran komunis satu partai, masih banyak tawanan politik dan kaum oposisi ditahan di penjaranya, juga masalah korupnya pejabat-pejabatnya, pengendalian penguasa terhadap warganya juga sangat ketat. Tetapi partai komunis di Vietnam sangat berbeda dengan PKT.

Pertama, karena kapasitas komunis Vietnam tidak besar, sepertinya sulit menjadi ancaman yang bersifat global terhadap AS. 

Kedua, komunis Vietnam tidak berambisi ekspansi, bisa dilihat selama beberapa dasawarsa terakhir, setelah unifikasi Vietnam tidak terlihat semacam ambisi untuk melakukan ekspansi, tidak ada pula niat mengirim utusan dalam rangka menggulingkan negara lain. 

Ketiga, Partai Komunis Vietnam telah melakukan serangkaian reformasi, dan menerapkan demokrasi dalam internal partai. Pemimpin Partai Komunis Vietnam sekarang dipilih oleh internal partainya, hal ini sangat penting, karena pemimpin tertingginya tidak mengalami krisis rezim, tradisi hukumnya memiliki legalitas internal partai, Vietnam tidak seperti Partai Komunis Tiongkok dimana siapa saja yang naik jabatan semua orang merasa orang itu tidak sah, bahkan tidak memiliki legalitas internal partai, Vietnam telah mengatasi masalah pewarisan kekuasaan, ini adalah perbedaan yang sangat mencolok. Selain itu tingkat keterbukaan Vietnam jauh lebih tinggi daripada Tiongkok, misalnya di Vietnam tidak ada firewall internet, segala informasi di luar negeri bisa diakses bebas oleh rakyat Vietnam.

Guo Jun menyatakan, dalam kancah politik internasional posisi Vietnam saat ini sangat menguntungkan, bagi Vietnam, ini adalah peluang baik yang tak akan ditemui bangsa ini selama ratusan tahun. Sekarang Vietnam tidak hanya menjadi sasaran yang digandeng oleh AS, Rusia juga sedang menggandeng Vietnam, hubungan Vietnam dengan Uni Soviet dulu sangat erat, hingga kini masih menjaga hubungan yang cukup baik dengan Rusia, di antara mahasiswa asing yang menempuh studi di Moscow State University, mahasiswa asal Vietnam adalah yang paling banyak, baru-baru ini pada Eastern Economic Forum (EEF) yang digelar di Vladivostok Putin secara rinci menjelaskan alasan dialihkannya fokus strategi Rusia ke Asia, Putin mengatakan negara Barat berusaha membatasi ekonomi Rusia, ia mengatakan tindakan ini menyebabkan Rusia akan mempercepat mengalihkan fokus strateginya ke Asia, sebenarnya teman terbaik Putin di Asia adalah Vietnam, dan bukan RRT, ia lebih percaya pada Vietnam. Walaupun merupakan partai politik komunis, tapi sifat nasionalisme Vietnam lebih mengutamakan kesetiakawanan, dan orang Vietnam sangat membenci sikap PKT yang suka merundung atau mengintimidasi.

Kepada “Pinnacle View” Yang Haiping menyatakan, kepercayaan Vietnam terhadap AS jelas jauh melampaui PKT, karena pemerintah RRT sama sekali tidak bisa dipercaya, sama sekali tidak seperti AS, setidaknya berdampingan dengan AS akan membuat Vietnam kaya, dan ekonominya akan membaik, ini adalah fakta mendasar yang diketahui semua orang, Singapura adalah contoh terbaik. 

Pemerintahan Singapura di masa awal kekuasaan Lee Kuan Yew adalah pemerintahan sayap kiri, yang pro-komunis, tapi begitu memerdekakan diri, Lee langsung belok kanan, beralih kepada AS dan bekerjasama penuh dengan negara Barat, sehingga diperoleh prestasinya sekarang ini, dari PDB hanya 500 dolar AS tumbuh hingga mencapai 90.000 dolar AS. Dikatakan keberhasilan perkembangannya adalah mengandalkan AS, semua negara Asia Tenggara telah melihat contoh nyata ini, jadi mereka juga memahami mengikuti PKT tidak akan berakhir baik, saya percaya mereka hanya akan semakin dekat dengan AS, lalu bagaimana mereka akan bersekutu mungkin harus dilihat bagaimana perkembangan ekonominya, hal ini akan memengaruhi kebijakan setiap negara di masa mendatang. (sud/whs)